Dengan banyak berzikir ia akan merenung (tafakkur). Dengan renungan ini ia akan memikirkan amalan di dunia, guna akhiratnya. Lalu akan memikirkan bagaimana akhir hayatnya, penerang kuburnya, timbangan amal baiknya. Lalu berpikir apa yang kelak ia bawa saat hari kebangkitan, yaitu saat setiap insan mempertanggungjawabkan amalnya di hadapan Allah. Lantas ia berpikir tatkala timbangan amal buruknya lebih berat, saat bekal amal baiknya tidaklah cukup mengantarnya ke surga; siapkah dia dihempaskan ke neraka. Seluruh renungan dan tafakkur ini menjadi salah satu sebab bertambahnya iman dan berkurangnya kemaksiatan.
Ketiga, puasa mengajarkan arti memahami kaum dhu'afa. Lapar dan haus yang dirasakan setiap mukmin yang berpuasa seyogyanya mengajarkan kesederhanaan. Lebih jauh lagi, mengajarkan bahwa mereka yang kelaparan sejatinya memerlukan uluran tangan kita. Dengan begitu kita dapat memuliakan mereka dan memberikan kebahagiaan bagi mereka. Inilah yang diajarkan oleh Nabi ï·º saat para sahabat menyebut bahwa beliau "sangat dermawan saat Ramadan sebagaimana angin yang berhembus". [HR. Bukhari dan Muslim]
Keempat, tirakat seorang mukmin saat berpuasa adalah bentuk peleburan hawa nafsu yang Lillahi Ta'ala. Segala bentuk ibadah yang kita lakukan di bulan ini sejatinya untuk menundukkan nafsu yang selama 11 bulan bercokol menguasai hati. Kita harus mampu menjadi raja atas nafsu dan buruknya jiwa kita. Ini menjadi syarat kelulusan agar kita mampu meraih gelar 'taqwa' yang dijanjikan Allah.
Maka dari itu, pahamilah wahai jiwa-jiwa yang bergelimang dosa. Puasa yang kita lakukan sejatinya memiliki dimensi ruhani yang tidak dapat dinalar oleh manusia. Ganjaran pahala yang tidak mampu dikalkulasikan oleh otak ilmuwan mana pun. Itulah sebabnya Allah menyerukan bahwa "puasa adalah untukKu". Karena memang efeknya sangatlah istimewa, tentunya bagi mereka yang sungguh-sungguh memanfaatkan Ramadan. Di dunia, keistimewaan ini berupa ampunanNya dan jiwa kita yang semakin bertakwa. Dan di akhirat, keistimewaan ini adalah sebaik-baik nikmat Allah, yaitu Jannah Firdaus.
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H