Mohon tunggu...
Zidna F. Adh.
Zidna F. Adh. Mohon Tunggu... -

student

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak-anak, Aset Peradaban Gemilang

12 Oktober 2015   23:17 Diperbarui: 12 Oktober 2015   23:26 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika dipetakan, akar permasalahan kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak bisa terjadi karena dua aspek. Internal dan eksternal.

Internal, sudah pasti keluarga sangat bertanggung jawab. Karena di keluarga lah sang anak hidup dan berkembang. Potret keluarga yang tidak ideal ternyata juga turut memicu konflik terhadap anak. Misalnya KDRT, disfungsi keluarga, tekanan ekonomi dan kemiskinan, salah dalam mengasuh, dan sebagainya.

Eksternal, dapat dilihat dari corak kehidupan masyarakat kita yang sangat hedon, materialistik, budaya pop yang membius, tayangan media yang justru memprovokasi untuk bertingkahlaku menyimpang dan sebagainya. Faktor eksternal ini terkadang juga berdampak pada individu yang akhirnya mempengaruhi tingkah laku di dalam rumah. Misalnya, media menyuguhkan hiburan pacaran, hedonisme, gaya hidup konsumtif, sehingga banyak dari anak-anak yang mempratekkan apa yang mereka lihat di media. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa apa yang disuguhkan media itu hampir semua bagus.

Sayangnya hal seperti ini, kurang difilter oleh pemerintah sebagai regulator tertinggi di negeri ini. Bayangkan saja, tiap hari pasti ada tayangan di televisi yang menyuguhkan tentang pacaran, budaya konsumtif, anak melawan orang tuanya dan masih banyak lagi. Jika ini berdampak amat buruk bagi perkembangan anak, mengapa masih saja dibiarkan tayangan-tanyangan seperti itu? Bukankah harusnya kita membentengi anak-anak kita dari bahaya seperti yang disebutkan di atas?

Melihat fakta di atas, mau tidak mau kita harus membuka mata dengan kondisi yang ada. Ideologi liberal kapitalistik yang diterapkan di negeri ini sejak jaman kolonial Belanda, ternyata tidak membuat negeri ini aman dan sentausa. Sekalipun sudah beberpa berganti rezim, ternyata hal itu tidak membuat negeri ini jauh lebih baik. Hampir di semua bidang kita lemah, termasuk dalam bidang perlindungan anak. Kebebasan, ya sebuah kebebasan untuk bertingkahlaku dan berekspresi adalah hal yang sangat biasa dalam ideologi ini. Jika di negara-negara besar sekaliber AS, film porno bebas beredar, kini di negeri-negeri muslim seperti Indonesia, film porno diperjuangkan untuk bisa dilegalkan. Memang untuk definisi porno sendiri di Indonesia masih banyak perdebatan. Namun, bagi seorang muslim, saya rasa definisi porno sudah sangat jelas. Film-film seperti ini acapkali memicu penyimpangan seksual dan tindak kriminalitas, sampai yang paling tragis adalah pada anak-anak.

Tidakkah kita membuka mata, bahwa anak-anak kita sedang dalam bahaya besar?

Aset Peradaban Gemilang

Indonesia dengan segala kekayaan alamnya yang melimpah ruah, dan dengan segala kemajemukan yang ada di dalamnya, akan sangat sayang apabila tidak dikelola dengan baik. Siapa pengelola itu? Jika jawabannya pemuda, maka akan kita dapati bahwa pemuda yang akan membangun negeri ini ke arah yang lebih baik adalah pemuda yang kuat. Kuat akal, fisik, dan psikologisnya. Dan pasti setiap pemuda berawal dari anak-anak.

Kebaikan anak-anak bergantung besar pada keshalihan orang tuanya. Orang tua berperan sangat besar dalam menjadikan anak-anak mempunyai masa depan yang cerah. Kenapa? Karena anak adalah aset peradaban.

Ya, sebuah aset peradaban yang sangat mahal harganya. Peradaban yang tidak hanya bisa menghasilkan produk-produk teknologi mutakhir, tapi lebih dari itu. Sebuah peradaban gemilang yang akan melahirkan insan-insan sholih berkepribadian unggul. Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah sistem yang mampu mencetak sekaligus melindungi anak-anak dari berbagai kejahatan jaman.

Sejarah manusia mencatat, generasi terbaik pernah lahir ke dunia ini. Generasi yang mampu memimpin dunia dengan kecapakan ilmu pengetahuan maupun dengan keshalihan agamanya. Lebih dari 13 abad, generasi ini menguasai dunia. Bapak optik dunia, bapak kedokteran dunia, bapak kimia dunia, ahli botani, ahli perbintangan (astronomi), ahli geografi, teknokrat dan sebagainnya berkembang pesat saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun