Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Patah Hati yang Menyadarkan

16 Agustus 2018   16:49 Diperbarui: 21 Agustus 2018   08:33 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang sekali nasib si pemuda, cinta pertamanya ditolak, lama ia memendam perasaan, menjaga perasaannya dengan sangat hati-hati lalu tiba-tiba hancur dalam sehari, luar biasa sekali depresi dirinya, payah ia kembali tegak dan berjalan, tak sanggup hatinya menyaksikan hari esok, takut esok akan lebih memilukan lagi. Percaya dirinya hilang dan penanya tak berdawat lagi. Sebulan hampir ia tak bergairah, untuk jabatan Osisnya telah ia turunkan. Teman-temannya berusaha menghibur dan menyemangatinya, namun tetap pilu di hati belum juga sembuh. Tak peduli apa yang terjadi pada si pemuda, si gadis sama sekali tak bergeming dari perasaannya, ternyata si gadis adalah perempuan yang kuat dan tangguh.

Suatu hari saat si pemuda hendak menyeberangi sungai, ia pilih-pilih batu yang tak licin untuk diinjak, namun tak tahu ternyata kakinya terpeleset ketika menginjak salah satu batu, ternyata itu bukan batu tapi sampah. Terhanyut ia dalam deras sungai, terseret ia cukup jauh, dan tak ada seorangpun yang menolongnya, berusaha ia menyelamatkan diri, namun arus yang kuat membuatnya kembali terseret dan terbenam. 

Susah sekali ia menyelamatkan dirinya, hingga muncul kekuatan dalam dirnya untuk harus selamat dari sungai ini, mencoba berenang sekuat tenaga ketepian, menggapai ranting-ranting yang menyentuh sungai, gagal dicoba lagi hingga hampir lemas tubuhnya, namun ia paksa dirinya untuk selamat, dan terpegang olehnya ranting pohon, ia pegang erat-erat dan mencoba ke tepian, Alhamdulillah pemuda ini selamat, tepar badannya di tepian sungai, nafasnya terhengah-hengah, perutnya penuh dengan air,dan kepalanya pusing.

Tiba-tiba ia terduduk, ada yang ia sadari. Usaha mati-matian tadi membuka pikirannya, tak sengaja ia telah keluar dari kegalauannya yang panjang. Ya ia sadar bahwa ia harus segera keluar dari perasaan lamanya, melupakan gadis itu dan melanjutkan hidupnya, hidupnya sangat berharga dan tak boleh ia sia-siakan, kejadian yang hampir membunuhnya membuat ia sadar bahwa hidup bukan hanya untuk mengejar cinta yang terlena olehnya, jatuh bangun lagi!  

Esoknya ia tumbuh menjadi pribadi yang baru, hatinya menjadi kokoh, dan pandangnya jauh kedepan. Ia lupakan gadis yang pernah ia kagumi untuk selamanya, walau dikemudian hari si gadis hendak ingin merajut hubungan mereka, tapi hatinya telah tetap, dan ia melupakannya. Dan tak lama si pemuda menemukan cinta sejatinya yang telah ia ikat dengan cinta suci yang bernama pernikahan. Dari cinta yang tertolak dan hati yang patah ia bangkit dan merubah diri, mulai mengagumi sasuatu yang abadi dan tidak terpedaya dengan yang fana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun