Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mencari Makanan Halal Saat Berlibur Lebaran di Toraja

10 Juni 2022   20:02 Diperbarui: 10 Juni 2022   20:15 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lolai, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Dokpri

Toraja adalah salah satu suku di Sulawesi Selatan, Indonesia yang sangat kaya akan pesona kebudayaan. Hal yang dimaksud di sini adalah ritual pemakaman jenazah yang unik, dan rumah adat Tongkonan. Mayoritas penduduk Toraja adalah Nasrani, sehingga makanan di rumah makan-rumah makan juga sangat bervariasi, termasuk makanan non halal.

Pada liburan Idul Fitri 2022, saya dan seorang temanku berwisata ke Toraja, tentu saja destinasi wisata kami meliputi Kabupaten Tana Toraja (ibukota: Makale), dan Kabupaten Toraja Utara (ibukota: Rantepao). Sekadar informasi bahwa saya adalah seorang non-muslim, dan teman jalanku saat liburan ini adalah seorang muslim.

Idul Fitri 2022 jatuh pada tanggal 2 Mei 2022. Kami naik bus dari Makassar menuju Toraja pada 2 Mei 2022 malam jam 8 WITA. Setelah menempuh perjalanan (alias tidur) di bus selama 9 jam, akhirnya kami tiba di Tana Toraja pada 3 Mei 2022 jam 4.20 subuh. Pertama, kami mendatangi Masjid Raya Makale, yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat kami turun bus, di mana temanku menjalankan ibadah subuh, dan saya numpang gosok gigi dan cuci muka pagi itu.

Setelah itu, destinasi wisata yang kami kunjungi hari pertama adalah di Toraja Utara. Dari Masjid Raya Makale, kami tiba jam 06.30 di Lolai. Pemandangan hamparan awan benar-benar membuat kami serasa berada di atas awan, sehingga tidak heran bahwa tempat wisata ini juga 

dijuluki sebagai "Negeri di Atas Awan". Walaupun matahari sudah terbit di ufuk timur, tetapi awan masih tebal menyelimuti, dan suasana cukup dingin di sini. Hanya melalui celah-celah awan, kami dapat melihat sawah-sawah hijau, dan sejibun rumah Tongkonan.

Bila saat anda tiba, awan kurang menyelimuti, maka anda dapat tunggu sebentar, seperti minum kopi Toraja dulu di warung sekitar. Setelah minum kopi, ternyata sekitar 7.53 posisi awan pun berbeda dengan yang tadi, bahkan lebih tebal dan menutupi lebih banyak area daripada tadi pagi.

Selanjutnya, kami mengunjungi Bori, dan Lo'ko Mata. Bori merupakan kompleks megalit, yaitu batu besar peninggalan masa prasejarah. Di sini juga ada bangunan Tongkonan, dan satu pohon Baby Grave, yaitu makam bayi di dalam pohon. Sedangkan Lo'ko Mata 

adalah batu bulat besar yang berisikan puluhan lubang makam. Terdapat motif warna-warni pada masing-masing pintu makam, dan di depan beberapa pintu makam diletakkan Tau Tau, yaitu patung kayu yang dipahat menyerupai orang yang meninggal. 

Menurut penuturan warga lokal, konon dibuat itu karena belum ada kamera, jadi dibuat patung itu sebagai perwujudan orang yang meninggal agar keturunannya masih dapat mengenangnya. Pada atas batu besar ini juga ada tumbuhan liar yang bertumbuh subur.

Saat tiba waktu makan siang, kami berpesan pada supir rental mobil untuk membawa kami mencicipi makanan halal khas Toraja, yang mana menurut informasi ada Pa'piong ayam, dan Pa'piong ikan. Destinasi pertama yang kami dibawa adalah sebuah rumah makan di pojok jalan yang cukup ramai. 

Tetapi, saat saya melihat penjualnya menyendokkan salah satu lauknya pada piring pengunjung yang lain, saya yakin itu adalah daging babi. Oleh karena itu, sayapun memastikan pada sang supir. Kemudian, ia berbahasa yang kami tidak mengerti dengan sang penjual (mungkin itu Bahasa Toraja), dan ia memberitahu bahwa Pa'piong ayamnya habis.

Karena temanku sangat pengertian, maka ia bertanya, "cici mau coba makanan nonhalal nya?" "Iya, boleh ya," ucapku. Akhirnya, saya dan teman pisah tempat makan. Saya makan di Warung Inul Singki, mencobai Pa'piong babi, yang menurut saya kalo versi makanan halalnya, ia seperti makanan pepes. Temanku makan di rumah makan halal (tidak diingat nama rumah makan tersebut) yang menjual konro, namun menurutnya konro tersebut kurang enak.

Setelah temanku melaksanakan sholat Zuhur, kami mengunjungi Museum Ne' Gandeng yaitu museum dengan latar pemandangan alam yang indah. Selain bangunan Tongkonan yang dibangun, dan penjelasan-penjelasan terhadap barang-barang adat yang dipajang, hari itu juga sedang ada turnamen olahraga yang diadakan di Museum Ne' Gandeng, sehingga suasananya ramai sekali.

Ikan Mujair Goreng di Sari Laut Paraikate. Dokpri
Ikan Mujair Goreng di Sari Laut Paraikate. Dokpri

Sekitar jam 4 sore, mulai hujan di Rantepao, jadi kami mengakhiri wisata kami hari itu. Kemudian, jam 7 malam, kami dijemput oleh sang supir untuk makan malam. Setelah berkeliling banyak putaran, kami masih belum menemukan rumah makan halal. Ada pasar malam di Toraja ini, tetapi menurut info supir, pasar malam tersebut hanya menjual cemilan, dan tidak menjual makanan berat.

Akhirnya kami menemukan penjual makanan di sudut suatu jalan, dengan spanduk yang mencantumkan logo halal, namanya "Sari Laut Paraikate". Menunya meliputi Coto Makassar, ayam goreng dan ikan goreng, dengan pilihan ikan lele, dan ikan mujair. Hari itu, saya memesan ikan mujair goreng, makanan disajikan dengan nasi putih, lalapan (mentimun segar, kacang panjang mentah, dan kol goreng), serta semangkok kecil kuah Coto Makassar. Menu ini dihargai Rp35.000

Keesokan harinya, kami melanjutkan wisata ke Ke'te Kessu, yang merupakan kompleks dengan bangunan Tongkonan yang sudah berusia ratusan tahun. Lalu, kami melanjutkan perjalanan ke Londa, yaitu goa dengan peti-peti mayat yang tersimpan di tebing batu terjal. 

Setelah itu, kami ingin mengunjungi Baby Grave Kambira (di Kecamatan Sangalla), tetapi saat tiba di situ tidak ada penjaga loket, dan panah yang menunjuk arah Baby Grave mengarahkan pada tangga yang menuju semak-semak, dan pepohonan yang bertumbangan, jadi tempat wisata ini tampak agak kurang terurus, dan kami memutuskan untuk tidak turun ke sana, 

melainkan langsung berlanjut ke destinasi berikutnya, yaitu Patung Yesus Memberkati, di Buntu Burake, Makale.

Lokasi Warunh Makan Regina yang halal di Makale. Dokpri
Lokasi Warunh Makan Regina yang halal di Makale. Dokpri

Sebelum menaiki bukit tersebut, kami makan dulu di Warung Makan Regina, di Jalan Nusantara, Makale yang juga mencantumkan Halal pada spanduknya. Di sini, kami makan nasi goreng merah, seharga Rp25.000/ porsi.

Nasi Goreng Merah di Warung Makan Regina
Nasi Goreng Merah di Warung Makan Regina

Sesudah makan, kami melanjutkan perjalanan. Pengunjung Patung Yesus Memberkati hari itu sangat ramai, yang ditandai dengan padatnya parkiran. Kemudian, kami berjalan kaki menuju puncak, di sini juga terdapat pelataran kaca, tetapi ditutup, dan tertempel tulisan "Mohon untuk tidak masuk dalam pelataran kaca (ada yang retak). 

Berbahaya". Dalam perjalanan menuju puncak bukit ini, keindahan kota Makale tersajikan dengan sangat luwes, yaitu bentangan tumbuhan hijau dengan rumah adat Tongkonan  yang merupakan pemandangan unik Toraja. 

Namun, untuk memotret Patung Yesus Memberkati secara keseluruhan, tentu saja harus dari posisi yang agak rendah, bukan di puncak sini. Patung Yesus Memberkati berbahan perunggu ini merupakan Patung Yesus tertinggi di dunia.

Berikutnya, kami beranjak ke Hutan Pinus di Pango-Pango. Sayangnya, kami kurang menikmati waktu di hutan pinus ini, sebab kami tiba dalam kondisi cuaca hujan, sehingga kami hanya berteduh di saung-saung. Buah-buah pinus yang berjatuhan di lantai pun kami pungut untuk dijadikan properti berfoto ria.

Makan Mie Ayam di Toraja. Dokpri
Makan Mie Ayam di Toraja. Dokpri

Akhirnya, tiba lagi jam makan malam, dan kami makan di sebuah rumah makan halal yang menyajikan menu bakso, mie ayam, nasi ayam, nasi ikan, dan lain-lain. Setelah itu, kami menuju tempat perwakilan bus, untuk naik bus jam 8 malam dari Toraja kembali ke Makassar.

Sebenarnya, menurut informasi di internet, dan juga info dari supir rental mobil, banyak makanan halal di Toraja ini, hanya saja karena masih libur lebaran, jadi banyak yang tidak buka. Ada dua yang direkomendasikan di internet dan juga supir rental kami adalah Rumah Makan Hj Idaman, dan Depot 99. Rumah Makan Hj Idaman terletak pas di samping Masjid Raya Makale, sedangkan Depot 99 bersebelahan dengan Rumah Makan Hj Idaman.

*Tidak ada maksud unsur SARA dalam tulisan ini.

*Semoga tulisan liburan ini bisa menjadi pertimbangan bila anda berencana berliburan ke Toraja saat hari raya lebaran, dan hanya makan makanan halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun