Pengertian dan Korelasi Budaya dan Pendidikan
Kebudayaan adalah rangkaian konsep yang digunakan untuk menginterpretasikan lingkungan dan pengalaman manusia, menciptakan suatu pandangan hidup bagi kelompok tertentu. Pandangan hidup tersebut mencakup kepercayaan, nilai-nilai, perilaku, dan simbol-simbol yang diterima dan dipahami oleh mereka melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Syaharuddin dkk., 2019). Nilai kebudayaan yang dimiliki suatu negara tidaklah terpisah dengan pendidikan yang diberikan pada penduduknya. Kebudayaan dan pendidikan, saling memengaruhi secara timbal balik. Apabila terdapat perubahan dalam kebudayaan, maka pendidikan juga dapat dipengaruhi dan mengalami perubahan, dan sebaliknya, perubahan dalam pendidikan dapat memengaruhi kebudayaan. Menurut pandangan Jamali Sahrodi (2008), pendidikan dapat dianggap sebagai proses di mana seseorang dalam memahami nilai-nilai budaya yang mempengaruhi perilakunya (Widyastuti, 2021)
Pendidikan adalah upaya yang disengaja untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan membentuk generasi saat ini sebagai contoh yang diambil dari ajaran generasi sebelumnya. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan, memperbaiki, dan mengubah pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan perilaku seseorang atau kelompok. Tujuan utama pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan pelatihan. Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh, melibatkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi (Rahman dkk, 2022)
Kehadiran pendidikan berbanding lurus dengan keberadaan manusia. Pendidikan merupakan bagian peraturan kehidupan  dan pembentukkan manusia. Oleh karena itu, aturan-aturan dalam sistem kebijakan pendidikan yang dirancang oleh pemerintah dapat dipengaruhi oleh budaya setempat, mengingat budaya dapat membentuk dan mempengaruhi kehidupan manusia setempat. Kebudayaan dihadirkan dan berkembang melalui berbagai tahapan selama ratusan tahun sehingga tidak hanya hadir begitu saja.Â
Pengaruh Budaya dalam Pendidikan di Dunia Arab
Negara-negara di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Suriah, dan Mesir  memiliki pengaruh besar dalam budaya di dunia Arab. Kebudayaan di dunia Arab dapat berupa bahasa Arab, agama Islam, musik, arsitektur, dan lain sebagainya yang dapat berpengaruh di dalam aspek pendidikan (Badkoobeh Hazaveh & Arabameri, 2020; Hussein, 2018, 2019; Mahfud et al., 2022; Mohammadi & Hazeri, 2021). Budaya-budaya yang dimiliki  seperti agama Islam, bahasa Arab, kesetaraan gender, identitas nasional dan pan-Arabisme berperan penting dalam pendidikan di dunia Arab.Â
Dalam Pendidikan di dunia Arab ajaran agama Islam merupakan pembelajaran utama yang diberikan sejak awal pendidikan. Islam  merupakan agama yang terkait dengan budaya karena dapat memberikan ruang dalam pertukaran ide, tradisi, dan praktik di antara Islam dan budaya yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu Islam bukanlah sekedar agama namun cara hidup manusia dengan memberikan nilai-nilai kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan norma-norma kehidupan lainnya yang dipengaruhi oleh agama Islam. Islam tidak hanya merupakan agama tetapi juga suatu cara hidup yang diberikan dalam proses pendidikan. (Alavi & Azizi, 2021; Zakaria & AbdulTalib, 2010).
Di dunia Arab, pendidikan juga dipengaruhi oleh budaya bahasa yakni bahasa Arab. Selain pada aspek linguistik, bahasa Arab juga berperan dalam humanistik atau sosial manusia. Bahasa Arab memiliki sistem linguistik yang pasti dan telah disepakati oleh penutur bahasa (nthiq bi al-'Arabiyyah) mulai dari segi leksikologi, morfologi, dan fonologi, sintaksis, dan semantiknya. Bahasa Arab dengan kejelasan ketuturan bahasanya ini digunakan oleh mayoritas negara di Timur Tengah. Â Oleh karena itu bahasa Arab merupakan bahasa resmi penyampaian pembelajaran di dunia Arab. Penggunaan bahasa Arab berperan dalam pemahaman budaya yang ada seperti ajaran-ajaran Islam, sejarah, sastra, dan pengetahuan terhadap warisan kitab yang turun-menurun yakni Al-Quran (Zakaria & AbdulTalib, 2010).
