Mohon tunggu...
Zahratul Iftikar
Zahratul Iftikar Mohon Tunggu... Lainnya - Dokter gigi, ibu 2 anak, pegiat sustainable living, guru tahsin Al-Quran

Raising my children sambil praktek dokter gigi, berkebun, beternak, membaca, menulis dan mengajar baca Quran.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengompos Mudah dengan Banana Circle

3 Juli 2023   15:11 Diperbarui: 4 Juli 2023   10:31 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu pindah rumah dua tahun lalu, pekarangan rumah kami telah penuh dengan pohon pisang. Karena terlalu penuh, sebagian besar pohon pisang kami tebang hingga menyisakan serumpun saja untuk menjadi banana circle.

Apa itu?
Dalam permakultur, banana circle merupakan salah satu komponen yang cukup penting. Banana circle berarti cekungan tanah yang dikelilingi oleh pohon pisang. Cekungan tersebut dapat diisi oleh material organik seperti daun-daunan kering, rumput yang telah disiangi, atau bisa juga sampah dapur.

Materi organik di dalam cekungan tersebut akan terurai dan menjadi nutrisi bagi pohon pisang di sekelilingnya. Bisa dibilang, banana circle adalah salah satu jenis komposter.

Lazy composter
Berbeda dengan metode komposter ember yang perlu perlakuan khusus, mengompos dengan banana circle terbilang sangat mudah. 

Material organik yang hendak dikompos cukup ditaruh saja, tidak perlu diaduk. Dalam 3-6 bulan, kompos sudah terbentuk dan dapat dipanen.

Pohon pisang merupakan pohon yang menyimpan banyak air pada batangnya. Pangkal batangnya pun memiliki kelembaban yang tinggi. Karena pohon pisang hidup berrumpun dengan beberapa pohon pisang lain, kelembaban di pangkal rumpun pisang jadi sangat tinggi. 

Kelembaban ini disenangi oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur inilah yang menjadi agen pengurai materi organik pada banana circle.

Bagaimana cara membuatnya?
Sederhananya, banana circle bahkan hampir tidak perlu dibuat. Rumpun pisang berisi 3-5 pohon pisang pun dapat disebut banana circle dan pusat rumpunnya sudah dapat digunakan untuk mengompos.

pinterest.com/MakingSenseOfThings
pinterest.com/MakingSenseOfThings


Namun apabila menghendaki komposter yang lebih besar, dapat dilakukan tips berikut ini:

1. Pilih lokasi yang hendak dijadikan banana circle. Sebaiknya lokasi banana circle terkena sinar matahari paling tidak 6 jam penuh.

2. Buat lubang sedalam 0,5-1 meter dengan diameter 2 meter

3. Alasi lubang dengan kertas karton dan basahi dengan air

4. Tutup karton dengan unsur coklat (dedaunan kering, sekam, atau jerami) dan lapisi dengan pupuk kompos

5. Tanami sekitar lubang dengan minimal 3 pohon pisang. Dapat juga ditanami sereh, kelapa, pepaya dan ubi. 

6. Lubang di tengah pohon pisang dapat diisi dengan sampah organik tanpa perlu diaduk

7. Kompos dapat dipanen 3-6 bulan kemudian dengan cari mengambil kompos yang paling bawah terlebih dahulu

Mudah kan? Hanya saja, perlu perhatian khusus apabila membuang sampah dapur ke banana circle. Karena tidak tertutup, sampah dapur dapat menyebabkan datangnya tikus. Sehingga diusahakan setelah membuang sampah dapur, dilapisi dengan unsur coklat. Atau lebih baik lagi, banana circle hanya diisi dengan sampah dedaunan atau hasil menyiangi rumput supaya tidak mengundang tikus. 

Metode kuno

Sebenarnya banana circle telah lama lestari di desa-desa sejak zaman dahulu. Nenek-nenek di desa dulu selalu punya rumpun pisang di halaman belakang untuk tempat membuang sampah dapur. Hanya saja seiring berkurangnya lahan, rumah-rumah modern terlebih di perumahan jadi tidak punya tempat untuk menanam pohon pisang. 

Sampah dapur pun kini dengan mudahnya diangkut oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir sehingga tidak lagi terurai menjadi kompos yang amat dibutuhkan untuk berkebun.

Bagi yang punya lahan, tidak ada salahnya mulai mengompos dengan membuat banana circle. Selain mudah, hasil berupa pisang dan daunnya dapat kita nikmati. Menang banyak kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun