Mohon tunggu...
Zidan Apreilan
Zidan Apreilan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Manusia

Punya cita-cita untuk menjadi kriminal di planet mars.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia, Cinta, Harapan, dan Makna Kehidupan

20 Juli 2022   12:53 Diperbarui: 20 Juli 2022   12:58 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

MANUSIA, CINTA, HARAPAN DAN MAKNA KEHIDUPAN

 Manusia Dan  Makna Kehidupan

Manusia sejak awal diciptakan diberikan sebuah kodrati illahi berupa pikiran, rasionalitas dan hati. Membuat prinsip-prinsip kehidupan dan berkembang dengan pemikiran-pemikiran sehingga melahirkan isme untuk mengatur tatanan kehidupan dimuka bumi ini. Manusia dapat dipahami sebagai makhluk berakal-budi. Dengan menggunakan keduanya, manusia dapat mewujudkan tujuan dan visi mereka hingga menjadi hal yang nyata atau realistisitas.

Untuk bisa mendeskripsikan apa itu manusia, ada begitu banyak konsep mengenai manusia, hakikat manusia baik itu dalam filsafat atau bahkan metafisika tradisional. Ada begitu banyak agama yang telah meletakkan sebuah konsep serta hakikat manusia. di dalam konsep agama, manusia ditandai sebagai mikrokosmos, bagian dari tatanan kosmos makro.

Manusia diberikan keistimewaan yang ekslusif, dibanding dengan being yang lain dimuka bumi, keistimewaan inilah yang pada akhirnya membawa malapetaka kehidupan sebagai sebuah konsep egoisme karena manusia merupakan obyek yang akan dimanfaatkan untuk kebaikan manusia itu sendiri. Pandangan demikian memang terdengar sangat antroposentris. Namun, bukankah hal itu yang memang terjadi? Kita, manusia, mempercayai bahwa kita diberi mandat untuk menjaga bumi karena menjadi satu-satunya being yang diberi rasionalitas serta akal-budi.

Tidak hanya akal-budi, manusia juga merupakan makhluk emosional yang mampu merasa dan berperilaku berdasarkan perasaan dan nuraninya. Merasakan seluruh cinta dan kasih kepada seluruh makhluk hidup atau bahkan benda mati sekalipun. Perpaduan dari emosi dan akal budi kodrati mampu menciptakan peradaban lengkap dengan segala kompleksitasnya. Manusia juga merupakan makhluk individual yang memiliki perasaan dan pikiran yang hidup serta kehidupan pribadinya dan juga sebagai makhluk sosial yang identitasnya ditentukan dalam sinkronisasi hubungan dengan dunianya.

Namun, di dalam tradisi zen buddhisme, manusia tidak dijadikan sebuah konsep dan bahkan tidak dibicarakan sama sekali. Manusia tidak disebut sebagai makhluk istimewa, tetapi sebagai bagian tak terpisahkan dari segala hal yang ada di alam semesta. Sama halnya dengan segala lainnya. Dalam konsep ini manusia merupakan cerminan dari jiwa universal yang disebut sebagai atman.

Kehidupan yang merupakan suatu hirarki, dimana setiap tingkat struktur biologis merupakan pengembangan dari tingkatan dibawahnya. Selain itu, Manusia juga tidak puas dengan sekedar ada, sekedar hidup. Karena lebih daripada itu manusia membutuhkan makna hidup dan kehidupannya. Makna merupakan intensi dalam arti kumpulan sembarang dunia dimana ada rujukan atas objek tersebut. 

Arti hidup yang dimaksudkan adalah arti hidup bukan untuk dipertanyakan, tetapi direspon karena kita semua bertangung jawab untuk suatu hidup serta memiliki tujuan dan harapan yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup di dunia ini. Untuk mencapai semua itu seseorang harus melakukan sesuatu dalam hidupnya  tidak hanya diam dan bertanya hidup ini untuk apa. 

Makna hidup juga merupakan suatu yang penting dan berharga bagi seseorang individu, apabila seorang berhasil menemukan makna hidup maka kehidupan ini akan dirasakan sangat berarti. Makna hidup merupakan hal yang sangat penting sehingga dapat selalu berubah-ubah seiring berjalannya waktu dan perubahan situasi dalam kehidupan individu tersebut.

Cinta Dan Harapan

Pertama-tama, manusia tidak bisa menangkap yang lain sebagai objek bagi dirinya. Manusia lain adalah sesama subjek yang juga memiliki tubuh dan pelampauan atasnya. Manusia rela membuka diri kepada yang lain juga untuk memahami siapa manusia itu sebenarnya. Ia lalu mulai menerima yang lain dengan terlibat langsung dalam partisipasi pengambilan keputusan. 

Manusia memiliki subjektivitas, namun hal ini tergantung pada subjek yang lain, maka keterlibatan kepada yang lain untuk saling mengenal itu penting sebagai dasar pengambilan keputusan. Kesediaan tersebut adalah suatu timbal-balik yang akan menimbulkan kesetiaan untuk saling terlibat karena saling membuka diri atas semua kebutuhan. Kesetiaan ini akan secara otomatis membuka diri pada realitas yang lebih tinggi dan bebas hanya jika manusia merendahkan diri dan menyerahkannya pada orang lain. Pada titik inilah cinta kasih mencapai puncaknya, bahwa manusia akan terus diingat oleh manusia lain karena cinta kasihnya.

Cinta kasih adalah hal yang transenden, yang melampaui aku dan kau, yang akan meninggalkan sisi fisik dan psikis dirinya sendiri menuju keabadian. Memahami orang lain dalam cinta kasih berarti juga memahaminya dalam kebebasannya. Ia tidak merasa dikucilkan karena sendirian karena dengan melibatkan diri dalam partisipasi, ia akan mampu memahami orang lain sekaligus memahami dirinya sendiri. 

Proses ini akan menjadikan yang lain juga sebagai subjek untuk bersama-sama saling melengkapi dengan dasar cinta kasih yang transenden. Cinta kasih membentuk hubungan antar manusia dalam sebuah communion, yaitu kebersamaan akan kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan. 

Dengan kata lain, manusia akan lebih memahami otonominya yang bebas dalam cinta kasih. kunci kehidupan yang terpenuhi adalah mengejar dengan sepenuh hati apa yang orang pedulikan, bahwa cinta adalah bentuk kepedulian yang paling otoritatif, dan bahwa bentuk kasih yang paling murni adalah, dalam cara yang rumit, cinta diri. dengan perhatianlah kita menanamkan dunia dengan makna. memberi kita ambisi dan keprihatinan yang stabil; itu membentuk kerangka tujuan dan minat di mana kita menjalani hidup kita. 

Pertanyaan paling mendasar dan esensial bagi seseorang untuk diajukan tentang perilaku hidupnya bukanlah apa yang harus dia pedulikan tetapi apa, pada kenyataannya, dia tidak bisa tidak peduli dengan kepedulian. Bentuk kepedulian yang paling penting adalah cinta dan kepedulian tanpa pamrih, tidak tertarik untuk berkembangnya apa yang dicintai.

Cinta begitu penting karena penalaran praktis yang bermakna harus didasarkan pada tujuan sehingga kita tidak mencari hanya untuk mencapai tujuan lain, dan karena dalam cinta itulah kita menjadi terikat pada tujuan akhir yang diinginkan demi kepentingan mereka sendiri. bentuk cinta yang paling murni adalah cinta diri. 

Cinta sebagai dasar yang tidak tampak dari hubungan intersubjektif, artinya melampaui tubuh yang terbatas. Cinta adalah suatu panggilan hidup eksistensial yang dalam prosesnya melibatkan kerelaan, penerimaan, keterlibatan, kesetiaan serta harapan. Harapan muncul disaat manusia tidak mengalami tekanan, karena harapan tidak ada jika terdapat ego dalam diri. 

Harapan adalah kepastian yang melampaui ketidakpastian namun meniadakan anggapan, kepastian yang disetujui, dibolehkan, kepastian yang mungkin merupakan sebuah doa tetapi tidak dalam penaklukan. Harapan yang dimiliki manusia dapat meningkatkan semangat hidup, dan mempererat hubungan interpersonal, karena harapan menimbulkan rasa saling memiliki dalam hal kemanusiaan.

     

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun