Mohon tunggu...
Zidane Kallari
Zidane Kallari Mohon Tunggu... Penulis - SMK Telkom Malang

Attitude is everything

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sosial, Lawan atau Kawan bagi Demokrasi?

26 Agustus 2020   16:56 Diperbarui: 26 Agustus 2020   16:51 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada umunya sosial media digunakan oleh remaja untuk melihat keadaan diluar, dan  juga berbagi tentang kehidupan sehari hari.  Namun tidak semua remaja seperti itu, kerena ada juga yang tidak memiliki media sosial.

Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.dan kita tidak perlu lagi bertemu secara langsung . Kita juga dapat menggunakan sosial media sebagai tempat untuk beraspirasi dan mengeluarkan pendapat.

Dengan media sosial, kita dapat lebih mudah mengakses informasi . beberapa sisi positif yang ada adalah kita dapat menambah pengetahuan di dunia luar itu seperti apa, kadang juga dipakai untuk berkomunikasi dengan teman yang jauh. Namun sosial media juga memiliki sisi negatif dan tergantung dari penggunanya, Seperti konten dewasa, berjualan barang ilegal, dan kadang juga ada yang bertengkar di sosial media karena berbeda pendapat.

Apakah media sosial buruk untuk demokrasi ? Menurut saya tidak, Karena itu tergantung dari pemakai sosial media tersebut. Jika kita menggunakan dengan bijak maka manfaat media sosial sebagai kawan akan sangat terasa bagi kehidupan. Namun jika kita memilih untuk menyalah gunakannya maka bersiaplah bertanggung jawab atas apa yang telah kita perbuat.

Banyak contoh positif yang dapat kita ambil dalam demokrasi di media sosial, contohnya Kampanye. Media sosial dalam proses demokrasi salah satunya menjadi alat kampanye dengan penyebaran informasi yang bisa sangat cepat dan efektif untuk mencari suara khususnya suara kaum milenial. Hal ini jelas terlihat sangat dilakukan oleh kontestan pemilu pada dua dekade terakhir pemilu.

Contoh negatifnya yaitu adalah berita Hoax/ berita yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, Seperti di masa pandemi saat ini. dampak dari hoaks covid-19 ini tak main-main. Menurut Studi dari American Journal of Tropical Medicine and Hygiene menyebut 800 orang tewas karena hoaks terkait pandemi virus corona covid-19.

Kematian tersebut terjadi pada tiga bulan pertama tahun 2020. Hasil studi menunjukkan korban tewas disebabkan karena meminum alkohol berkadar tinggi dan meminum disinfektan karena hoaks dua bahan tersebut bisa mencegah covid-19. Sementara ada 5.900 orang lain harus mendapat perawatan di rumah sakit karena mengonsumsi methanol. Dari jumlah tersebut 60 orang akhirnya menjadi buta.

Oleh karena itu kita harus bijak dalam bersosial media, jika tidak itu dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun