Mohon tunggu...
Zian Munawaroh
Zian Munawaroh Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis pemula yang sedang belajar menyusun kata. (Ponorogo Zone)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selalu Tentangmu

15 Desember 2011   02:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:15 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu tentangmu. Kenapa selalu mengenaimu dan bukan orang lain saja? Satu hal yang pasti : sulit melupakan seseorang yang pernah menyelami hati. Seseorang yang bukan “seseorang”. Seseorang bagi seorang gadis sederhana, sangat biasa dengan perjalanan hidup yang sama lugunya. Gadis dengan mimpi tinggi tentang gemintang dan malam yang mempesona. Dan bukan hujan. Akulah pemimpi gila, yang membiarkan kesempatan berjatuhan tanpa tersentuh. Hidup ini benar tak mudah. Bagi siapapun yang menunggu kegamangan. Menanti yang paling menyenangkan adalah menanti dalam keriuhan aktifitas. Melakukan hal lain tanpa melupakan penantian. Bila tiba waktunya datang ia datang dengan sendirinya. Itu yang kuinginkan mengenaimu. Bilapun tidak, aku sudah menghargai waktu dengan bersenda gurau dengan banyak orang. Dan menikmati kecerahan hidup. Walaupun mungkin saja kau bukan untukku. Kemungkinan seperti itu bukan tidak sekali dua kali mampir di imaginasiku. Berkali-kali ada rasanya tertikam sembilu saat hal itu bisa saja terjadi. Kenapa tidak? Toh aku tidak bisa menerka masa depan. Itu kenyataan lain yang membuatku menoreh tanda tanya besar pada namamu.

Selalu mengenaimu. Walaupun ada masanya mengenangmu adalah musibah terburuk. Membikin semua terpuruk. Kalut. Benar-benar penyakit akut wanita yang senantiasa merasa. Dan bukan berpikir jernih tentang realita. Kenapa semua tidak terjadi dengan biasa? Toh aku bisa saja menerima dengan lapang dada. Aku bisa menerima konsekuensi beberapa tahun tanpa kabarmu. Faktanya : aku sama merasai tawa renyah seperti sebelum kepergianmu. Di sini berjibaku dengan hal lain yang bikin sibuk. Dan melupakanmu sepertinya mudah. Semudah menghapus jejak kaki di pantai. Atau memang begitu sulit. Entahlah....!! Bagaimanapun juga aku dengan kehidupanku yang sekarang. Kau dengan kesibukanmu yang tidak kutahu. Sama tidak mengakui konsekuensi tentang ikatan selemah ini bisa saja putus dengan sendirinya. Tanpa kita sadari. Karena rapuh yang ditimbulkan oleh lamanya mengendapkan rasa. Rasa ini mungkin lapuk pada masa yang terbatas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun