Pada 4 juni 1953 adalah hari dimana Elizabeth dinobatkan menggantikan ayahnya. Salim diutus mewakili Indonesia bersama Sri Paku Alam IX. Salim melihat kecanggungan suami sang ratu dikelilingi  oleh bangsanya sendiri, tampak olehnya pangeran yang masih muda ini canggung meninggalkan lingkarannya. Salimpun menghapirinya serta melambaikan-lambaikan rokok kretek yang telah disulutnya. "apakah Paduka mengenal bau rokok ini?" tanyanya. Pangeran Philip menjawab ragu. "rasanya saya tidak mengenal aroma ini, tuan," kata Philip dengan sopan.
Sambil tersenyum Salim berkata, "inilah yang menyebabkan bangsa paduka beramai-ramai mendatangi negeri saya."sang pangeran tertawa sehingga suasanapun menjadi cair.
Itulah penggalan kisah hidup pahlawan kita Agus Salim, sosok yang cerdas namun jenaka. Memiliki kepribadian yang kokoh namun memikat. Berani dalam bertindak serta lantang dalam beretorika. Perdebatan adalah cara mengungkapkan kebenaran, inilah keyakinannya. Menguasai banyak bahasa dan mendominasi di forum Internasional. Pikirnya tak manut-manut tapi kritis dan rasional. Sempat menjauh dari agama karena pendidikan Belanda namun kembali diilhami setelah bertugas ke Jeddah dan berguru pada pamannya syekh Ahmad Khattib Al Minangkabawi. Menjadi guru besar dimanapun ia berpijak, baik pelosok maupun internasional. Siap menanggung resiko dari setiap keputusan dan keyakinnya. Tak lelah menentang Belanda dan memperjuangkan hak-hak bangsanya, baik di ranah politik maupun diatas mesin ketik. Lidahnya tajam, dan tulisan-tulisannya menghujam. Orangnya bebas, bersahaja serta tau batasnya.
Alangkah rindunya diri kita pada sosok yang besar ini, apalagi di zaman yang suka mencaci dan emosian ini. Gurauan dibalas dengan marah, dan pitam amat mudah tersulut. Pernah suatu hari dalam kongres Sarekat Islam (SI) ada orang-orang yang meperolok HOS. Cokroaminoto dengan sebutan kucing karena ia memiliki kumis, dan memperolok Salim dengan sebutan kambing karena memiliki jenggot. Saat Salim diberi kesempatan berbicara. Iapun bertutur, "yang berkumis memang kucing, dan yang berjenggot memang kambing, tapi yang tidak berkumis dan berjenggot apa?! ANJING!". Kecerdasan seperti itulah yang kita harapkan bagi pemimpin kita hari ini, bukan yang mudah tersulut api kemarahan dan main hujat seenak perutnya. Mari kita tingkatkan intelektual kita dengan merefleksikan kecerdasan-kecerdasan para pahlawan kita. Merekalah pahlawan kita, yang kita banggakan, yang diguguh dan yang ditiru. Mengkristalkan pribadi mereka pada diri kita hingga jadilah bangsa ini menjadi garuda yang terbang dengan gagah di cakrawala dunia internasional.
Selamat Hari Pahlawan, dan selamat menjadi pahlawan pada zamanmu sendiri!
sumber :
Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik, Tempo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H