Betapa mudahnya kita menyebut kata wujud. hingga hampir di setiap hati kita menyebut kata itu. baik dalam bicara sehari hari maupun di hasil karya tulis kita, sedikit sedikit berkata wujud, sedikit sedikit berkata wujud, itu adalah wujud keindahak, itu adalah wujud kesetiaan, wujud cinta, wujud pengorbanan dan masi banyak lagi.Â
Tapi apakah sebenarnya kita mengetahui arti wujud yang sebenarnya? lanyakkah kita menganggap segala sesuatu itu sebagai yang wujud? apa kriteria sehingga sesiatu bisa di sebut wujud, serta apa dan siapakah yang layak di sebut sebagai wujud yang sebenarnya?
Ketahuilah bahwa kita sebenarnya tidak boleh menyebut kata wujud sembarangan, dan tidak boleh menyebutnya sembarangan, di dalam ilmu ajaran tasawuf menyebut kata wujud itu harus jelas niat dan asal usul sebab sehingga kata itu kita sebut.Â
Sebab jika kita salah niat, dan tidak jelas asal usul penyebutan kita pada kata itu maka salah salah kita jatuh pada perbuatan syirik. hanya saja dalam hal ini tidak semua orang memahaminya dan kebanyakan orang akan menolaknya terlebih lagi orang orang yang buta terhadap ilmu tasawuf.
Sebelum kita mengupas perkara wujud maka kita harus mengetahui dahulu perkara syirik, syirik itu ada 3 tingkatan yaitu:
1. syirik jaliÂ
2. syirik khofi.
3. syirii akhfa.
Dari 3 tingkatan itu hanya syirik jali yang di pahani oleh banyak orang, sehingga bagi mereka syirik khofi dan akhfa itu di anggap bukan sebagai perbuatan yang syirik.Â
Syirik jali (syirik jelas)adalah mempercayai, melakukan  perjanjian dan kesepakatan, melakukan pemujaan dan penyembahan terhadap setan dan iblis seperti: pesugihan, memelihara tuyul, santet, teluh, pelet, guna guna, hidam, gendam, dan lain lain, termasuklah juga meyembah batu, pohon, api, matahari, dan lain lain.