Pada kesempatan ini saya akan menceritakan pengalaman bersepeda ke salah satu candi di daerah Sleman yang merupakan peninggalan ajaran Buddha yang bernama Candi Banyunibo. Arti dari nama Banyunibo sendiri yaitu air yang jatuh atau air yang menetes, Candi Banyunibo berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, Candi Barong, dan Candi Ijo, bahkan di sekitar Candi Banyunibo ini banyak dijumpai situs candi di beberapa dusun sekitarnya.Â
Candi Banyunibo ini terletak di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Sekitar 5,6 km ke arah selatan dari candi Prambanan, dan secara administratif terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak dari pusat kota Yogyakarta menuju Candi Banyunibo berjarak sekitar 16 km dan dapat di tempuh dengan estimasi waktu 22 menit.
Sejarah Candi Banyunibo sendiri awal mulanya ditemukan pada tahun 1940-an dengan kondisi tertimbun di dalam tanah. Dari hasil penelitian terhadap candi Banyunibo yang runtuh dan tertimbun, para peneliti memperkirakan bahwa candi ini dahulunya memiliki satu candi utama dan 6 candi pendamping. Pada tahun 1943 candi ini mulai masuk pada proses pemulihan untuk pertama kalinya, namun untuk candi pendamping tidak dapat dipulihkan karena telah hancur.Â
Proses pemulihan yang kedua kemudian dilakukan pada tahun 1976 dan selesai pada tahun 1978. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha. Ukuran Candi Banyunibo ini relatif kecil yaitu dengan lebar 11 m dan Panjang 15 m. Tubuh bangunan candi berdiri diatas batur setinggi 2,5 m yang terletak di tengah hamparan batu andesit yang tertata rapi.
Candi Banyunibo ini memang dibuka dan dijadikan destinasi sejarah bagi masyarkat sekitar dan wisatawan luar, namun pada saat pandemi Covid 19 lalu Candi Banyunibo sempat ditutup untuk umum karema diberlakukannya PPKM di seluruh wilayah Indonesia. Sempat tutup dalam waktu yang lumayan lama, tetapi kini Candi Banyunibo telah dibuka kembali. Jam operasional candi ini mulai jam 06.00 -- 17.00 WIB. Candi Banyunibo ini juga merupakan salah satu spot favorit bagi para pesepeda, mereka sering menjadikan Candi Banyunibo sebagai tujuan sepedaan karena lokasi candi yang di tengah pedesaan dengan suasana alam yang masih asri dan terdapat juga warung-warung kopi, sehingga  para pesepeda dapat beristirahat disana sembari menikmati pemandangan candi yang dihiasi dengan suasana alam yang sejuk.
Pada waktu saya bersepeda ke Candi Banyunibo ini, saya memilih untuk melalui rute dalam pedesaan bukan melalui jalur perkotaan, Saya bersepeda melalui jalan raya Berbah sampai arah Lava Bantal, lalu menemui perempatan dengan bangunan tugu saya masih lurus terus memasuki jalan-jalan desa sampai menemui jalan Blambangan Raya saya lurus terus mengikuti jalan dengan pemandangan kanan kiri persawahan yang sejuk, setalah menemukan perempatan besar ambil kanan masuk ke jalan Opak Raya dan lurus terus ikuti saja jalan yang ada sampai bertemu dengan jalan raya besar jalan Prambanan-Piyungan saya ambil kiri, lalu bersepeda lurus sepanjang jalan Prambanan-Piyungan sampai bertemu palang tanda Candi Ratu Boko, setelah bertemu tanda tersebut saya menyebrang menuju jalan Ratu Boko dan mengikuti jalan lurus sampai bertemu MBS Yogyakarta, kemudian bersepeda lagi sebentar sampai menjumpai bangunan Candi Banyunibo.Â
Sesampainya di Kawasan Candi Banyunibo saya memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di sebelah timur Candi Banyunibo yang terdapat sebuah gazebo dengan pemandangan padang rumput hijau dan pepohonan yang sejuk, sehingga saya dapat beristirahat dan bersantai sambil memanjakan mata dengan pemandangan hijau serta menikmati suasana sore hari yang indah.
Setelah puas bersantai dan beristirahat saya memutuskan untuk berkeliling kawasan Candi Banyunibo sambil mengabadikan momen dengan berfoto-foto menggunakan smartphone yang saya miliki, pada saat asik berfoto-foto, saya berjumpa dengan seeorang yang kebetulan juga mengunjungi Candi Banyunibo dengan bersepeda, karena sama-sama penggemar sepeda kami pun berbincang-bincang santai. Seseorang tersebut merupakan pemuda (Mas-mas) yang Bernama Hendri (20) warga Manggisan kecamatan Banguntapan yang saya jumpai pada Rabu, 01/06/22 pukul 16.00 WIB. Obrolan pertama kami membahas tentang merek sepeda dan sparepart modifikasi yang kami gunakan masing-masing. Saya bertanya "Mas ini polygon seri apa?". Mas tersebut menjawab "Polygon Cascade 3 mas ini, dulu yang sempet langka di pasaran", saya sambung bicara "Iya mas, pas corona itu yang pesepeda lagi booming, orang-orang pada beli sepeda". Lalu saya bertanya "udah upgrade apa aja mas ini".Â
Mas tersebut pun  menjawab "udah lumayan sih mas, stang, pedal, groupset". "Wah lumayan banyak mas, punya saya masih standar ting-ting ini mas" jawab saya sambil tersenyum. "ya...punya situ Xtrada 5 mas, sparepart standar udah lumayan" jawab Mas tersebut sambil tertawa. Saya bertanya lagi "udah sering mas, sepedaan ke sini?". Mas tersebut lalu menjawab "Sering mas saya sepedaan kesini, soalnya enak hawanya sama bisa sambil liat-liat candi, waktu PPKM lalu juga sempat sepedaan kesini, malah enak mas sepi tapi candinya tutup". Kemudian saya sambung "iya mas emang enak suasananya disini, sejuk. Tapi waktu PPKM kemarin saya agak malas sepedaan".Â