robiatul adawia menjawab:
"kau suka menghitamkan buku dengan tinta tinta mu (menulis kitab) sedangkan aku lebih suka menghayati"
sobat tasawuf sekalian.Â
dari cerita ini kita bisa menangkap bahwa betapa lebih utamanya menghayati dari pada menulis, sebab dengan menulis kita hanya berfokus pada yang telah kita ketahui, karna menulis itu adalah mendokumentasikan apa apa yang telah kita pahami, sedangkan dengan dengan menghayati maka kita akan membuka pintu ilmu yang baru walaupun materi yang kita hayati tetap yang itu itu saja. seperti umpanya perkataan sufi:
"selama kau masi mencintai dunia maka selama itu pula kau masi memelihara putri iblis, dan layaknya seorang ayah maka dia akan sering mengunjungi putrinya"
jika kita hanya menuliskan kalimat ini maka kita hanya akan menemukan arti harfia dari ucapan itu. yaitu:
1. rasa cinta kita kepada dunia itu ibarat putri iblis.
2. iblis akan sering datang dan menggoda manusia manusia yang mencintai dunia.
tapi jika kita menghayati ucapan itu maka kita tidak hanya mendapatkan 2 poin di atas itu tapi kita juga akan menemukan iblis di dalam diri kita yaitu nafsu. dan jika kita hayati bahwa nafsu atau kecendrungan kita dalam berbuat maksiat itu ternyata adalah sub-wujud yang merupakan sub-esensi iblis maka kita akan menemukan juga bahwa perasaan hati nurani atau kesadaran rohani yaitu kecendrungan kita di dalam mengabdi kepada allah tanpa menggunakan nafsu sedikitpun itu adalah sub-wujud dari subhensensinya rosul saw. dan jika kita hayati lagi maka puncaknya kita akan berjumpa dan melihat mereka berdua dengan mata ruh, bahkan bisa berbicara dengan mereka berdua.
namun sayangnya perkara seperti ini harus di dahului wushul pada allah terlebih dahulu. sehingga yang belum wushul (masi salik) sudah pasti tidak akan sampai pada tingkatan ini. tapi ini hanyalah sebuah contoh dari betapa menghayati ajaran ajaran tasawuf itu lebih utama dari pada hanya sekedar menulis alias mengumpulkan atau mengoleksi materi materi pembelajaran ajaran tasawuf. sehingga dengan menghayati itu kita bisa mendapatkan lebih dari pada yang sekedar membaca atau menulis.
membaca semata itu hanya menambah ilmu kata atau huruf yang bisa kita simpan pada memori otak kita dengan cara mengingatnya, tapi menghayati selain dari pada mendapatkan itu kita juga akan menerimah nur ilahi yang akan tersimpan di dalam batin kita. tapi sebelum ini kita harus membersihkan batin kita terlebi dahulu, sebab bain itu bagaikan cermin, yang jika kotor maka tidak akan ada cahaya yang mampu menembusnya. lalu, kita harus membersihkan batinkita dari apa?