Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Koko Bersarung dan Cici Bermukena di Masjid Al-Alam Kendari

19 Januari 2022   19:47 Diperbarui: 19 Januari 2022   20:18 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al-Alam Kendari dengan lampu yang menyala (Dokpri)

Berwisata ke manakah anda pada liburan tahun baru 2022? Bersama keluarga atau teman? Atau di rumah saja? Saya berwisata ke Masjid Al-Alam, Kendari bersama teman-temanku.

Perkenalkan, mereka adalah teman-teman setim-ku yang baru saling mengenal sejak akhir September 2021, kemudian kami sudah tinggal serumah selama dua bulan menjalankan tugas bersama di Sulawesi Tenggara, dan ini merupakan wisata pertama kami di sini. Masjid Al-Alam adalah sebuah masjid terapung yang megah di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Kami menggunakan transportasi online dari hotel penginapan di Jalan Lepo-Lepo menuju Masjid Al-Alam. Tidak ada tiket masuk yang dikenakan pada pengunjung, hanya menyumbang sukarela saja.

Saat memasuki gerbang, sang supir transportasi online memberitahu bahwa nanti teman pria kami yang duduk di posisi samping supir itu harus meminjam sarung agar bisa masuk ke dalam area masjid, karena ia mengenakan celana pendek hari itu. 

Dalam mobil, saat teman-teman meledekinya salah kostum ke tempat ibadah, seorang teman yang duduk di posisi samping jendela pun asyik mem-videokan perjalanan semakin mendekatnya mobil menuju masjid di tengah laut ini. 

Memang itulah satu-satunya destinasi semua orang yang melalui jalan ini, dan semua orang yang berlawanan arah dengan kami adalah pasti keluar dari Masjid Al-Alam, karena hanya ada 1 bangunan di ujung jalan aspal ini.

Lalu, sang supir mengantarkan kami sampai parkiran tepat di depan posko masuk, tempat peminjaman sarung. Bangunan luar masjid didominasi warna putih, dengan kuba berwarna kuning keemasan, dan empat menara biru di masing-masing sudut sisi masjid. 

Di sisi kiri masjid terdapat banyak tenda-tenda putih yang tidak kami kunjungi, dilihat dari kejauhan sih tempat bagi para pengunjung untuk jajan-jajan.

Saat berjalan menuju posko peminjaman sarung, ternyata ada spanduk bertuliskan demikian di depan jalan masuk ke masjid.

(Dokpri)
(Dokpri)

Perhatian!!

Anda Memasuki Kawasan Suci

  • Wajib menutup aurat
  • Bagi pria dewasa tidak menggunakan celana pendek
  • Wanita muslim wajib menggunakan hijab.
  • Bagi non muslim menyesuaikan aturan yang berlaku.

Terima kasih

Dengan demikian, selain teman pria dewasa, saya juga terkena poin 1 dan 4, bahwa wajib menutup aurat, dan bagi non muslim menyesuaikan aturan yang berlaku. Bagi kaum pria disediakan peminjaman sarung, sedangkan bagi wanita disediakan peminjaman mukena (atasannya).

Tetapi, karena semua mukena sedang dipinjamkan, maka saya harus menunggu giliran di batas posko tersebut hingga ada peminjam mukena yang keluar. 

Namun, seorang bapak penjaga posko teringat untuk menyuruh temannya membawa keluar mukena dari area laundry ke posko, karena antrian peminjaman mukena sudah ada beberapa orang.

Sembari menunggu, salah seorang temanku membantu si-teman pria yang belum berpengalaman untuk mengenakan sarung. Kemudian, ini menjadi olokan seperti mamak yang memakaikan sarung pada anaknya yang sehabis sunat. 

Hahaha, karena memang tampangnya yang masih muda, dan dia begitu pasrah posisinya saat itu, berdiri tegak, dan mengangkat kedua tangannya saat temanku mengitari, dan melipatkan sarung di pinggangnya.

Hingga teman pria itu sudah selesai dipakaikan mukena, dan berfoto-foto ria, mukena yang dibawakan dari laundry belum juga sampai di posko depan. 

Tiba-tiba temanku teringat bahwa salah seorang temanku yang selalu membawa mukena dalam tas, ia pun berinisiatif bilang, "Na, bawa mukena kan? Pinjamkan saja mukena-mu ke cici biar kita bisa masuk sekarang." "Oh iya, bawa, bawa. Iya, ini pake aja, ci," ucap temanku sambil membuka tas dan mengeluarkan mukena dari dalam tas.

