Mohon tunggu...
ziaulhaq alaudin
ziaulhaq alaudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemula

Selamat Membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tidak Mungkin Kalau Tidak Dicoba

27 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 27 Juni 2021   10:02 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disalah satu bangku diruangan yang berada dilantai 2, tampak seorang pemuda yang duduk menyendiri dipojok ruangan. Memakai baju putih, celana hitam dan sepatu hitam yang sesuai dengan celananya. Keheningan didalam ruangan tersebut membuat dia konsentrasi menggambar dibuku tulisanya. Pemuda tersebut bernama Ziulhaq Alaudin

Sejak masuk pesantren, ia tidak begitu semangat dalam mempelajari pelajaran dipesantren tersebut. Ia tidak semangat karna teman dekatnya tidak melanjutkan sekolahnya dipesantren tersebut. Kebaikan temannya dan kedekatan dengan temannya membuat dia selalu ingin berada bersamanya

Tetapi, penolakan orangtuanya untuk pindah dari pesantren tersebut membuat dia harus memaksakan diri sekolah dipesantren tersebut. Tidak baik dalam bersosialisasi membuatnya mendapatkan teman yang sedikit dipesantren tersebut, sehingga dia sering kesepian dan tidak semangat dalam belajar

Demi mengatasi masalah itu, dia mengikuti ekstrakulikuler beladiri karna dia memang menyukai beladiri. dia mulai aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler dipesantren tersebut dan banyak berteman dengan teman yang menurutnya bisa membantu menjadikannya pandai dalam beladiri

Keikutsertaannya dalam kegiatan pesantren membuatnya bersemangat kembali dalam mempelajari ilmu dipesantren tersebut. Tak ingin merasakan kebosanan dia pun berteman dengan teman yang menurutnya baik perilakunya, diapun banyak mengikuti kegiatan olahraga dihari libur sehingga dia banyak memiliki teman

Diantara kegiatan tersebut, dia juga mengikuti kegiatan menghafal al Qur'an. Berawal dari sulitnya menghafal al Qur'an, setelah terbiasa dia suka dengan kegiatan tersebut. Karena menurutnya kegiatan menghafal al Qur'an tidak terasa penat, dan menyenangkan karena banyak mendapatkan ilmu

Tetapi, dalam keaktifannya dalam belajar agama sangat sedikit. Dia memang tidak menyukai pelajaran tersebut, menurutnya pelajaran tersebut susah untuk dipelajari. Namun teman temannya yang berprestasi lomba membuatnya ingin mengikuti perlombaan tersebut, apalah daya dia tidak pandai dalam pelajaran tersebut sehingga tidak terlirik untuk mengikuti perlombaan tersebut

Keaktifannya dalam mengikuti kegiatan pesantren membuatnya tidak sadar cepatnya waktu berlalu. Setelah mengikuti semua jenjang sekolah yang harus dia ikuti dipesantren tersebut. Dia pun mengikuti program pengabdian, Yaitu program praktek kerja lapangan(PKL) atau biasa disebut magang. Program tersebut juga menjadi salah satu syarat kelulusan dipesantren tersebut

Pengumuman tempat pengabdian telah dibagikan, ia mendapatkan posisi magang sebagai karyawan mini mart di pesantren tersebut. Ia mendapatkan posisi tersebut tidak sendiri, bersama temannya bernama ammar. Setiap harinya dia bangun pagi untuk magang hingga sore hari.

Pekerjaan yang dilakukannya terus menerus membuatnya lelah, jenuh dan bosan. Entah apa yang dipikirkannya saat itu, Dihari libur dia pun pergi keluar pesantren untuk mencari hiburan. Sayangnya kesenangan tersebut tidak lama dirasakan, mendadak dia mendapatkan masalah karna ketahuan keluar pesantren tanpa izin.

Esok harinya ia dipanggil pihak pesantren untuk mempertanggung jawabkan pelanggaran yang dilakukannya. Dalam keadaan cemas ia menghadap pihak pesantren, berharap tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Mulai pertanyaan-pertanyaan ringan hingga berat harus ia jawab dengan jujur, karena bila ia tak jujur, masalahnya akan bertambah rumit, belum lagi ia harus menerima konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukannya. Beragam pertanyaan telah dilaluinya sehingga keluarlah hukuman yang akan ia dapatkan

Nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terlanjur. Pihak pesantren memutuskan memindahkan pengabdiannya dipelosok pulau kalimantan. Setelah ia mengetahui keputusan tersebut ia pun tidak bisa berkata-kata. Pelanggarannya membuatnya harus berpisah dengan teman-temannya, sedih dan kaget ia rasakan, ia berharap bisa bertemu kembali dengan teman-temannya.

Setelah mempersiapkan perlengkapannya dan pamit dengan teman-temannya ia pun dengan berat hati meninggalkan pesantren tersebut. setelah berjam-jam dilaluinya ia pun sampai ditempat pengabdian yang baru

Sejak ia magang ditempat barunya, kegiatannya tidak sama dengan tempat sebelumnya. Bangun dipagi hari diawali dengan mengajar anak-anak ditempat magang tersebut, tidak mudah yang ia rasakan. Mengingat sebelumnya ia tidak pernah mengajar.

Kesibukannya dalam mengikuti kegiatan ditempat barunya membuat dia melupakan masalah yang ia rasakan, dan seiring berjalannya waktu ia pun menikmati magang ditempat tersebut

Tak terasa waktu begitu cepat, disuatu waktu pihak penanggung jawab ditempat magang tersebut memanggilnya. Bayangan-bayangan pun bermunculan dipikirannya, berharap ia tidak mendapatkan masalah lagi

Saat mengetahui apa yang ingin disampaikan pihak penanggung jawab ditempat magang tersebut ia kaget bukan main. bukan pelanggaran yang ia dapatkan, melainkan perlombaan hafidz al Qur'an yang harus ia ikuti, terbesit ada rasa tak pantas yang dirasakannya, mengingat ia tidak pernah mengikuti kompetisi.

Dengan keyakinan yang dipaksakannya ia pun menyetujui, dan bertekad berusaha melakukannya sebaik dan semaksimal mungkin. Ia harus mencoba walaupun peluangnya sedikit,  Di mulai hari itu ia terus mengulang-ulang hafalannya dengan semaksimal mungkin.

Waktu semakin cepat berlalu, dan akhirnya hari itu pun tiba, hari dimana semua orang luar biasa dikumpulkan untuk menentukan siapa yang layak mendapatkan gelar juara 1. Rasa berkecamuk pun ia rasakan, perasaan takut kalah, gugup, tidak percaya diri, semua ia rasakan. Tetapi dengan ketenangan yang ia paksakan ia akhirnya bisa memadamkan perasaan yang mengganggu pikirannya.

Setelah semua peserta lomba maju, tibalah gilirannya untuk maju. Beberapa pertanyaan pun dijawabnya dengan hati-hati, perasaan gugup tentu ia rasakan, tetapi semua itu bisa ia kendalikan dengan cara melihat kearah langit. 5 pertanyaan yang dilaluinya akhirnya terjawab semua.

Tentu semuanya belum selesai, mengingat hasil dari lomba tersebut belum muncul, ia masih memikirkan hasilnya. Pesimis sempat dipikirkannya, karna memang sebelumnya dia belum pernah mengikuti lomba.

Saat memasuki tahap yang ditunggunya, yaitu tahap pengumuman juara. Ia terus berharap yang terbaik buat dirinya. Deg-degan tentu ia rasakan, perhatiannya hanya 1 yaitu kepada juru bicara yang mengumumkan hasil lombanya.

Juara 3 dan 2 telah terlewati, perasaannya kini tenang. Karena ia tentu tidak mendapatkan juara pikirnya. Tetapi ketika juru bicara mengumumkan juara 1 kagetnya bukan main, karna juara yang disebut juru bicara adalah dirinya, Ziaulhaq alaudin

Hari itu tidak akan pernah dilupakannya dalam hidupnya, Ia tentu sangat senang bukan main. Momen ketika namanya disebut merupakan momen yang sangat berharga baginya

Setelah peristiwa tersebut berlalu, ia pun makin bersemangat mecoba sesuatu yang baru. Berharap ia bisa melakukan yang lebih hebat walaupun tidak pernah ada jalan untuk melakukannya, jadi tidak mungkin kalau tidak dicoba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun