Syirik khofi (syirik samar atau halus) seperti: mencintai dunia, mencintai keakuan / kedirian / ego. hanya saja dalam perkara ini untuk mengerti ini harus mengerti dahulu perkara cinta, sebab di dalam pemahaman keseharian kita memahami cinta hanya dalam arti yang sangat dangkal. (insya' allah ini akan saja jelaskan pada posting saya selanjutnya)
Dan syirik akhfa ini sudah masuk ke wilaya ajaran hakikat, saya tidak boleh sembarangan mengungkap perkara ini kecuali kepada orang orang yang secara sungguh sungguh ingin mengenali dirinya, mengenali allah, dan mengabdikan diri pada allah semata.
Dari 3 tingkatan syirik ini maka menyebut atau memganggap wujud pada sesuatu yang tidak di benarkan oleh ilmu kebatinan agama islam (tasawuf) adalah termasuk pada tingkatan syirik yang mana saja tergantung pada apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang wujud.Â
Jika menganggap harta tahta manusia dan oerkara dunia maka ini termasuk syurik khifi, jika dengan mencintai perkara dunia seperti harta sehingga kita melakukan pesugihan, pemujaan, penuyembahan pada jin maka ini syirik yang lebih rendah lagi yaitu syirik jali. sehingga dari itulah kita tidak boleh menganggap dan dan menyebut sesuatu sebagai yabg wujud dengan sembarangan.
Wujud yang berarti ada itu adalah sifat allah, bahkan berada di urutan pertama pada sifat 20, sedangkan lawanan dari sifat wujud adalah sifat adam yang berarti tidak ada, ini menjadi sifat dari segala mahluk ciptaan allah. oleh sebab itulah yang layak di sebut dan di anggap sebagai segala sesuatu yang wujud hanyalah allah semata, sedangkan yang lainya atau semua para mahluk hanya layak di sebut sebagai maujud yang berarti di adakan karna yang sebenarnya dia hanyalah adam (tidak ada).Â
Dengan kata lain, semua mahluk itu hanya menunpang wujud, sebab allah swt tidak menciptakan mahlik sekaligus dengan wujud mahluk itu sendiri. sehingga jika kita menganggap mahluk sebagai sesuatu yang wujud maka sebenarnya kita sedang merendahkan allah dan memuliakan mahluk.Â
Padahal yang layak di muliakan hanyalah allah semata. tapi mengapa para ustad mengajarkan supaya memuliakan orang tua dan orang orang yang lebi tua?, jawabanya adalah itu hanya boleh jika kita telah memuliakan allah sebelumnya, dan menganggap mereka sebagai esensi allah, tapi untuk memahami ini maka kita haru mengerti dahulu perkara esensi allah ini, melalui whusul pada allah.
Beginilah ilmu tasawuf sob, sesuatu yang mungkin di anggap sebagai perkata sepeleh dalam kehidupan sehari hari bisa jadi menjadi perkara yang besar jika di kaji berdasarkan ajaran tasawuf, sehingga tak jarang bagi orang yang sudah mengerti ilmu syariat tapi belum mengerti ilmu tasawuf menganggap orang orang ahli tasawuf itu tidak lebih dari orang orang yang bodoh dan tolol tapi pandai bicara yang bicaranya suka berkelit kelit seperti abu nawas.
 Padahal mereka mengatakan yang sebenarnya, dan mengungkap perkara itu dengan ilmu hakikat dan pandangan batinia sehingga mereka menyaksikan dan mengetahui serta memahami perkara perkara yang halus bahkan pada makna yang tersembunyi yang tidak di ketahui masyarakat umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H