Mohon tunggu...
Zia Mutazzah Shabah
Zia Mutazzah Shabah Mohon Tunggu... Mahasiswa - passionate about nutrition and writing

Mahasiswa semester 7 jurusan Ilmu Gizi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Serba-Serbi Grit dalam Mendukung Impian

18 Desember 2022   20:46 Diperbarui: 18 Desember 2022   20:48 2778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disisi lain, kita juga menemukan beberapa miskonsepsi tentang Grit:

- Grit tidak hanya tentang kerja keras, tetapi konsistensi tujuan. Jika kita bekerja keras pada suatu hal tetapi mudah dan cepat berpindah perhatian, maka kita tidak dapat dikatakan memiliki grit  karena grit juga membutuhkan arah.

- Grit memang merupakan salah satu prediktor kesuksesan daripada bakat bawaan/intelegensi. Tetapi, grit juga bukan satu-satunya penetu kesuksesan. Butuh kemampuan lainnya seperti, kemampuan bersosialisasi, mampu berempati dan menjalin hubungan sosial yang positif, serta memiliki lingkungan yang mendukung cita-citanya.

- Grit tidak membuat seseorang menjadi apapun yang mereka inginkan karena manusia memiliki batasan-batasan. Grit bertujuan untuk memaksimalkan potensi yang kita miliki.

Hubungan Grit dan Mindset

Grit dan mindset memiliki hubungan satu sama lain, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. 

grit-20cheat-20sheets-2005-kekuatan-20mindset-639f115c08a8b50602066072.jpg
grit-20cheat-20sheets-2005-kekuatan-20mindset-639f115c08a8b50602066072.jpg
grit-20cheat-20sheets-2006-kekuatan-20mindset-639f11a1f4fbe459531de647.jpg
grit-20cheat-20sheets-2006-kekuatan-20mindset-639f11a1f4fbe459531de647.jpg
Orang yang memiliki grit memang akan berdampak positif terhadap tujuannya. Namun, disisi lain grit memiliki efek negatif yaitu: Pertama, usaha yang berlebihan. Kerja keras memang menjadi salah satu faktor dalam mencapai tujuan. Namun, mereka yang berfokus hanya mencapai tujuannya mengesampingkan hal lain yang juga penting, seperti kesehatan dan hubungan sosial dengan keluarga atau teman. Kedua, mereka terus berusaha tanpa menyadari bahwa kegagalan yang besar sudah tidak dapat dicegah. Mereka terus berusaha tanpa menyadari bahwa usaha mereka justru akan menyebabkan kegalalan yang lebih besar. Contohnya yaitu, seorang pemimpin perusahaan  yang sedang mengalami kesulitan finansial, ia tetap memaksa berusaha untuk mengembalikan  keadaan perusahaannya seperti semula tanpa menyadari bahwa apapun yang ia lakukan justru membuat masalah semakin buruk dan usahanya akan mengalami kebangkrutan.

The Dip: Mengetahui Kapan Harus Berhenti

Biasanya ketika memulai suatu aktifitas, kita akan melihat hasil positif yang jelas di awalnya. Contohnya ketika mulai bekerja menjadi seorang sales kita merasa banyak customer yang datang membeli produk yang ditawarkan. Namun, setelah beberapa lama kita menyadari bahwa usaha tidak lagi membuahkan hasil seperti diawal. Tidak ada lagi orang yang tertarik terhadap barang yang kita jual. Ini adalah fase the dip, yaitu ketika kita sedang mengalami kesulitan dan kejenuhan dalam usaha mencapai sesuatu.

Ketika berhasil melewati the dip, kita akan merasa kemudahan lagi dan kemampuan meningkat menjadi lebih tinggi dibanding kebanyakan orang karena sudah melewati masa sulit. Untuk mencapai level expert, kita perlu melalui the dip. Namun, ternyata berhenti ditengah jalan juga terkadang perlu dilakukan karena kita harus sadar bahwa kegigihan bukan jawaban dari seluruh masalah. Terkadang kita terlalu gigih mencapai suatu hal yang  bahkan tidak terlalu kita inginkan atau tidak tahu apa yng kita inginkan sebenarnya.  Bisa juga melakukan sesuatu karena merasa terlanjur dan sia-sia apabila berhenti sekarang. 

Kita harus berhenti apabila hal-hal yang kita lakukan tidak membawa kita kemana-mana dalam jangka panjang. Contohnya, hal-hal atau kegiatan yang  membosankan, merasa tidak ada tantangan, dan tidak memberikan dampak positif di masa kini dan di masa depan.  Kita memiliki batasan dan tidak seharusnya memberikan semua perhatian pada satu hal. Maka, ketika sudah merasa terlalu kewalahan  dengan pekerjaan dan kehidupan, kita harus ingat bahwa untuk membangun fokus kita terkadang perlu menyerah dalam beberapa hal. Kita juga perlu melakukan refleksi diri. Apakah yang sedang dilakukan sekarang merupakan hal yang benar-benar diinginkan? Apakah hal ini memang sesuai dengan diri, keahlian, ketertarikan dan kekuatan kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun