Mohon tunggu...
Zico Alviandri
Zico Alviandri Mohon Tunggu... Programmer - Warga Indonesia

Warga Indonesia yang diperbolehkan bersuara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagar Misterius yang Merepotkan

15 Januari 2025   11:03 Diperbarui: 15 Januari 2025   11:03 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau pagar makan tanaman, minumannya apa? Air laut! Makanya ada pagar yang bisa tumbuh sepanjang 30 KM lebih di Laut Tangerang, dan baru-baru ini muncul pula di Laut Bekasi.

Siapa yang membuat pagar itu? Apa tujuannya? Semua masih menjadi misteri.

Namun, inilah saatnya untuk atheis memperkuat teori mereka. Karena atheis mempercayai bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya. Maka bukan tidak mungkin pagar laut itu juga terjadi dengan sendirinya. Kalau sampai besok pembuat pagar itu belum ketahuan juga, maka atheis bisa mengukuhkan digdaya mereka atas kaum beragama.

Entah bagaimana terjadinya, yang jelas pagar laut itu telah mempersulit nelayan mencari ikan. Ini mirip dengan warga Desa Lemo dan sekitarnya di Kabupaten Tangerang yang terhalang akses dan mobilitasnya karena tembok PIK 2. Eh tapi perlu diklarifikasi, saya tidak menuduh pagar laut itu dibanung pihak PIK 2 juga. Kita masih menunggu statement dari atheis yang mengklaim bahwa pagar itu ada dengan sendirinya.

Pagar dan tembok, dua kata itu terasosiasi dengan kata segregasi. (Terkecuali pagar ayu, itu tidak ada hubungannya.) Dan masyarakat kita semakin terbiasa dengan tembok/pagar/segregasi sosial. Misalnya selama sepuluh tahun kemarin kita hidup bersama sebuah pemisah yang disebut cebong-kampret. Namun, meski seakan terpecah, bangsa Indonesia tetap disatukan oleh kebijakan yang terpaksa dipatuhi bersama seperti UU Ciptaker, kenaikan PPn, kenaikan harga BBM, penanganan covid yang tidak jelas, dll. Tidak peduli seseorang itu cebong atau kampret, harus hidup bersama dengan kebijakan pemerintah yang begitu, tanpa sekat.

Kembali ke pagar laut, barusan muncul berita yang bisa seolah-olah seperti pagar. Tapi pagar kali ini jelas tujuannya, yaitu memisahkan masyarakat dari mendapat kejelasan tentang siapa yang membuat pagar laut itu. Karena tiba-tiba muncul pernyataan dari suatu pihak bahwa pagar tersebut adalah hasil swadaya masyarakat dan nelayan untuk mencegah abrasi hingga ancaman tsunami.

Ya jelas saja pernyataan itu dibantah oleh banyak kalangan. Malah ada kesan jadi mengadu-domba rakyat kecil. (dan lagi-lagi akan terbentuk segregasi). Johan Rosihan, anggota DPR dari Fraksi PKS yang bersuara tegas:

"Saya juga ingatkan kepada siapa pun yang punya proyek pagar ini, berhentilah kalian mengadu domba rakyat ini dengan klaim-klaim tidak bertanggung jawab seperti ini, untuk makan sehari-hari saja nelayan kita saja susah, apalagi berpikir untuk memagari laut sepanjang 30 km lebih, mustahil lah. Baiknya kalian ngaku saja dan bertanggung jawab atas kejahatan yang sudah kalian lakukan ini,"

Sekarang pagar laut itu sudah disegel (alih-alih langsung dibongkar). Mudah-mudahan pemerintah bisa bertindak tegas dengan merobohkan bangunan dari bambu itu. Kalau sudah, nah, maukah pemerintah merobohkan pagar atau tembok lain yang menyusahkan masyarakat? Contohnya....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun