Priok, 2012
01.20
Vito bersama anak buahnya sudah siap dengan pucuk senjata mereka, targetnya adalah kelompok Gold Fangs, mafia yang berusaha mengambil alih Priok dari kekuasaan God Claw, kelompok yang dipimpinnya sendiri.
Vito duduk di kap mobil, ia mendekap tangan sambil mengigit cerutu yang tidak pernah dibakar, matanya mengawasi setiap kendaraan yang masuk. Terlebih jika ada Toyota Vios dengan emblen Gold Fangs yang membentuk taring. Sementara anak buahnya memainkan revolver 733 kaliber 4,5 mm.
"Kalau bebenguk-bebenguk itu datang, kita sikat—" sulut Rexa, seorang copet yang diselamatkan Vito dari amukan masa ini tidak sabaran, meski ia tidak bisa berkelahi sedikitpun, tapi ia pandai dalam mengancam, itulah sebabnya ia cukup berguna di kelompok ini. Felix adalah rivalnya, ia memotong dengan nada benci yang tidak pernah berubah semenjak God Claw dipecah. "Emang WC disikat?"
Rexa langsung menanggapi dengan mata yang sudah terasah, cukup tajam, dan bibir merah legamnya ketus mencela. "Mulut lo tuh WC, bau banget!"
"Heh! Lo mau gue tembak?" ancam Felix, ia tahu betul Rexa tidak bisa apa-apa selain mengancam bos-bos yang tidak mau membayar di wilayah kekuasaan God Claw.
"Tembak! Ayo tembak!" Rexa membuka kaos yang menutupi perutnya, ia menantang seakan tidak takut, atau justru lupa kalau Felix bukan manusia, maksudnya hati yang bukan manusia. Dia adalah anggota yang paling kejam dalam menghabisi musuhnya. Paling tidak, itulah yang menyebabkan God Claw disegani.
Vito tidak sengaja melihat gelagat Rexa saat matanya mengikuti mobil merah yang mengarah masuk ke pelabuhan, dia tidak tinggal diam, karena God Claw sesama adalah saudara. "Berantem? Sini, gue bunuh satu-satu." ancamnya pelan tapi begitu sangar.
"Come on, Man ... copet peliharaan lo tuh, sok big boss! Didik dikit lah, nanti menjilat, kayak anjing." fuih! Â Felix membuang ludah seakan ingin menunjukan Rexa benar-benar tidak pantas dan menjijikan berada di God Claw.
"Heh jaga mulut lo, ya! Gue enggak mau God Claw pada hantam saudara."
"Rilex Brother, lo bakalan tahu siapa dia, lihat saja."
"Sampe kiamat gue tetap begini." tukas Rexa, ia benar-benar mengatakan hal itu, karena ia berhutang nyawa kepada Vito.
Ponsel Vito tiba-tiba berdering, nama di layar itu Danso, ketua dari kelompok mata-mata God Claw yang selalu sukses memberikan informasi apapun yang diminta Vito. "Mereka sudah masuk."
Vito langsung meraih pintu mobil, ia sudah siap untuk mengejar. Dengan pistol di tangan yang bersandar ke atap mobil, ia memberi arahan. "Gold Fangs sudah masuk, gue enggak mau ada satu orang pun yang hidup!"
"Lo mau ngebantai?" tanya Felix, ia masih di tempatnya. "Kenapa enggak ke sarang mereka, Man?"
"Gue enggak mau ada urusan sama Tera, it's my business with the son of bitch!"
"Si anak haram itu?" dengus Felix, ia meremehkan Reno, lelaki yang membunuh seluruh anak kandung Tera. "Brother, Lo ngapain ngurusi bocah, sih? Gue sendiri bisa kali."
"Iya, lo bisa, gue tahu itu. Tapi God Claw bukan siapa yang paling jago." sindir Vito, lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan keras.
"Sok jago, lo! Kayak ayam, koook, kokokokok." cibir Rexa menirukan gerak ayam betina. Felix tidak terima, ia langsung mengait kerah baju Rexa. Broooommmhh!! Gertak Vito dengan suara knalpot mobilnya. "Urusan gue sama lo belum selesai!"
Klik disini untuk update ceritanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H