Berbicara mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia, pastinya tidak akan pernah habisnya. Tercatat dari tahun 2013 hingga 2022 lalu Indonesia memiliki 1.728 Warisan Budaya Takbenda {WBTb). Hal ini sudah diungkapkan langsung oleh Ditjen Kebudayaan Indonesia dalam lamannya https://kebudayaan.kemdikbud.go.id. Dari 1.728 yang tercatat sebagai Warisan Budaya Takbenda ini tersebar luas hingga ke seluruh Provinsi yang ada di Indonesia. Salah satunya terdapat pada Provinsi Sumatera Selatan.Â
Provinsi dengan jumlah masyarakat hampir menyentuh 9 juta jiwa ini, memiliki beragam kebudayaan yang tersebar di Kabupaten maupun Kotanya. Diantaranya, Kota Palembang. Kota yang dikenal sebagai "kota Pempek" ini kaya akan kebudayaannya. Tidak hanya dengan makanannya saja, Palembang juga banyak menyimpan kekayaan kebudayaan, salah satunya Songket Palembang.
Songket Palembang yang sudah menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) per tahun 2013 lalu. Menurut https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=9 Songket Palembang sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang. keberadaan kain songket awalnya muncul pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang pada abad ke-7 hingga abad ke-13 dan Kesultanan Palembang Darussalam (1659-1823).Â
Menurut hikayat rakyat Palembang yang juga dikisahkan secara turun-temurun, awal mula Kain Songket berasal dari pedagang Cina yang membawa sutra, kemudian datang pedagang India dan Timur Tengah membawa emas. Jadilah Kain Songket yang berlapis emas di tangan orang Palembang. songket Palembang biasanya Digunakan sebagai pakaian adat masyarakat Palembang dalam menghadiri ritual adat seperti: upacara perkawinan, upacara cukur rambut bayi dan sebagai busana penari Gending Sriwijaya.
Songket Palambang ini menjadi salah satu kerajian yang membutuhkan waktu lama untuk membuatnya, Menurut Pak Kemas Muhammad Ali yang menjadi pengrajin Songket Palembang dari tahun 1975. Mengungkapkan pembuatan untuk satu kain Songket Palembang dapat membutuhkan waktu 40 hari. Dan pembuatan kain songket ini juga membutuhkan ketelatenan untuk membuat satu kain songket ini. Hal ini menjadikan kain songket ini sulit untuk menemui pengrajinnya.
Kemas Muhammad Ali yang saat ini salah satu pengrajin yang masih bertahan di daerah Palembang. Beliau mengungkapkan keadaan sekarang saat ini, Pak Kemas bercerita mengenai beliau yang sudah sering diajak oleh negara-negara tetangga untuk membuat kain ini di negaranya, tidak berhenti disini saja beliau mengungkapkan bahwa kurangnya mendapatkan dari pemerintah.Â
Dia sudah mendapatkan banyak penghargaan, salah satunya penghargaan terakhir yang diberikan langsung oleh Kementrian Perindustrian, beliau mengungkap akan diberikan fasilitas seperti pelatihan-pelatihan. Namun hingga wawancara terakhir ini, beliau belum mendapatkannya. Meskipun demikian, Pak Kemas tidak pernah kehabisan pesanan dari para pembelinya. Hingg sekarang Pak Kemas Sudah memiliki karyawan kurang lebih dari 10 orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H