Sekiranya sudah kali kedua saya beli bakso gerobakan yang buka dari jam 09.00 WIB hingga dagangan habis di pukul 16.00 WIB. Baksonya memiliki konsep yang sedikit unik dari kedai bakso biasanya, pembeli bisa melakukan self service atas apa yang ingin ia makan dan tentu menyesuaikan budget masing-masing orang.
Konsep prasmanan ini sendiri sudah lama ada, biasa diterapkan pada sistem makan tamu saat di resepsi pernikahan maupun saat menginap di hotel yang menyediakan breakfast di pagi hari. Tamu yang hadir, bisa sepuasnya mengambil makanan maupun minuman yang sudah disediakan, bahkan jika sekedar refill saja.Â
Saat ini pun konsep self service atau prasmanan banyak ditemukan pada restoran hingga warung kecil-kecilan, seperti pada restoran nasi padang, warteg dengan aneka lauk rumahan, angkringan dengan aneka bakaran, maupun di warung seblak, dan masih banyak lagi.
Hal yang saya suka dari konsep prasmanan ini adalah karena pembeli bebas memilih menu yang ia inginkan, tentu dengan pertimbangan selera juga dari harga masing-masing menu, selain itu, pembeli juga merasa memiliki kontribusi aktif dalam memilih apa yang akan ia konsumsi nantinya dan tentu menambah  kepuasan tersendiri.
Bakso Prasmanan yang Berlokasi di Dau Kalisongo MalangÂ
Sempat ada wawancara singkat antara saya dengan ibu penjual bakso gerobakan itu, yang mengaku bahwa ia sudah berjualan sejak tahun 2009, beliau juga menuturkan bahwa setiap hari ia berjualan dari pagi hingga sore hari, alhamdulillah selalu habis, kalaupun masih ada sisa, hanya sedikit jumlahnya. Ibu penjual memiliki prinsip untuk berjualan sedikit, tetapi tetap menjaga kualitas dan komplit menyediakan aneka variasi bakso.
Variasi bakso yang dijual juga cukup beraneka ragam, ada bakso kecil, bakso jamur, bakso cabe, siomay, tahu putih rebus, tahu kuning goreng, mie kuning, mie bihun, lontong, pangsit goreng, gorengan bulat, sate telur puyuh, sate usus, bawang goreng, seledri cincang, selada iris tipis dan toge mentah.
Memang masih belum disediakan list harga per satuan bakso yang dipilih dan ditempel di gerobak ibunya, namun nantinya bisa bertanya langsung kepada Ibu penjual secara lisan akan harga-harga dari variasi baksonya. Biasanya saya cukup membayar 10.000 ribu rupiah untuk satu mangkok bakso sudah plus lontongnya.
Jika ada yang penasaran, 10.000 rupiah dapat apa saja, baik akan saya coba jelaskan, saya mengambil; bakso kecil 3 buah dengan seharga 2000 per satuan, selanjutnya ambil satu lontong dengan harga 1000 rupiah, tahu putih harga 500 ambil 1 buah, tahu kuning harga 500 ambil 1 buah, siomay ambil 2 buah seharga 500 per satuan, pangsit goreng 2 buah seharga 500 per satuan.
Biasanya jika ada pembeli baru, ibu penjual akan bertanya kepada pembeli mau ambil sendiri atau diambilkan, Jika ambil sendiri nantinya kita akan diberi alat capit untuk mengambil bakso-baksoan sambil ibunya menyiapkan mangkok maupun plastic yang akan digunakan sebagai wadah, namun jika kita meminta ibunya untuk diambilkan juga boleh, berarti kita hanya terima jadi dan kemudian melakukan transaksi pembayaran setelahnya.
Penilaian dari Segi Rasa BaksoÂ
Bakso kecilnya seharga 2000 per biji, memilik tekstur halus tidak berurat dan sedikit kenyal, namun tidak sampai seperti cilok yang sampai susah untuk dikunyah, bakso kecilnya tidak murni memakai daging sapi, namun ada campuran daging ayam, perbandingan antara tepung dan daging sepertinya memiliki takaran yang pas, dan sesuai selera saya.
Siomay rebusnya nya juga tidak kalah lezat, isiannya kenyal namun tetap bisa dikonsumsi, kulit pangsitnya berwarna kuning dan lembut saat masuk mulut, tidak yang memiliki tepian keras, proporsi antara isian dan juga kulitnya juga seimbang, tidak terlalu sedikit.
Kuah baksonya tipe kuah bening, rasa kaldu yang gurih tetap ada namun tidak terlalu pekat, kuahnya memiliki rasa dominan segar, apalagi jika kuahnya nanti ditambah dengan bawang goreng dan irisan seledri makin menambah rasa gurih khas bakso.
Tidak seperti bakso yang biasa saya konsumsi yang mana ada irisan kubis yang memperkaya tekstur dari semangkok bakso, Â sayuran yang disediakan di warung bakso ini adalah toge putih dan juga selada iris tipis, boleh mengambil sesuai selera dan tidak dihitung harganya, tentu sebuah inovasi yang baik, karena penjual mencoba menyeimbangkan antara konsumsi protein dari bakso juga asupan serat dari toge putih dan selada.
Makan di Tempat MinimalisÂ
Saat itu, saya bersama teman saya, sengaja ingin makan makanan yang berkuah karena memang cuaca sedang terik-teriknya, kami tidak sengaja menemukan gerobak bakso dengan penampakan cukup komplit dari luar gerobak kacanya, bakso-bakso-an sudah ditata dan berjajar rapi di etalase, hingga kami memutuskan untuk makan di warung bakso Ibunya, sebenarnya belum berwujud warung, tetapi lebih ke jualan gerobakan yang sudah memiliki tempat pangkal di dekat pos kamling yang sudah lama tidak terpakai.
Tempat makan bakso masih menggunakan ruangan sempit bekas pos kamling, dengan luas yang cukup terbatas karena hanya muat satu meja kayu ukuran 1x0.5 meter dan empat kursi plastik, memang banyak dari pelanggan ibu yang memilih take away daripada harus dine ini karena memang keterbatasan tempat.
Wujud tempat makan cukup bersih, meskipun belum ada fasilitas tempat sampah maupun tisu, dan juga kipas angin, beruntung cuaca di Malang cukup berangin meski di siang yang terik, ventilasi udaranya juga terbantu dengan adanya dua pintu, depan belakang yang bisa digunakan untuk akses keluar-masuk pelanggan. Uniknya di pintu belakang, dulunya nampak seperti tembok yang sengaja digempur untuk membuat sebuah pintu. Â
Di atas meja sudah tersedia sambal dan persaosan yang bisa diambil sesuai selera, juga ada fasilitas minum air putih dan es sirup yang bisa didapatkan secara gratis, keduanya sudah teracik rapi di dalam askan bening, disediakan pula gelas-gelas kaca yang digunakan sebagai wadah untuk minum bagi siapa saja yang berkenan. Ibu penjual memang tidak melayani pesanan minuman seperti es teh atau es degan untuk para pembeli seperti pada kebanyakan warung.
Bakso Malang Menjadi Salah Satu Kuliner IkonikÂ
Belum lengkap rasanya jika sudah jauh-jauh ke Malang, tetapi belum mengicip salah satu kuliner khasnya, yakni bakso. Bakso malang terkenal lengkap dan bervariasi, memang ada banyak warung bakso terkenal dan sudah diliput di berbagai media, namun sengaja saya memilih tempat yang berbeda dan terkesan hidden gem.
Saya ingin menunjukkan bahwa bakso gerobakan sebenarnya dari segi rasa juga tidak kalah dengan bakso yang sudah memiliki tempat yang proper, bahkan saya pernah beberapa kali berkunjung di warung bakso yang memiliki tempat nyaman dan layak, tetapi dari segi rasa masih dibawah dari Bakso gerobakan yang saya temukan di Dau, Kalisongo.
Sepertinya pepatah bijak benar adanya "Jangan cepat menilai sesuatu dari tampak luarnya saja, jika belum mengenalnya lebih dalam", seperti pandangan saya saat pertama kali memutuskan untuk membeli bakso gerobakan tersebut, saya cukup ragu pada awalnya, namun ternyata setelah saya beli dan makan, membuat saya ketagihan dan menjadikannya bakso langganan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H