Diawali dari sampah
Beberapa waktu lalu, ramai di media sosial seorang mahasiswa menegur Wakil Ketua Komisi 4 DPR RI—Dedi Mulyadi, dalam video yang berseliweran di berbagai media sosial seperti TikTok, YouTube, Instagram dan sebagainya terlihat Kang Dedi Mulyadi sedang memunguti sampah disalah satu pasar yang berada di Purwakarta.Â
Tidak berselang lama, seorang mahasiswa yang entah maksud dan tujuannya apa, tiba-tiba menghampiri KDM yang tengah memberikan sebuah edukasi kepada masyarakat sekitar untuk selalu membuang sampah pada tempatnya dengan cara memberikan contoh konkret di hadapan masyarakat.Â
Mahasiswa tersebut datang dan menghampiri KDM, dengan meminta maaf ia mengatakan sebuah pendapat yang intinya adalah menanyakan ihwal dasar hukum atau kewenangan seorang Dedi Mulyadi memunguti sampah di pasar tersebut.
Dengan tegas dan tangkas, KDM menentang pernyataan mahasiwa tersebut, menurutnya untuk mencintai kebersihan tidak memerlukan dasar hukum, siapapun berhak dan sah-sah saja untuk melakukan tindakan bersih-bersih—memunguti sampah, seperti yang KDM lakukan.Â
Buah dari perdebatan itu pun berbuntut panjang, yang semula kejadian itu terjadi di samping jalan, hingga dibawa kesebuah kantor yang terdapat di sekitaran pasar tersebut.Â
Fenomena atau kejadian tersebut kemudian menjadi menarik dan membuka ruang-ruang pembicaraan di tengah-tengah masyarakat. Pro dan kontra pun terjadi, sebagian pihak menyanjung KDM dengan apa yang telah ia lakukan, sebagian lagi juga mendukung mahasiwa itu karena memang menganggap yang seharusnya memiliki kewenangan dalam menjalankan hal tersebut adalah pihak terkait yaitu, Pemerintahan daerah Purwakarta itu sendiri.Â
Disini penulis tidak akan mencoba untuk memberikan dikotomi terkait mana yang benar dan mana yang salah. Penulis hanya sekedar memberikan sebuah sudut pandang dan opini terhadap peristiwa tersebut.Â
Kita tahu, bahwa saat ini mahasiwa menjadi pemeran utama sebagai seseorang yang selalu mengawasi dan mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang pro kepada rakyat.Â
Sebagai seorang akademis juga, mahasiswa tidak pernah melepaskan dirinya dari ruang-ruang diskusi dan kajian seperti kajian sosial, politik, ekonomi, lingkungan, dsb.Â
Daya intelektual yang didukung dengan berbagai khazanah atau sumber bacaan membuat mahasiswa sedikit terlatih critical thinking-nya. Hal tersebut memang baik dan hampir setiap orang sepakat bahwa itu baik.