Ada ungkapan yang lebih terkenal: Engkau adalah apa yang kau makan. Penjelasannya begini, kalau kita suka mengonsumi panganan yang sehat, maka sejatinya kita adalah orang yang sehat dan cermat. Tapi kalau kita gemar menyantap yang kurang baik untuk tubuh, berarti kita tergolong orang yang tidak baik pula.
Kalau dari panganan saja profil seseorang bisa diidentifikasi, maka dari cara makan pun harusnya bisa lebih terlihat. Tertib ataukah rakus, anggun ataukah berantakan, teratur ataukah sesempatnya. Bahkan kadang makan bersama dijadikan cara untuk menyeleksi calon pegawai sampai calon menantu.
Saat kecil saya terheran dengan kehidupan seekor ayam yang sejak keluar kandang pagi hari hingga masuk kandang sore hari mereka tak henti mengorek dan mematukkan paruh ke tanah. Saya bertanya-tanya, "Mengapa kerja mereka hanya makan saja? Kenapa mereka tidak sekolah seperti saya?"
Begitulah hewan ternak, tugas mereka hidup adalah satu: tumbuh dan berkembang hingga ukuran dan usia yang cukup untuk dipotong. Untuk itu mereka harus menyantap apa yang tersaji di tanah gembalaan atau yang disajikan oleh pemiliknya di kandang. Mindful eating? Ya, mereka mindful sekali untuk selalu eating.
Lama kemudian saya bertemu sebuah ayat Al-Qur'an yang mengingatkan kembali atas keheranan saya di waktu kecil.
"... Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka." (QS Muhammad: 12)
Rupanya salah satu pembeda antara orang mukmin dan kafir dalam Islam adalah cara makan. Islam dikenal dengan agama yang mengatur setiap detail kehidupan, dari memimpin di sebuah pemerintahan sampai memasuki kamar kecil. Maka makan pun ada beberapa aturan.
Terkait ayat di atas, seorang muslim tidak menjadikan aktifitas bersenang-senang dan makan-makan sebagai hal yang utama dalam keseharian. Namun ia lakukan untuk bertahan hidup. Ya boleh saja sesekali berwisata kuliner, tapi itu bukanlah alasan ia mencari nafkah.
Karena alasan Tuhan menciptakan manusia itu untuk beribadah, maka itulah aktifitas utama seorang muslim. Dan bagaimana ia makan pun menjadi bagian dalam peribadatan selama mengikuti aturan dalam Islam.
Ia membawa kesadaran saat makan. Pertama, kesadaran untuk membaca basmalah terlebih dahulu dengan menggunakan tangan kanan. Kedua, kesadaran bahwa apa yang dihadapannya adalah nikmat dari Allah sehingga ia membaca hamdalah setelah makan. Ketiga, aktifitas makan itu ia jadikan bernilai ibadah dengan meniatkan agar badan kuat untuk menjalani ibadah yang lain dan untuk memenuhi hak tubuh.
Sehingga pernyataan "Engkau adalah bagaimana cara kau makan" menjadi relevan untuk membedakan apakah ia seorang muslim yang taat atau bukan. Begitulah mindful eating yang syar'i.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H