Hutan yang rimbun kemana dirimu pergi?
Mengapa kau kian jauh dari peradaban, kian sirna dimakan zaman.
Bumi yang biru bagaimana kabarmu?
Makin kelam berselimut polutan, makin hitam makin buram
Inginkah kalian terbebas dari derita yang melanda?
Saya selalu diajari untuk menjaga alam sekitar, dimanapun dan kapanpun keberadaannya. Begitu juga teman-teman sekelas saya, adik atau kakak kelas saya, atau teman dari sekolah lain, juga generasi sebelum saya belajar inti yang sama. Bahwasannya alam harus kita jaga. Disekolah memang mudah berkata apa yang seharusnya, menjawab apa yang sebenarnya, atau mengoceh agar terlihat pintar saja. Namun akankah mudah bertindak seperti apa yang kita ucapkan?
Saya juga sering memantau liputan, soal kerusakan. Baik itu di laut, hutan, dan berbagai macam lingkungan lainnya. Pencemaran dimana-mana, penebangan pohon secara illegal, pembakaran hutan dengan sengaja, eksploitasi alam yang tidak ada habisnya, Gunung kian gundul, akibat pohon dibabat sehingga tidak bisa memberikan manfaatnya pada bumi.
Apakah bisa kita lihat bumi yang asri kembali? Dengan bibit-bibit pohon yang kita adopsi? Mereka yang jadi saksi kehidupan bumi masa depan, dengan penyedia udara bersih, penyimpan air yang baik, serta jadi habitat beragam fauna yang menggantungkan hidupnya pada pohon. Alam sehat lestari bukan lagi mimpi yang hanya dapat kita bayangkan, namun bisa kita usahakan, Langkah kecil dan sederhana meninggalkan berdampak, jika dilakukan oleh banyak orang dimasa yang sama. Banyangkan jika tiap orang mengadopsi satu bibit pohon untuk ditanam dipekarangan rumahnya, dan hal tersebut dilakukan oleh seluruh kelurahan disekitarnya, atau bahkan kabupaten/kota, mungkin negara. Maka akan jadi hari dimana jutaan harapan baru muncul untuk menjadikan alam sehat dan lestari, untuk saya, kita, dan bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H