Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kreatif! Ruang Baca Rimba Bulan

15 Januari 2019   04:02 Diperbarui: 15 Januari 2019   04:31 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak muda selalu penuh dengan inovasi dan kreativitas tanpa batas. Selalu ada ide-ide baru yang dilahirkan dari anak muda. Dari tangannya lahir harapan baru, dan dari pikirannya kemustahilan terdobrak. Di samping punya sifat yang kreatif anak muda juga punya sifat dasar yang mempengaruhi lahirnya kreatifitas tersebut, yaitu keresahan.

Anak muda selalu resah dengan apa yang terjadi pada lingkungan sekitarnya. Resah melihat itu-itu saja, resah melakukan hal yang sama berulang-ulang apalagi jika juga dilakukan dengan cara yang sama berulang kali, jangan sampai kaget jika mereka lari. Nah, sebagai anak muda yang baik tentu keresahan dan ketidaktepatan yang ada di sekitarnya akan ia kritik, tak hanya ia kritik, namun juga ia carikan solusi yang tepat. Membuat perubahan serta meningkatkan apa yang telah ada. Mewarnai keburaman pikiran dengan pelangi inovasi. Mendesain lingkungan yang kaku menjadi taman bunga yang indah. Begitulah anak muda, dan sudahkan kita demikian?

Jumadil Fajar membuktikan bahwa dirinya adalah anak muda tersebut. Seorang pemuda berdarah Minangkabau ini melahirkan sebuah gagasan baru pada kebekuan lingkungannya. Ia adalah pemuda yang resah namun bertindak. Tak banyak cakap tapi langsung bekerja. Senada dengan slogan presiden kita, "kerja, kerja, kerja", Jumadil telah membuktkannya.

Apa yang telah dihasilkan oleh Jumadil Fajar?

Ia dengan minatnya sebagai maniak novel telah berhasil membuat taman baca dengan nama Ruang Baca Rimba Bulan. Berawal dari hobinya membaca novel dan suka meminjam buku di perpustakaan. Hasratnya untuk membaca buku tak terfasilitasi oleh perustakaan yang ada di daerahnya. Ditambah dengan harga buku yang kian melambung menyebakan dilema pada maniak novel seperti Jumadil ini.

Bagi anak muda yang masih minta jajan pada orangtua atau belum memiliki penghasilan yang besar tentu ada keterbatasan dalam membeli buku. Solusinya adalah ke perpustakaan, namun sayangnya perpustakaan di daerah tak menambah-nambah koleksi bukunya. Bukunya itu-itu saja, bahkan sejak ia SD tak ada tampak perubahan koleksi buku di perpustakaan dekat rumahnya. Tak ada yang tahu kenapa perpustakaan tak menambah koleksi buku-bukunya, apakah karena dananya terhalang atau tidak cair, atau karena peminat perpustakaan mulai sepi.

Dari dekat rumah Jumadil ada perpustakaan umum milik pribadi. Jika memperhatikan daftar pengunjungnya yang berkunjung setiap harinya hanya akan kita temukan semuanya anak SD, sebab kebetulan perpustakaannya berada di samping SD tersebut. Sedangkan orang dewasa amat jarang berkunjung, khususnya mahasiswa. Tentu bagi anak SD yang mereka baca hanya komik dan majalah bergambar saja.

Dari kondisi keterbatasan inilah Jumadil resah dan hendak merubah agar lingkungannya tidak seperti itu-itu saja. Ia menginginkan agar adanya koleksi-koleksi baru, buku-buku terkini gunanya agar pikiran pembaca selalu berkembang dan mengikuti perubahan zaman yang pesat. Bermodalkan koleksi buku-bukunya yang kebanyakan adalah bergenre sastra novel ia mulai membuka taman baca di depan rumahnya.

Desain minimalis dengan interior kayu membuat pesona taman baca ini terasa nyaman. Tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan perpustakaan yang sepi plus hawa-hawa seram. Letaknya yang di pinggiran jalan membuat udara segar tetap ada, apalagi lokasinya di kota dingin Padang Panjang, sejuk dan sepoi. Dihiasi dengan tanaman hijau menambah keasrian dalam memikmati buku. Suasana baru yang meningkatkan minat baca pecinta literasi. Anak-anak akan sangat senang berkunjung pada taman baca yang nyaman ini, tidak terlalu banyak peraturan, tidak perlu isi-isi buku hadir, tinggal nyelonong dan baca saja.

Dokpri
Dokpri
Ada yang menarik lagi, rumah jumadil di bagian depannya memang telah menjadi taman baca, tapi di bagian sampingnya adalah kedai kecil. Jadi yang ngantuk saat membaca buku bisa langsung pesan kopi pada Jumadil. Asik bukan?

Inovasi brilian Jumadil ini telah mengundang banyak minat orang, yang padahal baru berdiri sekitar 4 bulan, tapi berbagai kalangan telah banyak menikmati koleksi buku-buku Jumadil. Mulai dari anak-anak sekitar, rombongan sekolah, mahasiswa, dan bahkan sastrawan terkenal seperti Muhammad Subhan. Wah semakin keren aja nih taman bacanya Jumadil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun