Mohon tunggu...
Zhuull
Zhuull Mohon Tunggu... Full Time Blogger - admin counter

hobi mengkaji, menulis materi ilmu tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memulai Bertarekat

3 Juli 2024   19:01 Diperbarui: 3 Juli 2024   19:06 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalam mualaukum. Wrwb.

Sobat. Banyak sekali orang orang yang ingin memulai tarekatnya di dunia ini tanpa tahu apa apa saja yang harus di lakukan sebelum bertarekat sehingga mereka menjadi salah arah. Sehingga mereka lebih tidak menjadi kaum sufi tapi justru menjadi kaum orientalis (yaitu kaum pengrusak ajaran Islam dari dalam Islam dengan menggunakan ajaran ajaran Islam. Nauzubillah. Dari itulah dalam hal tarekat ini kami ingin menyampaikan dari bawah sekali, dari titik nol. Yaitu persiapan persiapan sebelum memulai bertarekat. Dan semoga ini bermanfaat. Aamiin.

Sobat. Sebelumnya maaf kami ucapkan karena artikel kita kali ini tidak memakai gambar sehingga mungkin tampak kurang menarik di pandang mata. Tapi lebih dari itu kami ingin mengajak saudara sekalian untuk tidak lagi tertipu oleh penglihatan mata karena yang penting adalah maknanya. Tidak lagi tertipu bungkus yang penting adalah isinya. Selayaknya orang orang yang sudah dewasa, jangan lagi seperti anak anak yang menjadi tertarik membaca hanya karena gambarnya bagus. Dan menjadi malas membaca hanya Karama tidak ada gambarnya.

BTW. kita langsung ke pokok kajian kita yaitu apa saja sih yang perlu di lakukan sebel kita bertarekat?

Sobatku sekalian. Perlu di ketahui bahwa ilmu tarekat atau tasawuf itu adalah ilmu batin, oleh sebab itulah maka apa apa saja yang di lakukan dalam tarekat atau tasawuf itu pastilah perkejaan batin. Sebab kalau perkejaan zohir itu di sebut sebagai ilmu syariat & bukan ilmu tarekat.

Maka dari itulah yang perlu kita lakukan sebelum bertarekat itu adalah melingkupi tugas batin jua tentunya.

Di antaranya:

1. Kita pastikan hati kita tidak menentang ajaran Islam baik dari kitab alquran, hadis maupun tasawuf atau tarekat.

2. Pastikan hati kita jujur melihat kekurangan, aib, kesalahan, kehilangan, dosa, kelupaan diri kita. Dan bukan melihat aib kesalah kekurangan orang lain. Jika kita belajar tarekat hanya untuk melihat kekurangan orang lain maka sesungguhnya tarekat kita telah gagal sebelum kita memulainya, atau bisa juga di katakan bahwa kita belum memulai bertarekat Sam sekali. Sebeb inti dari ajaran tarekat itu adalah bersukuk yaitu membersihkan diriku dari segala dosa dan kemaksiatan zohir maupun batin yang ada pada diri kita. Dan bukan menilai dan mencari kesalahan dan aib orang lain karena itu bukanlah perkejaan dalam bertarekat.

3. (Mengingat para guru yang benar benar Mursyid sudah sangat jarang keberadaannya di jaman sekarang) maka Kalau bisa kita setidaknya kita memiliki teman yang mengerti ilmu tarekat sehingga dia mampu menunjukan dan mengartikan makna rahasia di balik kata kata atau kalimat syatahat yang banyak terdapat di ajaran tarekat. Tapi jika memang di sekitar kita terdapat guru yang benar benar Mursyid yaitu telah wushul atau bahkan sudah mukarrom alias sudah tampak kekerabatannya (memiliki karomah) itu lebih bagus lagi.

4. Jangan banyak tanya. Sobatku sekalian, biarkanlah ribuan bahkan jutaan pertanyaan besar dan rasa penasaranmu itu, jangan kau tanyakan itu semua pada guru atau temanmu tafi. Sabarlah karena belajar tarekat itu tidak bisa melompat lompat atau melangkah langkau. Sebab jika belum di makomnya maka di beri tahu ajaran tarekat yang level lebih tinggi justru akan membuat kita menjadi salah mengerti, bahkan tersesat. Jadi sabarlah. Biarkan sang guru atau teman tadi memperhatikan kondisi hati atau kira kira sudah sampai di mana perjalanan batin kita berdasarkan apa apa yang kita rasa atau yang kita lihat di dalam perjalanan batin yang kita ceritakan pada dia tadi (hanya bercerita pada di saja dan bukan pada semua orang) sehingga dia mampu menimbang sudah pantas atau beluknya kita menerimah kajian yang lebih tinggi tadi.

5. Jangan menyimpulkan. Sobat ku sekalian. Biarkanlah apa apa yang kita dengar dari guru atau teman kita tadi terurai panjang seperti yang kita dengar dari dirinya. Dan jangan coba coba menyimpulkan sendiri. Kecuali jika dia yang menyuruh kita untuk menyimpulkan sendiri di depan dirinya sehingga jika kesimpulan yang kita berikan itu ternyata salah maka dia dapat memperbaikinya seketika itu jua.

6. Jangan membicarakan atau menyampaikan apa apa yang telah kita pelajari itu pada khalayak ramai sekalipun itu masi orang tua atau saudara kandung kita. Sebab jika dia tidak mengerti maka kita akan dia cap gila, sesat bahkan kafir.

7. (Ini point penutup). Tidak menginginkan apapun selain Allah saja. Dan segala melakukan hanya karena Allah semata dan tidak mengharap imbalan apapun dari Allah maupun dari mahluk. Sobat. Point ke 7 ini adalah kunci terasanya zauk pada hati kita. Dengan kata lain jika kit tidak melakukan poin ke 7 ini sekalipun kita merasakan keanehan atau keajaiban pada diri kita maka itu sebenarnya hanyalah tipu daya iblis semata.

Itu saja kajian kita kali ini. Sampai jumpa pada kajian berikutnya. Jangan lupa komen kalian semua. (Jangan malu malu tuk komen sehingga jika ada yang belum di mengerti maka saya bisa menjelaskan pada kajian kita selanjutnya)

Wasalam mualaukum wrwb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun