Mohon tunggu...
Ziaw Noha
Ziaw Noha Mohon Tunggu... Akuntan - Menulis adalah nafasku

Aku menulis karena aku mencintainya. Di setiap ide-ide yang terlintas dalam benakku, di setiap aksara yang tergores dari penaku dan di setiap kebenaran yang terpancar untuk masyarakatku. Sungguh, aku mencintainya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buah Kelapa

9 Januari 2020   18:22 Diperbarui: 9 Januari 2020   18:33 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah berjam-jam aku tak kembali. Pestanya pasti sudah selesai. Aku menghapus sisa air mata di wajahku, lalu beranjak pergi. Bersiap menghadapi lembaran baru dengan hati yang lapang. Tiba-tiba terdengar sesuatu yang jatuh.

"Dug." Aku menoleh. Sebutir buah kelapa jatuh tak jauh dari tempatku berdiri. Aku tertawa mengingat dulu kami pernah minum air kelapa bersama selepas berkejar-kejaran di bibir pantai. Aku membungkuk meraih buah kelapa yang hampir saja menimpa kepalaku. Beruntung aku sudah berjalan agak jauh dari pohon kelapa tempatku bersandar tadi.

"Andi." seseorang memanggil namaku.

Aku memalingkan wajah ke arah suara. Kulihat dia berdiri di depanku. Oh, aku lupa mengenalkan namanya. Hani. Namanya Hani. Gaun pengantin yang dikenakannya tadi pagi masih terlihat anggun bersamanya. Sebuah jaket tebal menutupi lengannya, mungkin untuk melawan angin pantai yang semakin dingin malam ini. Wajahnya terlihat pucat. Memandang dengan mata  terbelalak ke arahku. "Apa yang kau pegang itu?"

Aku mengabaikan perasaanku yang sempat membuncah sesaat. Segera meredamnya dan menyadari bahwa dirinya bukan milikku lagi. Kuberikan senyuman "aku baik-baik saja" kepadanya (sekuat tenaga kupaksakan). "Oh, tadi aku menemukan buah kelap ..."

Seketika suaraku tersekat di tenggorokan. Jantungku berdegup kencang. Mataku ikut terbelalak tak percaya memandang ke arah tanganku. Buah kelapa yang kubawa tadi berubah menjadi kepala manusia berlumuran darah. Seraut wajah mengerikan menyeringai menatapku.

"Hai, kamu baru datang ke sini ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun