Gramedia adalah mimpi, harapan ada di sana, merubah keadaan dan kualitas, kami percaya setiap mimpi dapat tercapai. Bukan lagi sebagai dongeng jika jutaaan penulis Indonesia ingin merasakan dekat dengan Gramedia, adalah suatu kebanggan jika buku kami ikut berbaris di salah satu rak dengan buku penulis hebat.
Sambil menghela napas seorang penulis dan bertopang dagu, dia melamunkan bukunya dapat terbit di GPU atau imprint yang lain Gramedia Group.
Pencapaian hebat! Tentu saja ketika terlaksana, bagai menghirup udara segar setelah terkoyak samudera dengan gelombang kejam serta racun berbuih-buih.
Gramedia tidak ramah! Mereka kapital, mana mungkin mau menerima naskah dari penulis gembel! Tulisan saya tidak ada harganya di mata mereka!
Sebuah stigma yang membunuh diri sendiri, banyak yang tidak yakin, melorot sebelum lari terkancing. Padahal, Gramedia hadir dengan keramah tamahannya. Mereka mendirikan GWP (Gramedia Writing Project) dan DPS (Digital Publishing System) tapi tetap saja, terlalu ragu untuk menginjak syurga seindah itu.
Ada sebagian mengeraskan stigma itu, dan sebagian lainnya memilih tetap berkaya, iseng mengirim submisi, dan berjuang selayaknya pemikul pena. Tidak terbit di Gramedia toh tak apa, kita bisa menerbitkan di penerbit yang lain.
Mencintai tidak harus berjalan bersama, kita cukup memandang keindahannya saja, dan kembali berlayar hingga suatu saat nanti, Gramedia menjadikanmu tuan barunya.
Membaca buku terbitan Gramedia seibarat mengisi kembali samudera dengan gelombang yang lebih dahsyat dan racun yang lebih mematikan. Saya senang bisa mempelajari cara baru mendayung, mengibarkan layar, dan menemukan penawar yang lebih efektif.
Selamat ulang tahun yang ke-50 Gramedia, sang tonggak sastra Indonesia, dan selamat ulang tahun yang ke-55 Kompas, sebuah citra dari Soekarno dan sebuah asa dari Jakob dan Ojong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H