Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Yuk Intip Berapa Gaji Guru

16 Agustus 2022   10:16 Diperbarui: 16 Agustus 2022   10:24 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesejahteraan guru

Saat masih SD dulu jika ditanya ingin bercita-cita sebagai apa, sebagian kita menjawab akan menjadi polisi, tentara, insinyur, antronot, dan dokter, sadarlah tidak ada yang mau bercita-cita menjadi guru. Bahkan saya yang saat ini berprofesi menjadi guru dulunya bercita-cita menjadi insinyur yang bisa membuat gedung-gedung keren namun jurusan mengarahkan saya menjadi seorang guru.

Ketika saya mengajar di kelas dan saya memberikan kesempatan kepada siswa saya untuk menjelaskan materi pelajaran yang barusan saya terangkan, dengan sedikit canggung dia mengambil spidol yang saya berikan padanya, ketika mulai menjelaskan pelajaran rasa percaya dirinya muncul dan menjelaskan pelajaran dengan lugas sehingga teman-temannya menjadi antusias, karena yang menjelaskan pelajaran adalah teman mereka sendiri maka siswa yang lain mulai mengajukan berbagai pertanyaan hingga siswa di depan langsung mengeluh, "jujur nanti gue gak mau jadi guru", sontak teman-temannya tertawa mendengar komentar tersebut.

Secara filosofi guru merupakan pekerjaan yang mulia. Banyak para ahli pendidikan dulu hingga sekarang mengatakan bahwa guru merupakan pekerjaan yang mulia. Menjadi guru merupakan tugas negara tertuang pada Pembukaan Undang-Undang Dasar, mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan telah ada undang-undang yang mengatur tentang Guru dan Dosen, begitu besarnya perhatian negara kepada guru.

Dalam realitanya guru mengalami berbagai tantangan, diantaranya:

  • Menghadapi Beragam Siswa
    Tugas guru adalah mengajar dan mendidik siswa-siswanya. Tugas ini bisa dikatakan mudah dan susah. Siswa memiliki beragam karakter dan sifat masing-masing, ada yang rajin, malas, patuh, nakal, pendiam, cerewet dan lain sebagainya. Semakin kesini siswa semakin berbeda dari beberapa tahun sebelumnya. Anak-anak zaman sekarang memiliki pengalaman berbeda dari gurunya. Di umur 7 tahun anak saman sekarang sudah bisa mengoperasikan gadget dan komputer, permainan anak zaman sekarang tidak lagi menuntut gerak banyak dan outdoor (luar ruangan) melainkan mereka main game gadget dan komputer.
    Pola permaina mereka saat ini berbeda jauh dengan apa yang dialami oleh guru mereka disaat usia yang sama. Dulu gurunya bermain kelereng, batu, lompat tali dan sejenisnya yang sudah dianggap kuno zaman sekarang.
    Perbedaan permainan ini juga berpengaruh terhadap gaya interaksi antar anak dan guru. Kebanyakan anak-anak yang sibuk main game bersama teman-temannya lebih banyak menggunakan kata-kata kasar dalam berinteraksi, komentar-komentar yang dilontarkan saat bermain cendrung kasar dan tidak sopan.
    Jika dibandingkan dengan kondisi guru saat di usia yang sama maka terjadi perbedaan yang cukup jauh. Pendidikan karakter seperti sopan santun terjadi secara otomatis di lingkungan masyarakat. seperti teguran dari orang-orang dewasa saat anak-anak melakukan kesalahan. Biasanya anak-anak yang ditegur akan diam dan patuh, namun jika dibandingkan saat ini anak-anak suka menjawab saat ditegur oleh orang dewasa.
    Nah, kondisi sikap dan prilaku inilah yang menjadi tantangan bagi para guru. Setiap tahun guru harus beradaptasi menghadapi prilaku siswa yang berubah-rubah. Perbedaan zaman membuat sebagian guru menjadi kesulitan menghadapi prilaku siswa yang bermasalah, tak jarang ada guru yang bersikap tegas untuk menghadapi prilaku siswa yang membuat kesabarannya habis bahkan di luar kemampuannya.
     
  • Kurikulum Yang Selalu Berubah
    Kurikulum yang selalu berubah setiap pergantian mentri pendidikan merupakan hal yang paling menyebalkan bagi guru. Setelah harus beradaptasi menghadapi prilaku siswa yang berubah guru juga harus beradaptasi menghadapi kurikulum yang selalu berganti. Baru bisa beradaptasi kini harus diganti lagi, jangan salahkan jika banyak guru yang berkomentar, "ganti menteri ganti kurikulum".
    Untuk memahami suatu kurikulum butuh waktu yang lama bagi lembaga pendidikan, biasanya ada banyak sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai pihak. Bagi seorang guru bisa butuh waktu dua tahun memahami mekanisme sebuah kurikulum. Ada banyak item yang mesti diperhatikan dan dipelajari agar tujuan dari kurikulum dapat tercapai. Meski kadang kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah kurang sesuai dengan kondisi siswa di sekolah yang diajar oleh guru.
  • Tugas Luar Mengajar Yang Banyak
    Salah satu tugas guru selain mengajar adalah membuat Rancangan Proses Pembelajaran (RPP). Membuat RPP merupakan tugas yang paling melelahkan dan malas dikerjakan oleh guru. Secara administrasi RPP merupakan hal yang mesti ada bagi seorang guru. RPP memuat peta konsep pembelajaran selama satu tahun. Ini sangat bagus untuk menjelaskan arah pelajaran, namun sama seperti di atas kondisi lapangan berbeda dengan konsep yang mesti dibuat.
    Para guru meyakini bahwa membuat RPP tidak terlalu penting sebab yang paling penting adalah mengajar dan mendidik siswa. Kondisi lokal yang berbeda-beda membuat guru harus menyesuaikan materi dan motode yang tepat. Ada lokal yang heboh, ada yang tenang, ada yang cepat dalam memahami materi ada yang lambat. Keberagaman inilah yang membuat bahwa RPP sebatas teori yang sering tidak mungkin diterapkan di lapangan.
  • Gaji yang kecil.
    Profesi guru memiliki dua status, pertama PNS, kedua honorer. PNS merupakan pegawai tetap yang digaji langsung oleh negara dan mendapatkan tunjangan pensiun. Sedangkan honorer adalah guru yang digaji oleh sekolah. Sebagian sekolah menggaji guru honorer tergantung jumlah jam mengajarnya per minggu (1 minggu kerja untuk satu bulan), misalnya dalam seminggu guru honorer mengajar 16 jam, honor 1 jam mengajar Rp. 45.000, maka 16x45.000 sama dengan Rp.720.000 . Maksimal dalam seminggu bisa mengajar 30-40 jam tergantung berapa jam yang diberikan oleh sekolah pada seorang guru honorer. Sebagian daerah gaji guru honorer antara Rp.40.000-50.000/jam pelajaran. Maksimal seorang guru mendapatkan gaji sekitar Rp. 2.000.000/ bulan. Dengan jumlah gaji demikian mungkin itu hanya bisa memenuhi kebutuhan pribadi tidak bagi yang sudah berkeluarga. Ditambah dengan kenaikan BBM, harga bahan makanan membuat gaji guru semakin tidak cukup untuk bertahan hidup.
    Beban kerja yang berat menghadapi siswa, tuntutan tugas di luar mengajar bisa dikatan gaji guru terbilang kecil.
    Padahal pekerjaan guru adalah mulia, mencerdaskan kehidupan bangsa namun sang guru hidupnya sengsara. Kesengsaraan itu seperti gaji yang kecil, tekanan berat menghadapi siswa dan tekanan dari atasan. Jangan bilang bahwa menjadi guru tak mendapatkan tekanan dari atasan. Atasan bisa berupa pejabat sekolah dan lembaga yayasan. Tak mudah hidup dibawah tekanan apalagi oleh atasan, atasan yang memberlakukan peraturan yang sangat ketat pada bawahannya, harus ini dan itu sehingga guru posisinya seperti Bika (makana yang cara masaknya bagian atas dan bawahnay dibakar), terkadang guru seperti orang yang tak memiliki kemerdekaan apalagi jika guru honorer yang sudah dikontrak kerja oleh sekolah biasanya berbagai beban kerja akan dilimpahkan kepadanya.
    Sudah seharusnya ada perhatian dari kita bersama tentang kesejahteraan guru, baik finansial maupun mental guru. Guru bukanlah robot yang bisa dituntut ini dan itu oleh semua pihak, oleh atasan, oleh siswa dan orang tua siswa, tak jarang guru dituntut oleh orang tua siswa karena kesalahan anaknya sendiri. Kita mesti sadar bahwa di balik ketabahan dan ketenagan seorang guru sebenarnya dia sedang menahan tekanan, beban dan masalah yang tak bisa diungkapkan kecuali dengan ekspresi senyumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun