Mohon tunggu...
Zidan Apreilan
Zidan Apreilan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Manusia

Punya cita-cita untuk menjadi kriminal di planet mars.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karsa Dalam Asa

24 April 2022   03:20 Diperbarui: 24 April 2022   03:28 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam penghabisan. Malam ini aku kembali mengetik rasa dan karsa dalam kesepian. Memeluk lukaku lalu membasuhnya seperti memelihara nestapa. Namun kali ini lukaku akan kumakan semua. Supaya besok aku tidak akan kelaparan menahan kejamnya kerinduan. 

Sejauh apapun langkahku pergi, semesta selalu saja menyuguhkan memori yang tak biasa, tentangmu pastinya. Perihal segala hal kamu, langkah ingatanku tak begitu kuat untuk menghapusnya, setiap jengkal sudut yang terlintas di benakku selalu saja dirimu. Apa maksudmu? Mengapa kau selalu saja datang bak mimpi buruk di ingatan dan perasaanku. Hatiku bagai lokalanta degap berdegup tanpa dekapmu lagi.

Serumit ini perasaan. Kenapa engkau tak lekas mampus dari ingatan ingatanku? Hari hariku terganggu. Air mata tak terbendung, tak bisa kutahan. Aku tau, semuanya  telah berlalu, kau telah dengannya sekarang. Apa kau tak pernah mengingatku? Apa semudah ini melupakan sebuah kisah panjang bagimu?  

Kisah kita bagai perpustakaan besar dan kau adalah buku yang hilang sebelum sempat kutamatkan. Sepedih ini perpisahan dan semudah itu bagimu melupakan. Aku disini selalu merayakan perpisahan ini bersama air mata yang sebenarnya meminta untuk disudahi.  aku menikmati semuanya. Tidak adil rasanya jika hanya aku, kuharap kamupun begitu.

Aku tak tahu sampai kapan akan seperti ini. Kuharap tulisan ini menjadi kenang kenangan serta kado terindah dari perpisahan. Hadiah dari kisah panjang yang telah berlalu. semoga ini menjadi alasan aku tertawa di kemudian hari, mengingat bahwa dulu pernah ada seseorang sepertiku. Aku percaya maha skenario ini diciptakan dengan sebaik baiknya oleh tuhan. Aku terlalu mencintaimu sehingga mungkin tuhanku cemburu akan hal itu. Seberbahaya itu dirimu.

Aku tak berharap apa apa sekarang, apalagi mengharapkan kamu kembali seperti dulu. Aku mencintaimu dan itu cukup, sebab kata nietzche permintaan agar dicintai merupakan jenis arogansi yang paling besar.  Jalani saja hari harimu dengan penuh bahagia dan bersukacita dengannya sekarang. Menurutku cinta itu ketika kau dengannya diatas penerimaanku dan aku dengannya diatas penerimaanmu. Sampai bertemu di titik perjuangan melupakan ingatan, sekarang aku sedang melewatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun