Mohon tunggu...
Zahra ocha nayla
Zahra ocha nayla Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membangun Kesadaran Masyarakat, Peran Komunikasi Kesehatan dalam Pengendalian TBC di Kabupaten Bogor

21 November 2024   20:29 Diperbarui: 21 November 2024   21:29 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

"Membangun Kesadaran Masyarakat: Peran Komunikasi Kesehatan dalam Pengendalian TBC di Kabupaten Bogor"

Penyakit Tuberkulosis (TBC)
tetap menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia, terutama di daerah dengan prevalensi tinggi seperti Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan oleh Kokom Komariah dan rekan-rekan di Puskesmas Kabupaten Bogor mengungkapkan pola komunikasi kesehatan yang diterapkan dalam pengendalian TBC. Dengan menggunakan pendekatan Health Belief Model (HBM), kita dapat menganalisis bagaimana komunikasi ini berkontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat dalam menangani penyakit ini.

Memahami Health Belief Model

Health Belief Model adalah kerangka kerja yang digunakan untuk memahami bagaimana persepsi individu tentang kesehatan memengaruhi keputusan mereka untuk mengambil tindakan preventif. Model ini terdiri dari beberapa komponen kunci:

1. Persepsi Risiko: Sejauh mana individu percaya bahwa mereka berisiko terkena penyakit.
2. Kepercayaan terhadap Manfaat: Sejauh mana individu percaya bahwa tindakan tertentu dapat mengurangi risiko atau dampak penyakit.
3. Penghalang Perilaku: Faktor-faktor yang menghalangi individu untuk mengambil tindakan preventif.
4. Dukungan Sosial: Peran dukungan dari orang lain dalam memotivasi individu untuk mengambil tindakan.

Persepsi Risiko TBC

Dalam konteks TBC, persepsi risiko sangat penting. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Bogor mulai menyadari bahwa TBC dapat menyerang siapa saja, terutama mereka yang berada dalam kelompok usia produktif dan memiliki kondisi sosial ekonomi lemah. 

Melalui sosialisasi yang dilakukan oleh Puskesmas, warga diberikan informasi mengenai gejala TBC dan konsekuensi kesehatan yang serius jika tidak diobati. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran akan risiko TBC, sehingga masyarakat lebih cenderung mencari pengobatan ketika mengalami gejala.

Kepercayaan terhadap Manfaat Pengobatan

Kepercayaan terhadap manfaat pengobatan juga merupakan elemen penting dalam HBM. Puskesmas menerapkan model komunikasi dialogis, di mana petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas mengenai pengobatan TBC. Edukasi tentang cara pengobatan yang benar dan pentingnya disiplin dalam mengonsumsi obat dapat meningkatkan pemahaman pasien. Pengetahuan ini berkontribusi pada peningkatan angka kesembuhan, yang saat ini mencapai 87% di Indonesia.

Mengatasi Penghalang Perilaku

Meskipun ada kemajuan, masih ada penghalang perilaku yang perlu diatasi. Stigma sosial terkait TBC sering kali membuat pasien merasa malu atau takut untuk mencari pengobatan. Oleh karena itu, penting bagi petugas kesehatan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan tidak menghakimi. Komunikasi yang empatik dari petugas kesehatan sangat diperlukan untuk mengurangi rasa takut tersebut dan mendorong pasien untuk mengikuti pengobatan secara rutin.

Dukungan Sosial dalam Penanganan TBC

Dukungan sosial juga merupakan faktor kunci dalam HBM. Keterlibatan komunitas dalam program-program kesehatan dapat memperkuat pesan-pesan pencegahan dan pengobatan TBC. Puskesmas telah melibatkan kader kesehatan untuk menyebarkan informasi ke lingkungan sekitar, sehingga masyarakat merasa didukung dalam upaya menjaga kesehatan mereka. Dengan adanya dukungan dari keluarga dan teman, pasien lebih termotivasi untuk menjalani pengobatan hingga tuntas.

Kesimpulan

Melalui pendekatan Health Belief Model, kita dapat melihat bahwa pola komunikasi kesehatan yang efektif sangat berperan dalam pengendalian TBC di Kabupaten Bogor. Dengan meningkatkan persepsi risiko, membangun kepercayaan terhadap manfaat pengobatan, mengatasi penghalang perilaku, dan memperkuat dukungan sosial, kita dapat mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan proaktif dalam menjaga kesehatan mereka.

Penting bagi semua pihak—pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat—untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku hidup sehat. Dengan demikian, kita tidak hanya akan mengurangi angka kasus TBC tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Mari bersama-sama berkomitmen untuk melawan TBC demi masa depan yang lebih sehat!

https://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/view/6042

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun