Mohon tunggu...
Zidan Fajri
Zidan Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

This is what i do for fun

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Ojo Dibanding-bandingke

18 Mei 2023   16:39 Diperbarui: 23 Mei 2023   10:37 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ojo dibanding-bandingke

Sudah tidak asing telinga kita mendengar kata itu, sudah sering kali kata-kata itu masuk telinga kanan dan akhirnya keluar ditelinga kiri, tapi apakah temen-temen menyadari seberapa besar dampaknya bagi kelangsungan hidup kita sendiri? mari kita kupas secara perlahan..

"Rumput tetangga selalu lebih hijau, daripada rumput kita sendiri". Dari sekian banyak alasan-alasan yang ada, mungkin perspektif kita dalam menilai segala sesuatu yang kerap kali keliru. Kornea mata kita dibutakan dengan berbagai pencapaian, prestasi, keberhasilan orang-orang disekitar kita. Hingga pada akhirnya kita luput menyadari bahwa hati nurani kita menjadi kerdil karena rasa iri yang terus-menerus membelenggu.

Kilauan pancaran keberhasilan orang-orang itu menjadi sebuah momok yang mengerikan di banding dedemit dimalam hari. Entah mengapa diri ini dan orang-orang disekitar kita selalu tersilaukan oleh kesuksesan yang dicapai oleh orang lain, dan ujung-ujungnya secara sengaja atau tak sengaja keluar lah dari mulut mereka sebuah kalimat klise yang sangat menyayat hati ini "eh liat tuh si A udah sukses", "ih si A hebat banget tau, kamu kapan sukses juga?", "kamu kok gini-gini aja si? coba lihat si A tuh". 

Hancur sudah kepercayaan diri ini yang hanyalah setipis kertas, harus menahan beban moral dan materil orang-orang yang tidak berperasaan. Namun sedihnya justru orang-orang inilah merupakan orang terdekat kita, bahkan termasuk ikatan darah kita sendiri.

Jika nasi sudah terlanjur menjadi bubur, apa hal yang bisa diri kita lakukan? Perasaan hancur, insecure, dan rendah diri seolah-olah terus membayangi akal dan nurani kita, dan jika dibiarkan terus menerus yang menjadi korban dari semua ini hanyalah jati diri kita sendiri. Hal pertama yang harus kita lakukan saat rasa rendah diri menyerang yaitu dengan mengenal lebih dalam siapa diri kita sendiri. 

Sudahkah kita mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai? sudah kita tahu apa yang mampu memantikkan semangat kita dan apa yang malah menghancurkan hal itu? seberapa dalam kita mengenal diri kita sendiri dibandingkan orang lain?. Ajaklah diri kita berbicara dari hati ke hati, temukan lah bagian dari kita yang perlu kita obati dengan segera, berdamailah dengannya atas semua hal yang telah terjadi. Sampai pada akhirnya luka itu sembuh, dan kita mampu menghandle bagaimana diri ini akan melangkah.

Perlu kita ketahui bersama, Tuhan semesta alam menciptakan makhluk-nya dengan garis takdir yang berbeda-beda. Jalan hidupnya pun tidak sama satu sama lain, semuanya bergerak kearah yang memang sesuai dengan kapabilitas nya. Jika dikiaskan penentuan jalan hidup manusia, seperti halnya ketika kita hendak membeli sepatu. Bagi orang lain ukuran 43 adalah ukuran yang sangat lah besar, namun ketika kita memakainya sepatu itu pas dengan ukuran kaki kita. 

Ada juga ukuran 39, bagi orang orang itu adalah ukuran terbaik, namun ketika kita mencobanya kaki kita kesempitan hingga akhirnya kaki kita lecet. Dalam berbagai hal, tidaklah semua yang orang bicarakan itu baik untuk diri kita. Adapula yang memang pada nyatanya itu tidaklah cocok dengan diri kita. Jadi janganlah diri kita merasa rendah atas apa yang telah digapai oleh orang lain karena sejatinya diri kitalah yang menentukan apa-apa saja yang mampu kita capai.

Diakhir tulisan sederhana ini, penulis ingin menyampaikan bahwa setiap orang dimuka bumi ini itu adalah manusia hebat, setiap orang punya jalan keberhasilannya sendiri, setiap orang dari kita itu dilimpahkan karunia yang tak terbatas oleh-Nya untuk menggapai impian masing-masing. Saat ini bukanlah waktunya kita membandingkan diri kita dengan orang lain, akan tetapi lebih dari itu bandingkan lah dirimu yang sekarang dengan dirimu 5/10 tahun kebelakang. 

Seberapa besar progress yang telah berhasil kamu capai? Hal apa yang masih menjadi kendala dalam dirimu? Impian apa yang ingin kita raih selanjutnya?. Dan salah satu hal penting lainnya ialah jangan lupakan rasa syukur atas karunia Tuhan hingga kita mampu bertahan dititik ini. 

Dengan bersyukur kepada-Nya, kita bisa lebih memahami apa sebenarnya tujuan hidup kita masing-masing. Dan juga rasa syukurmu itulah yang akan menjadi pondasi atas berbagai omongan orang-orang yang kadang membuat diri ini goyah.
Ojo dibanding-bandingke..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun