Acara mendadak yang mengharuskan saya pergi ke Kota Malang sendirian, padahal sudah lama sejak Juni 2023, saya tidak melakukan perjalanan dengan menggunakan moda transportasi kereta api, apalagi sebelumnya saya juga belum pernah ke Malang sendirian, tapi saya pikir, kemana perginya nyali? masih muda dan sehat tunggu apalagi.
Beli tiketpun juga mendadak, tanpa pikir panjang langsung scroll KAI Access dan menemukan jadwal yang cocok, langsung beli KA Matarmaja yang berangkat dari Stasiun Ngawi pukul 21.31 dan tiba di Stasiun Malang Kota pada pukul 02.39 WIB. Harga tiket sebesar 160.000, sebenarnya ada opsi yang lebih murah, dengan rute berbeda, namun sekali lagi karena keadaan.
Berangkat dari rumah sekitar jam 16.30 sore, dianter paklik naik motor yang saat itu sekalian bareng beliau yang akan pulang ke Ponorogo. Sore itu, hujan tidak juga kunjung berhenti, keaadaan ini cukup menahan kami, antara berangkat atau tidak, akhirnya tetap sepakat untuk menerobos hujan dengan berbekal pelindung mantel seadanya yang melindungi baju agar tetap kering.Â
Sudah hujan, ditambah paklik lupa jalan yang biasa ia lalui, kemudian saya ngide menyalakan maps dan betul saja, sesuai dugaan kami, diarahkan ke rute hutan jati-jagung dengan jalan jelek yang curam, hingga sekitar setengah jam kami berputar-putar. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke rumah warga dan bertanya, doa kami terkabul, kami berhasil keluar dari hutan.
Kami meneruskan perjalanan hingga tiba di Ngawi pukul 20.00. Setelah tahu lokasi stasiun sebelah mana, dan masing-masing berganti baju karena basah akibat hujan serta sholat jama' qoshor di mushola terdekat. Â Kemudian paklik mengajak saya untuk makan di warung nasi goreng. Porsi nasi goreng jumbo yang masih panas dan ditambah segelas teh hangat pelepas dahaga dan lapar, cocok sekali untuk malam gerimis waktu itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 20.30, paklik akhirnya mengantarku ke stasiun Ngawi dan langsung berpamitan untuk meneruskan perjalanannya ke Ponorogo. Saya menunggu sejenak di ruang tunggu stasiun, dan akhirnya diperbolehkan untuk boarding.
Masuk ke dalam gerbong kereta, mencari nomor yang sesuai dengan yang saya punya, dengan harapan memiliki teman sebangku sesama perempuan, karena saya sudah sangat mengantuk dan lelah, takut bersandar pada bahu yang bukan muhrim. Wkwkwk.
Tapi sepertinya saya belum mujur, tempat duduk saya berada berada di tengah, kedua teman sebangku adalah laki-laki muda, sekitar usia 20-25 tahun, bangku yang tepat berhadapan dengan saya juga terisi oleh 2 bapak-bapak paruh baya, sepertinya mereka rekan.
Jadi bisa dibayangkan saya adalah perempuan sendiri dalam majelis tersebut. Â Lima menit pertama, saya masih melek dengan men-scroll beberapa sosial media, dan ada basa-basi singkat dengan bapak-bapak paruh baya di hadapan saya. Â
15 menit selanjutnya yang saya ingat adalah saya tidak bisa mengendalikan kesimbangan tubuh, saya terus-terusan mengantuk, sepertinya tubuh saya beberapa kali menyenggol dua orang disamping saya. Semoga mereka mengerti bahwa saya memang dalam keadaan lelah.