Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Perempuan Harus Bisa, Mengemudi Bukan Hanya Soal Nyali tapi Butuh Dukungan Tinggi

15 Mei 2024   06:52 Diperbarui: 15 Mei 2024   17:07 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perempuan Mengemudi | thenewswheel.com 

Mungkin saat ini, tidak hanya laki-laki saja yang memiliki tuntutan untuk dapat mengendarai mobil sendiri. Perempuan zaman kini juga seakan tidak mau kalah, termasuk saya. Di awal masa pembelajaran memang terasa berat. Namun jika saya tidak melawan rasa malas itu, saya akan merugi saat ini.

Saya memang produk tuntutan Ibu, yang mana karena Ayah sudah meninggal dunia, sehingga mau tidak mau anggota keluarga lain harus bisa mengemudikan mobil, memang kakak perempuan saya sudah bisa dan terbiasa lebih dulu, namun Ibu selalu berpesan bahwa harus ada yang bisa menggantikan kakak, apalagi tiap lebaran selalu mudik ke rumah nenek dengan jarak 150 km dari rumah. 

Mungkin banyak perempuan lain yang lebih hebat, bahkan mampu mengendarai mobil hingga lintas provinsi misalnya, namun saya hanya ingin berbagi pengalaman dan menunjukkan point of view saya dalam proses belajar mengemudi yang tentu tidak mudah hingga berani berkendara seperti saat ini, semoga ada manfaatnya.

Langkah Awal, Ambil Les Mengemudi 

Belajar berkendara yang efektif untuk pemula adalah dari expert atau disebut les mengemudi, memang berbayar, namun sepadan dengan ilmu dan fasilitas yang didapat. Selain itu, coach yang mengajar juga santun dan sopan dalam mengajar. Diajari perlahan, namun tetap disesuaikan dengan kurikulum dan paket les yang diambil. 

Dulu saat saya ambil les mengemudi dibanderol dengan harga 450.000 dengan 4x pertemuan, mungkin setiap daerah akan berbeda-beda harganya. Masih ingat, pertemuan pertama bersama coach, beliau  bertanya tentang opsi belajar, pilih mobil manual atau matic? Lantas saya menjawab manual, karena di rumah adanya mobil manual.

Hal dasar yang diajarkan adalah mengenai kenyamanan duduk yang harus rileks, serta penting diperhatikan adalah jarak kaki ke pedal kopling, rem, dan gas harus dekat dan kaki dapat menjangkau dengan mudah ketiga pedal tersebut.

Selain itu, juga diajari cara menyalakan dan mematikan mesin mobil, fungsi kopling, rem, dan gas, serta cara menyalakan/mematikan lampu dan pembersih kaca. Setelah materi dasar disampaikan oleh coach, langkah selanjutnya adalah mulai latihan memegang kemudi sendiri di lapangan luas bebas hambatan.

Diajari jalan lurus, mundur lurus, dan kemudian diajari belok kanan dan kiri, cukup seru saat itu, seperti naik boom-boom car di wahana rekreasi. Namun untuk pertemuan kedua sampai akhir, cukup menguji adrenalin saya, karena diminta untuk mengemudi di jalan raya yang ada lalu lalang kendaraan lain.

Setelah kelas les mengemudi selesai, nyatanya belum membuat nyali ini muncul untuk memberanikan diri mengendarai mobil saat berada di rumah. Karena memang ada kakak perempuan yang lebih dulu bisa dan biasa disuruh ibu untuk mengantar ke manapun yang beliau ingini, sehingga tuntutan untuk "saya harus bisa" menjadi kembali surut.

Perbanyak Praktik Mengemudi 

Setelah berbekal materi dan pengalaman praktik dari les mengemudi, saatnya untuk melakukan pendalaman praktik yang didampingi keluarga, tetangga, teman, atau siapa pun yang ahli. Hal ini bertujuan agar semakin luwes tangan dan kaki dalam menggerakkan , serta terbiasa dengan mobil yang akan dipakai sehari-hari.

Kalau kasus saya, adalah nyali yang masih ogah-ogahan, akhirnya Ibu memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar bersama tetangga, yang memiliki background seorang sopir, dengan tetap membayar jasa. Saya mengiyakannya dengan pendalaman praktik belok kanan dan kiri, start di tanjakan.  

Sekitar ada 6x pertemuan bersama tetangga yang lebih mengacu pada pembiasaan dan keluwesan tangan dan kaki ketika sedang mengemudi di jalan raya.

Selain itu, saya juga banyak diajari bagaimana respons cepat saat menghadapi kejadian dadakan, seperti ada yang berhenti/belok mendadak, juga saat akan menyalip kendaraan pelan, seperti becak ataupun truk dengan muatan penuh, saat kecepatan mobil stabil cepat.

Saya sudah mengantongi 10x pertemuan belajar mengemudi dari para ahli berpengalaman, semua materi juga telah didapat, hanya tinggal yakin pada diri sendiri dan memantapkan nyali untuk berani mengemudi di jalan raya, dengan catatan masih dalam jarak dekat dan lintasan landai. 

Membutuhkan Konsentrasi Tinggi 

Hal yang cukup sulit menurut saya adalah saat empat organ tubuh, seperti mata, tangan, kaki, serta otak harus sejalan dan berkonsentrasi.

Bagaimana tidak, dalam satu waktu yang sama, mata digunakan untuk melihat kendaraan lain dari depan, sisi kanan dan kiri, juga arah belakang dengan bantuan spion mobil.

Tangan berfungsi untuk menggerakkan setir, belok kanan dan kiri, juga untuk pindah gigi 1,2,3, dan mundur. Sedangkan kaki berfungsi untuk menekan atau melepaskan pedal kopling, rem, dan gas. Ya bisa dibilang mengemudi adalah pekerjaan multitalent, bekerja di waktu yang sama.

Memang di awal saya mengakui bahwa membangun konsentrasi cukup sulit, kesalahan paling sering bagi saya adalah saat berbelok, dimana posisi setir dan bodi depan mobil sudah dalam keadaan berbelok, namun kaki terkadang lupa melepaskan kopling saat turun gigi, sehingga kedua kaki sama-sama menekan kopling dan gas, yang ada mobil tidak mau gerak dan malah berbunyi keras. Panik? Jelas sampai gemetar dan dilihat banyak orang, wkwkw.

Saya juga tipe yang tidak mendengarkan music saat mengemudi, mungkin setiap orang akan berbeda, namun saat saya mendengarkan music dan ikut bernyanyi, konsentrasi saya cukup terkurangi, dan saya memilih untuk menghindarinya saja.

Butuh Suport dari Orang Terdekat 

Tidak perlu kapok saat melakukan suatu kesalahan dalam proses belajar, mungkin bisa dibuat pembelajaran ke depan agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Saya juga pernah membuat mobil tergores bodi sampingnya akibat belok kanan yang terlalu mepet, bahkan tidak hanya mobilnya yang lecet, gapura masuk RT juga kena imbasnya.

Ibu tidak pernah marah saat saya melakukan kesalahan dan membuat mobilnya lecet-lecet, malah menenangkan dengan kalimatnya "jika terjadi tragedi biasanya akan semakin ahli". Saya hanya bisa senyum malu dengan rasa bersalah yang ada. Ibu adalah orang tersabar yang pernah saya temui dan mungkin inilah yang membuat saya terus belajar meningkatkan intuisi mengemudi saya.   

Mengemudi memang membutuhkan proses dan dukungan dari orang terdekat, agar semangat dari si pembelajar terus menyala. Ada satu cerita dari teman Ibu yang saat itu juga sedang belajar mobil, namun saat ini beliau memutuskan untuk tidak lagi mendekati kemudi dengan alasan ada trauma.

Bagaimana tidak, saat itu beliau diajari oleh suaminya sendiri, namun ketika dalam proses belajarnya beliau tidak sengaja menabrakkan bodi samping mobil hingga lecet, sang suami tidak marah memang, namun mendiamkan si Ibu selama berhari-hari, alhasil Ibu tersebut menjadi takut dan seperti tidak mau lagi belajar mobil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun