Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Life After Graduation, Ternyata Tidak Semenyeramkan Itu Kok!

6 Oktober 2024   10:59 Diperbarui: 6 Oktober 2024   11:21 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini hanya Anda sendiri yang bisa menjawabnya, mungkin beberapa kali dapat meminta pendapat dan pandangan dari seorang role model yang Anda kagumi, seperti kakak tingkat, influencer, dan sebagainya, tetapi untuk keputusan akhir, tetap berada pada diri Anda sendiri.

Tidak perlu jauh-jauh sebenarnya, masih ada orang tua yang selalu ada dan paling mengerti kita setelah diri sendiri. Orang tua tentu memiliki pengalaman dan wawasan lebih luas terkait masa depan Anda, memang ada kalanya orang tua yang cenderung mengarahkan ke satu atau dua posisi tertentu, dan sekuat tenaga berjuang agar anaknya bisa mencapai posisi tersebut, tetapi ada juga orang tua yang cenderung hanya mendukung apapun keputusan anaknya, selama itu realistis dan bisa dipertanggungjawabkan.

Fokus Saja Pada Proses Suksesmu

Rencana ke depan yang ingin ada raih, mau melanjutkan pendidikan pascasarjana, ataukah ingin langsung berkarir untuk mencapai finansial freedom, atau ingin menyempurnakan separuh agama dengan menikah. Tentu semua Keputusan berada di tangan Anda, dan tidak perlu membandingkannnya dengan teman-teman Anda, karena semuanya memiliki timeline hidup masing-masing.

Dulu saat kuliah mungkin kita terbiasa janjian dalam mengerjakan tugas tertentu bersama teman yang lain, karena memang masih memiliki visi sama, yakni dapat lulus mata kuliah tersebut, tetapi saat lulus, ditambah adanya jarak yang memisahkan dan menyulitkan untuk bertemu, membuat kita lagi-lagi harus mandiri dan tidak boleh selalu bergantung kepada teman yang lain.

Masing-masing sudah memiliki visi yang berbeda dan tentu akan sulit jika membuat timeline yang sama. Memang komunikasi harus tetap terjalin, sebagai sarana silaturahmi saling bertukar kabar, dan saling tolong-menolong saat membutuhkan.

Mungkin disaat temanmu sudah lebih dulu mendapatkan kerja dari pada kamu, disaat itulah Anda akan semakin terpacu dan bergumam dalam hati "kapan ya waktu ku tiba?", jadikanlah hal tersebut sebagai motivasi agar lebih bersemangat dalam segala proses kesuksesanmu, tetapi jangan sampai membuatmu down dan merasa gagal karena kalah cepat.

Hidup bukanlah sebuah perlombaan, tidak bisa ditentukan mana yang lebih unggul dan lebih pintar seperti saat sedang melihat IPK di transkrip nilai, yang paling unggul akan mendapatkan gelar wisudawan terbaik, bukan se simpel seperti itu, tetapi campur tangan Tuhan dan faktor X diluar kendali kita juga turut berperan, jadi jangan hanya fokus mengevaluasi kesalahan diri sendiri, dan berlarut-larut dalam kesedihan, karena banyak evaluasi diluar itu yang patut diperhitungan.   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun