Aku terbangun disela gemuruh warga kontrakan. Entahlah apa yang mereka kabarkan, Einstein, Comte, Hitler, Mocca, Arabica, Duda Arab atau siapalah itu; aku tak peduli. Aku mengatur nafas yang gusar.Â
Mengapa aku?Â
Lalu kuambil kaca, airku mengalir.Â
Seumpama aku meluap luap, memekik leher mereka, dipenjarakankukah.Â
Aku sekedar bertutup selimut; cengeng!!
Sedang jangkrik diluar sana meronta ronta tak memberi damai. Suara ngiiiiing mendenging keras, mengiris liang pendengaran pelan-pelan. Sudahlah sudah...Â
Pergi kau bujang, bahkan dari bayang bayang mata busukkuÂ
Sempoyongan memang, aku yang kuat ini akan terbiasa. Mencaci.Â
Dasar biadab.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!