Pemahaman terhadap peran jenis kelamin juga berpengaruh di dunia Arab. Menurut Budhwar et al., (2010), kehidupan sosial wanita lebih diatur dibandingkan kepada laki-laki. Â Salah satu perbedaan mencolok di dunia Arab dengan negara lain adalah adanya pembedaan hukum dan budaya yang bersandar pada jenis kelamin. Seperti pada Saudi Arabia, perempuan mengikuti pendidikan di sekolah khusus wanita, memiliki bank, dan pusat perbelanjaan yang terpisah dari laki-laki. Namun, pembedaan ini juga menciptakan keterbatasan bagi perempuan dalam berinteraksi secara bebas dibandingkan dengan laki-laki (Budhwar et al., 2010). Ketidaksetaraan gender sudah menjadi bagian penduduk di dunia Arab, di mana perempuan sejak usia dini telah dibentuk oleh keyakinan bahwa mereka tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki dan diharapkan untuk bertindak sesuai dengan "peran" yang telah ditetapkan (Syed et al., 2018).
Beberapa negara di wilayah Arab masih menghadapi hambatan tradisional terkait peran gender yang berpotensi mempengaruhi keterlibatan perempuan dalam bidang pendidikan. Norma-norma budaya dan sosial dapat menjadi halangan bagi perempuan yang berkeinginan untuk mengejar pendidikan tinggi di luar rumah. Akses yang minim bagi perempuan terkadang menghambat dalam proses pendapatan pendidikan (Lefdahl-Davis, 2015) sehingga reputasi di salah satu negara di dunia Arab yakni, Arab Saudi dianggap sangat buruk dalam bidang kesetaraan gender di mata dunia. (Ulrichsen, 2019). Oleh karena itu, saat ini telah diupayakan dalam peningkatan akses dan kesetaraan laki-laki dan perempuan khususnya terkait pendidikan. Sejumlah negara di wilayah Arab telah melibatkan perempuan dalam semua tingkat pendidikan, termasuk jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan agama Islam yang terus diberikan membantu dalam pemahaman kesetaraan perempuan sehingga diharapkan dapat membentuk pandangan masyarakat terhadap peran perempuan dan laki-laki dalam pendidikan dimana perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan dihormati seperti di dalam Al-Quran (Ramadhan, 2020).
Selain itu, budaya dalam segi identitas nasional dan pan-Arabisme yang disampaikan dalam pendidikan membawa pengaruh yang besar dalam pendidikan dunia Arab. Identitas nasional yang merupakan kesadaran kebersamaan suatu bangsa dimana melalui pendidikan di dunia Arab pembelajaran kerap ditekankan melalui budaya, sejarah, dan bahasa Arab itu sendiri. Identitas nasional juga berpengaruh terhadap bahasa yang digunakan dalam penyampaian pengajaran serta dikenalkan pembentukan negara di dunia Arab dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Dalam memperkuat identitas nasional, negara di dunia Arab kerap mengenalkan nilai-nilai dan tradisi lokal yang dimiliki (Febrianti, 2022)
Peran identitas nasional dalam pendidikan di dunia Arab sangat besar. Pendidikan seringkali berfungsi sebagai alat untuk memperkuat dan pemberian kesadaran dan pemahaman identitas nasional dalam pendidikan di dunia Arab. Pembelajaran secara khusus dirancang untuk mencakup aspek-aspek yang mendorong rasa kebangsaan dan memupuk identitas budaya. Lembaga-lembaga pendidikan di dunia Arab juga memiliki peran penting dalam membangun kesadaran identitas nasional melalui penyelenggaraan berbagai acara budaya, kegiatan ekstrakurikuler, dan perayaan nasional. Tidak hanya terbatas pada tingkat sekolah, pentingnya identitas nasional dalam dunia pendidikan Arab juga dapat ditemukan di institusi pendidikan tinggi dan pusat penelitian. Pemahaman dan penelitian mendalam terhadap sejarah, budaya, dan identitas Arab sering menjadi fokus utama di dalam institusi akademis. Secara keseluruhan, identitas nasional memainkan peran sentral dalam membentuk sistem pendidikan di dunia Arab, membentuk koneksi yang erat antara proses pembelajaran dan warisan budaya serta sejarah bangsa tersebut. (Febrianti, 2022)
