"Sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada akhir"
itu adalah syairnya panglima tien feng (cutfatkay pada film kera sakti).
cinta itu indah, cinta itu manis, tapi sering kali juga cinta itu derita. begitulah cinta, tua muda, laki laki perempuan, anak anak dewasa, miskin kaya, jelata ataupun bangsawan semuanya mencari cinta.
"oh cinta di manakah engkau berada,Â
aku sudah menyediakan singgah sana untuk mu di dalam dada,Â
ku harap kau datang padaku sebelum ku tiada,Â
sebagai sesuatu yang benar benar ada"
semua orang mencari cinta, semua orang menginginkan cinta dan menuja muja cinta, sampai samapai berkata sang pujangga bahwa hidup tanoa cinta bagai taman tak berbunga, padahal apakah arti sebenarnya dari cinta, dan siapakah yang layak untuk di cinta belum tentu kita mengetahuinya.
ada yang cinta pangkat, cinta harta, cinta manusia, ada juga yang cinta kesaktian, dan sebagainya. tapi pantaskah semua itu kita cintai? kebanyakan orang mencintai perkara perkara seperti itu padahal yang layak kita cintai hanyalah allah semata.
cinta adalah level tertinggi dari keinginan, kehendak dan harapan terhadap sesuatu, sehingga orang yang terlalu mengiginkan menghendaki dan mengharapkan sesuatu itu sudah bisa di sebut telah mencintai, menginginkan harta yang sudah terlalu itu namanya mencintai harta,Â
menginginkan pria atau wanita kalau sudah terlalu itu namanya sudah mencintai manusia dan sebagainya, dan jika di kaji berdasarkan ajaran tasawuf yang merupakan ajaran yang sangat komplek bahkan pada sesuatu yang halus dan di anggap sepeleh maka itu bukan hanya kalau sudah terlalu menginginkan,Â
tapi hanya sekedar sedikit menginginkan saja itu sudah di sebut cinta. sehingga bagi orang para salik harus sangat sensitif terhadap lintasan lintasan keinginan kecil di dalam hatinya.Â
sob, mengapa para salik harus memperhatikan keinginan di hatinya?
jawaban ini punya sangkut pautanya dengan perkara wujud hakiki atau wujud yang sebenarnya, bagi yang belum paham maka ketahuilah dahulu pengertian wujud ini, sebab arti wujud yang sebenarnya (di dalam ajaran tasawuf itu tidak sama dengan yang kita pahami dalam kehidupan sehari hari yang masi terikat pada bentuk, rupa, dan warna. bagi yang belum paham perkara wujud ini silahkan loding dulu ke posting kami yang terdahulu, berikut linknya: klik di sini.
setelah paham betul arti wujud maka ketahuilah bahwa yang wujud itulah yang hanya layak untuk di cintai, siapa lagi kalau bukan allah semata, sebab jika kita mencintai mencintai selain allah maka itu sama saja dengan kita menganggap allah sebagai sesuatu yang tidak wujud sehingga kita mencintai yang selain dia dan itu masi berupa kesyirikan.
keinginan (iktiqad) itu menentukan keberhasilan si salik di dalam perjalanan batinnya, sebab keinginan itu adalah alamat dari tujuan akhir di dalam perjalan itu, sehingga tidak jarang ada orang yang sudah lama bertarekat, bertahun tahun, bahkan berpuluh puluh tahun masi belum wushul pada allah.Â
sebab dia tidak mengendalikan keinginanya, seharusnya keinginan iqtikad itu hanya dia tujukan kepada allah swt, sebab tidak ada yang layak di inginkan atau di cintai selain allah swt, mereka yang telah wushul pada allah itu tau bahwa betapa pentingnya kemana tujuan keinginan ini. tapi jika kita masi tidak jujur melihat aib dan kekurangan diri maka semua yang saya sampaikan ini tidak akan ada gunanya.
sebab hanya yang jujur melihat aib dan kekurangan dirinyalah yang sanggup untuk memperbaiki kekurangan dan aib itu. logikanya: jika kita ingin memperbaiki sesuatu maka kita harus menemukan sesuatu yang harus kita perbaiki itu. bagai mana mungkin kita bisa memperbaiki tv tapi tv-nya tidak di temukan?,Â
dan orang yang tidak jujur melihat aib dan kekurangan dirinya itu ibarat orang yang tidak mau mencari tv-nya yang sedang tidak karuan di mana tempatnya itu, padahal tv-nya harus di perbaiki karna telah rusak. akibatnya dia tidak bisa nonton tv lagi deh.. heheheÂ
btw sobat dan sobit semuanya, mati kita dukung migrasi tv analog ke tv digital oleh para para pemerintah, moga dengan itu bisa membawa negara kita menjadi lebih mudah dalam belajar dan mencari ilmu ilmu, jangan gunakan itu untuk maksiat. serta gunakanlah itu dengan bijak.
akhirul kalam, wasalamualiku wrwb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H