Glitch Protocol merupakan Layer 1 blockchain, dimana blockchain layer 1 atau lapisan pertama diantaranya adalah Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), Binance Smart Chain (BSC), BNB, Glitch Protocol (GLCH). Sementara blockchain layer 2 diantaranya Lightning, Polygon (MATIC), Loopring, Plasma dan ZKSwap.
Lalu apa perbedaannya?
Banyak yang belum mengerti dan baru mendengar bahwa teknologi sistem blockchain memiliki dua lapisan. Yakni underlying yaitu lapisan pertama atau layer 1 dan overlying yaitu lapisan kedua atau layer 2. Walaupun perbedaannya cukup kontras tidak ada salahnya kita bahas dalam kesempatan kali ini.
Pada dasarnya, blockchain layer 2 akan berdiri di jaringan blockchain layer 1, atau melakukan overlay. Seperti halnya jalan raya, maka layer 2 blockchain bisa dianalogikan sebagai flyover yang berdiri di jalan utama, untuk mencapai flyover tersebut tentu kita harus melewati jalan utama terlebih dahulu.
Konsep sederhananya seperti itu, blockchain lapisan pertama akan menjadi jalan utama untuk mendapatkan akses ke blockchain layer kedua.
Lalu apa potensi dari Glitch Protocol sebagai blockchain layer 1?
Potensi terbesarnya adalah berada pada valuasi transaksi yang akan terjadi, kecepatan transaksi yang tinggi serta biaya fee yang jauh lebih murah akan menjadi solusi utama yang menarik transaksi paus karena memecahkan permasalahan sistem blockchain saat ini.
Bayangkan, ketika Anda harus memilih mengendarai mobil ke tempat yang sama dengan memasuki gerbang tol A dengan lalu lintas yang padat serta biaya masuk tol yang mahal, sementara ada tol B dengan lalu lintas yang lancar karena lebar lajur jalannya lebih luas maupun perencanaan lingkungannya yang jauh lebih baik serta ditambah dengan biaya masuknya yang jauh lebih murah, maka Anda akan memutuskan memilih yang mana? gerbang tol A atau B?
Tentu gerbang tol B, setiap orang tidak ingin menghabiskan waktu dan uang mereka di jalan.
Konsep seperti itu juga berlaku dalam sistem transaksi Blockchain. Dimana kecepatan dan biaya yang murah adalah pilihan tepat dalam bertransaksi.
Pada awalnya jaringan blockchain Ethereum yang merupakan generasi kedua dari sistem blockchain L1 adalah solusi utama ketika jaringan blockchain Bitcoin sudah sangat padat merayap, namun akhirnya Ethereum tetap mengalami kegagalan, hingga harus mengubah dari PPoW yang bisa dihasilkan dari penambang menjadi PPoS atau sistem staking. Nayatanya itu bukan solusi yang tepat, kepadatan terus berlanjut hingga L1 blockchain baru lahir seperti BSC dan BNB, namun ketika solusi kecepatan berhasil dipecahkan, kegagalan selanjutnya berujung pada biaya atau fee yang masih mahal.
Glitch Protocol selain dengan transaksi yang cepat nyatanya hadir dengan biaya atau fee yang jauh lebih murah bahkan bisa dikatakan mendekati tanpa fee sama sekali dengan memanfaatkan network effect dimana semua bagian dari jaringan GEX20 (jaringan Glitch Protocol) nantinya akan mendapatkan keuntungan yang beragam.
Maka beruntunglah jika Anda sudah berinvestasi di GLCH sebelum proyeknya meluncur dan meledak, karena potensi dalam berinvestasi di jaringan L1 blockchain selalu menguntungkan.
Mengapa bisa demikian?
Ingat tentang Polygon yang berdiri di jaringan L1 blockchain Ethereum? Ya! Tepat, akan banyak sekali token yang berdiri di jaringan blockchain L1 Glitch Protocol, itu tidak bisa dipungkiri lagi, karena pada akhirnya Glitch Protocol merupakan solusi terbaru dari masalah sistem blockchain saat ini.
Jika Anda sudah tidak asing lagi dengan smart-contract, Anda akan mengerti bagaimana potensi Glitch Protocol yang sebenarnya, dan tentu saja harga GLCH saat ini benar-benar undervalue sebelum akhirnya banyak token yang berdiri di jaringan Glitch Protocol dan mendorong harga jauh lebih tinggi, dimana tentu saja partner Glitch Protocol perlu dipertimbangkan.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H