Pan-Arabisme merupakan gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan martabat dan status bangsa Arab setelah mengalami penjajahan selama periode yang panjang. Seiring berjalannya waktu, gerakan Pan-Arabisme berkembang menjadi suatu ideologi yang tidak hanya diartikan sebagai usaha pembebasan dari penjajahan terhadap bangsa Arab, melainkan juga sebagai dasar politik yang menonjolkan peningkatan martabat dan keunggulan bangsa Arab di antara bangsa-bangsa lainnya. Pemahaman pan-Arabisme, diberikan secara tidak langsung dalam pendidikan yang ada dengan melihat dari usaha dalam pembangunan pemahaman terkait solidaritas dan persatuan antara bangsa Arab. Pemberian pemahaman gerakan pan-Arabisme di dunia pendidikan melalui gagasan sebagai pemicu persatuan di antara negara-negara Arab serta tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya. Â (Cahyaningtyas, 2007)
Kesimpulan
Kebudayaan di dunia Arab memberikan pengaruh dalam dunia pendidikan. Pembelajaran agama Islam yang diberikan mempengaruhi nilai-nilai sosial yang dimiliki. Hal ini juga berkorelasi dengan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran yang menjadi pedoman pengajaran agama Islam. Budaya bahasa Arab yang menjadi bahasa resmi pembelajaran digunakan dengan mengingat bahasa Arab merupakan bahasa yang telah pasti penuturannya serta dapat meningkatkan identitas nasional. Pendidikan agama Islam yang telah diberikan diharapkan dapat mengubah pemahaman terkait kesetaraan gender di mana perempuan berhak mendapatkan pendidikan dengan kualitas dan kuantitas yang sama dengan laki-laki. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa budaya-budaya yang dimiliki oleh bangsa Arab saling berkaitan dan berpengaruh terhadap pendidikan di dunia Arab itu sendiri.Â
Daftar Pustaka
- Alavi, S. A., & Azizi, M. (2021). The effect of Islamic culture's constituents on decision making. Journal of Islamic Marketing, 12(1), 166--179.
- Badkoobeh Hazaveh, A., & Arabameri, M. (2020). The Position of Madrasas in the Development of Transoxiana Islamic Culture (Case Study: Mir Arab Madrasa in Bukhara (1553-1880). Central Eurasia Studies, 13(2), 371--390.
- Budhwar, P. S., Mellahi, K., Elamin, A. M., & Omair, K. (2010). Males' attitudes towards working females in Saudi Arabia. Personnel Review, 39, 746--766.
- Cahyaningtyas, J. (2007). Saddam the Untold Story. Bentang Pustaka.
- Febriyanti, A. (2022). Pengaruh Identitas Politik Terhadap Regionalisme Timur Tengah: Integrasi Atau Disintegrasi? Jurnal Transformasi Global, 9(2), 127-135.
- Hussein, M. (2018). Intertwined Landscape: The Integration of Arabo-Islamic Culture in Pre-state Palestine. Israel Studies Review, 33(2), 51--65.
- Hussein, M. (2019). The Integration of Arabo-Islamic Culture into the Emergent Hebrew Culture of Late Ottoman Palestine. The Jewish Quarterly Review, 109(3), 464--470.
- Lefdahl-Davis, E. M., & Perrone-McGovern, K. M. (2015). The cultural adjustment of Saudi women international students: A qualitative examination. Journal of Cross-Cultural Psychology, 46(3), 406-434.
- Mahfud, C., Astari, R., Kasdi, A., Mu'ammar, M. A., Muyasaroh, M., & Wajdi, F. (2022). Islamic cultural and Arabic linguistic influence on the languages of Nusantara; From lexical borrowing to localized Islamic lifestyles. Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 22(1), 11.
- Mohammadi, N., & Hazeri, A. M. (2021). Two different narratives of Hijab in Iran: Burqa and Niqab. Sexuality & Culture, 25(2), 680--699.
- Rahman BP Dkk. (2022). Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan dan Unsurunsur Pendidikan. Jurnal Al Urwatul Wutsqa, 2(1): 1-10
- Ramadhan, Reza B., Maulana, L., Nawawi, I. (2020). Perempuan, Islam dan Timur Tengah. Yogyakarta: CV. Istana Agency.
- Syaharuddin, S., Hidayat Putra, M. A., & Susanto, H. (2019). Nilai Budaya Manyambang Masyarakat Desa Lok Baintan Dalam Sebagai Sumber Belajar IPS. Yogyakarta: CV. Istana Agency.
- Syed, J., Ali, F., & Hennekam, S. (2018). Gender equality in employment in Saudi Arabia: a relational perspective. Career Development International.
- Ulrichsen, K. C., & Sheline, A. R. (2019). Mohammed bin Salman and Religious Authority and Reform in Saudi Arabia. Baker Institute Report.
- Widyastuti, A. (2021). Optimalisasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), Daring Luring, BDR (Julia Suza). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
- Zakaria, N., & AbdulTalib, A. (2010). Applying Islamic marketoriented cultural model to sensitize strategies towards global customers, competitors, and environment. Journal of Islamic Marketing, 1(2): 10-22
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI