Mohon tunggu...
Ziaw Noha
Ziaw Noha Mohon Tunggu... Akuntan - Menulis adalah nafasku

Aku menulis karena aku mencintainya. Di setiap ide-ide yang terlintas dalam benakku, di setiap aksara yang tergores dari penaku dan di setiap kebenaran yang terpancar untuk masyarakatku. Sungguh, aku mencintainya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Langit Merah di Tanah Pasir

6 November 2023   08:51 Diperbarui: 6 November 2023   17:01 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : https://www.bbc.com

Langit Merah Di Tanah Pasir
Oleh : Ziaw Noha

Langit di tanah pasir kembali merah
Sekali lagi mereka mencoba dan mencoba
Menghancurkan tembok kokoh dalam dada
Mampukah mereka memadamkan asa?

Kukatakan mereka gagal meruntuhkan
Gedung-gedung boleh mereka robohkan
Sekolah-sekolah,
Masjid-masjid,
Rumah sakit,
Ratakanlah, tapi tiada kata menyerah

Benarkah ini semua tentang tanah?
Semua tahu sejarah kepemilikan tanah
Pasal apakah yang mereka baca?
Ataukah sengaja mengubah fakta?

Barisan pesawat dan tank menyerang
Hujan bom menderu tanpa pertimbangan
Anak-anak dan lansia ikut meregang
Perempuan tak berdosa pun menjadi korban

Tidakkah ini semua tentang langit?
Membumikan langit mereka adalah misi
Meruntuhkan cahaya di langit tanah pasir
Mungkinkah terselubung di balik pembantaian tak berperi?

Langit merah di tanah pasir
Tiada satupun mengira akan berakhir
Pembesar-pembesar hanya bisa berbicara
Sedang mereka sadar suaranya tak didengar
Begitu sadar kepada siapa keberpihakan

Bilakah pertolongan itu datang?
Sungguh, pertolongan itu telah datang
Tapi begitu banyak manusia yang ingkar
Lupa kembali pada sumber pedoman
Sedang musuh-musuh benar-benar menerapkan

Demi kendaraan tempur tercanggih
Yang berlari kencang (melesat, menukik, dengan mesin-mesin berkecepatan tinggi)
Yang memercikkan bunga api (senjata tempur berteknologi mutakhir)
Yang menyerang (dengan tiba-tiba, tanpa disadari) pada waktu pagi
Sehingga menerbangkan debu,
Gumpalan asap,
Ledakan dahsyat,
Kobaran api,
Lalu menyerbu ke tengah-tengah musuh (yang sedang lemah)

Bilakah manusia sadar pertolongan itu tiba?
Dan menjalankan petunjuk mulia
Tak sekedar dibaca, dihafal saja
Lalu berjuang menyiapkan generasi mendatang
Menyadarkan tunas-tunas pentingnya belajar
Berlomba-lomba membaca, merumuskan penelitian
Menghasilkan ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan
Menciptakan teknologi tercanggih masa depan
Niscaya menjadi tanah terkuat penjaga kedamaian
Ditakuti karena kebijaksanaan

Hari kemarin adalah pelajaran
Hari ini adalah perjuangan
Hari esok adalah kemenangan
Siapkah berjuang untuk kemenangan?

Kurindukan langit bercahaya di tanah pasir
Menyaksikan rembulan penuh ketenangan
Memandang bintang-bintang kembali bersinar
Berjalan di malam dingin tiada ketakutan
Neraca keadilan dan kemanusiaan ditegakkan

Jakarta, 05 November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun