Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Perempuan Harus Bisa, Mengemudi Bukan Hanya Soal Nyali tapi Butuh Dukungan Tinggi

15 Mei 2024   06:52 Diperbarui: 15 Mei 2024   17:07 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perempuan Mengemudi | thenewswheel.com 

Kalau kasus saya, adalah nyali yang masih ogah-ogahan, akhirnya Ibu memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar bersama tetangga, yang memiliki background seorang sopir, dengan tetap membayar jasa. Saya mengiyakannya dengan pendalaman praktik belok kanan dan kiri, start di tanjakan.  

Sekitar ada 6x pertemuan bersama tetangga yang lebih mengacu pada pembiasaan dan keluwesan tangan dan kaki ketika sedang mengemudi di jalan raya.

Selain itu, saya juga banyak diajari bagaimana respons cepat saat menghadapi kejadian dadakan, seperti ada yang berhenti/belok mendadak, juga saat akan menyalip kendaraan pelan, seperti becak ataupun truk dengan muatan penuh, saat kecepatan mobil stabil cepat.

Saya sudah mengantongi 10x pertemuan belajar mengemudi dari para ahli berpengalaman, semua materi juga telah didapat, hanya tinggal yakin pada diri sendiri dan memantapkan nyali untuk berani mengemudi di jalan raya, dengan catatan masih dalam jarak dekat dan lintasan landai. 

Membutuhkan Konsentrasi Tinggi 

Hal yang cukup sulit menurut saya adalah saat empat organ tubuh, seperti mata, tangan, kaki, serta otak harus sejalan dan berkonsentrasi.

Bagaimana tidak, dalam satu waktu yang sama, mata digunakan untuk melihat kendaraan lain dari depan, sisi kanan dan kiri, juga arah belakang dengan bantuan spion mobil.

Tangan berfungsi untuk menggerakkan setir, belok kanan dan kiri, juga untuk pindah gigi 1,2,3, dan mundur. Sedangkan kaki berfungsi untuk menekan atau melepaskan pedal kopling, rem, dan gas. Ya bisa dibilang mengemudi adalah pekerjaan multitalent, bekerja di waktu yang sama.

Memang di awal saya mengakui bahwa membangun konsentrasi cukup sulit, kesalahan paling sering bagi saya adalah saat berbelok, dimana posisi setir dan bodi depan mobil sudah dalam keadaan berbelok, namun kaki terkadang lupa melepaskan kopling saat turun gigi, sehingga kedua kaki sama-sama menekan kopling dan gas, yang ada mobil tidak mau gerak dan malah berbunyi keras. Panik? Jelas sampai gemetar dan dilihat banyak orang, wkwkw.

Saya juga tipe yang tidak mendengarkan music saat mengemudi, mungkin setiap orang akan berbeda, namun saat saya mendengarkan music dan ikut bernyanyi, konsentrasi saya cukup terkurangi, dan saya memilih untuk menghindarinya saja.

Butuh Suport dari Orang Terdekat 

Tidak perlu kapok saat melakukan suatu kesalahan dalam proses belajar, mungkin bisa dibuat pembelajaran ke depan agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Saya juga pernah membuat mobil tergores bodi sampingnya akibat belok kanan yang terlalu mepet, bahkan tidak hanya mobilnya yang lecet, gapura masuk RT juga kena imbasnya.

Ibu tidak pernah marah saat saya melakukan kesalahan dan membuat mobilnya lecet-lecet, malah menenangkan dengan kalimatnya "jika terjadi tragedi biasanya akan semakin ahli". Saya hanya bisa senyum malu dengan rasa bersalah yang ada. Ibu adalah orang tersabar yang pernah saya temui dan mungkin inilah yang membuat saya terus belajar meningkatkan intuisi mengemudi saya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun