Sudah ada sekitar dua minggu yang lalu, ada sahabat saya yang menikah, kami sudah kenal sejak di Surabaya, sama-sama satu asrama dan menempuh pendidikan sarjana di salah satu PTN di sana. Kami memiliki grup yang berisi 8 orang anggota dengan nama "PM Spesial Pakai Telor", sahabat saya tersebut termasuk golongan pendiam, tidak pernah bercerita soal kisah cintanya, tetapi ternyata, dialah yang pertama menikah dan menemukan pasangan hidupnya, mendahului kami semua.
Ada perasaan tidak menyangka, bahwa tiba-tiba ada undangan pernikahan digital yang masuk pada whatsApp grup kami, yang memecah kesunyian setelah beberapa waktu, karena sudah disibukkan dengan urusan duniawi masing-masing. Masih ingat, teks kiriman itu berbunyi, "teman-teman... mohon doanya ya...minggu depan aku akan menikah...".
Setelah kalimat tersebut terkirim di grup, banyak dari kami mengucapkan selamat untuk Azki, sahabat kami, bahkan kami langsung memulai panggilan grup karena saking terkejutnya akan berita bahagia tersebut. Bincang-bincang tersebut cukup lama, ngobrol dari A hingga Z, sampai pada bahasan, "Kok bisa kenal?" "Kenalnya dimana?", "Spill Fotonya dong!".Â
Melalui tulisan ini, saya hanya berharap sahabat saya, Azki dan suaminya akan menjadi pasangan until jannah, Sakinah Mawaddah Warahmah. Amiin.
Kereta Api Menjadi Tempat Temu AlumniÂ
Dari kami bertujuh, yang bisa hadir ke pernikahan Azki ada empat, yaitu Sulis, Winda, Titis, dan saya sendiri, kami memiliki titik kumpul yang berbeda untuk keberangkatan ke Jombang, rumah Azki. Saya dan sulis janjian di Stasiun Gubeng Surabaya sebagai titik kumpul, berangkat menaiki Commuter Line Dhoho yang berangkat pukul 17.58 dan jadwal tiba di Stasiun Peterongan pukul 19.37 WIB di hari Sabtu malam.
Sedangkan Winda dan Titis sudah lebih dulu datang ke Jombang, karena di hari Sabtu siang mereka sudah ada jadwal kondangan ke kakak tingkat, sehingga tidak perlu balik Surabaya, langsung express dari Kediri menuju Jombang.
Alasan utama yang menyebabkan saya dan teman-teman selalu menggunakan transportasi kereta api, adalah karena harga ekonomis, nyaman tanpa asap rokok, dan memiliki jam berangkat dan tiba tepat waktu. Sekitar satu jam, saya di stasiun, menunggu Sulis juga menunggu CL Dhoho tiba, tidak lama kemudian, ada perempuan tersenyum sambil melambaikan tangannya, senyum itu begitu hangat, terasa sudah lama tidak melihatnya, hampir dua tahun lalu.
Akhirnya kami saling bersalaman dan berbincang, layaknya sahabat yang sudah lama tidak jumpa, FYI, Sulis adalah seorang magister bidang ilmu Matematika murni dengan predikat cumlaude di salah satu PTN di Surabaya. Kami banyak membicarakan apa kesibukan masing-masing saat ini, saling memotivasi akan angan yang dicita-citakan, sampai membicarakan topik yang tidak ada kaitannya dengan kami, kabar dan desas-desus orang lain.
Hingga tidak terasa CL Dhoho akhirnya tiba, baik saya juga Sulis, sama-sama tidak memiliki tempat duduk, waktu itu, asal saja duduk saja, kami memilih duduk di gerbong 5 nomor 1A dan 1B, beruntung dari awal hingga akhir, tidak seorang pun yang menggusur tempat duduk kami. Alhamdulillah selamat.