Lalu, si teman yang memakaikan sarung pada teman pria juga membantu memakaikan atasan mukena padaku. Teliti sekali ia memakaikan mukena padaku hingga membantu merapikan rambut-rambutku ke dalam mukena, memastikan tidak ada rambut-rambut yang keluar.

Semua teman-temanku berkomentar bahwa penampilanku bermukena ini kalem dan alim sekali. Hehehe, emang saya kalem dan alim kok. Yuk, mari kami berjalan masuk ke dalam masjid. Spot yang tidak terlewatkan adalah berfoto di depan bangunan Masjid Al-Alam ini.

Koko Bersarung dan Cici Bermukena di Masjid Al-Alam Kendari (Dokpri)
Koko Bersarung dan Cici Bermukena di Masjid Al-Alam Kendari (Dokpri)

Selanjutnya, tidak hanya menikmati keelokan masjid yang apik, tetapi juga pemandangan laut dengan latar belakang pemukiman penduduk, dan hamparan daratan (atau perbukitan atau pegunungan) hijau, ada juga jembatan terbentang jauh di depan sana yang kami belum tahu nama jembatannya. Selain itu, banyak tiang-tiang besi yang tertancap dari bawah laut, sepertinya akan dibangun jalan melingkari masjid terapung ini.

Setelah itu, kami melepas alas kaki, dan masuk ke dalam masjid. Pintu masjid dicat warna emas, dan berornamen indah. Seluruh sisi masjid berjendela kaca warna biru yang bisa menembuskan pemandangan laut dengan gulungan ombak tenang dari segala sisi. 

Bangunan dalam masjid didominasi warna putih, dengan ornamen-ornamen berwarna hijau, dan kuning, serta tiang-tiang dikeramik putih keabu-abuan yang senada dengan keramik pada lantai, dengan bagian atas tiang dihiasi ornamen keemasan. Bangunan ini sangat luas, dan beraliran udara baik, sehingga tidak membuat kepanasan, maupun pengap di dalam ruangan.

Di dalam Masjid Al-Alam Kendari (Dokpri)
Di dalam Masjid Al-Alam Kendari (Dokpri)

Kami juga disuguhi keindahan langit saat matahari terbenam sore itu. Awan-awan keorenan perlahan-lahan memudar ke balik langit biru. Demikian, kami menghabiskan senja di Masjid yang terletak di atas Teluk Kendari, dengan silir semilir angin laut.

Saat tiba jam sholat Magrib, teman-temanku mengikuti sholat berjemaah di dalam Masjid Al-Alam. Mereka pun berwudhu di tempat wudhu yang sudah disediakan, yaitu dalam bangunan menara-menara tinggi, yang kiri sebagai tempat wudhu perempuan, dan sebelah kanan sebagai tempat wudhu laki-laki.

Sambil menunggu, saya dan teman yang tidak sholat pun berjalan menuju jalan panjang di samping tempat wudhu perempuan. Ada lampu penerang berwarna kuning yang dipasang di sepanjang lantai jalan tersebut. 

Di situ, kami memandang kerlap-kerlip lampu Kendari Beach yang sudah menyala, dan lalu lalang kendaraan memasuki dan meninggalkan kawasan Masjid Al-Alam. Lampu berwarna putih pada tulisan Masjid Al-Alam mulai dinyalakan, dan lampu pada atas menara-menara juga menyala dengan warna yang bergonta-ganti.

Masjid Al-Alam Kendari dengan lampu yang menyala (Dokpri)
Masjid Al-Alam Kendari dengan lampu yang menyala (Dokpri)

Setelah teman-teman selesai sholat Magrib, kami berjalan kaki keluar dari area masjid, mengembalikan sarung yang dipinjam dari posko, dan saya juga mengembalikan mukena yang dipinjamkan oleh temanku. 

Lalu, kami berjalan kaki keluar ke jalan raya, dan menuju ke destinasi berikut kami, yaitu memakan durian. Sederetan vendor durian sudah tampak saat perjalanan kami tadi dari hotel ke masjid.

Jauh gak sih? Ini sebagai pertimbangan ya, kami berjalan kaki santai tanpa buru-buru, karena hari sudah malam, dan kami menikmati angin sepoi-sepoi berjalan di pinggir laut. 

Perjalanan dari posko ke gerbang itu kami tempuh sekitar 20 menit. Walaupun tidak ada lampu jalan, tetapi setiap mobil dan motor yang melintas itu menjadi sumber penerangan bagi kami, dan juga sinar lampu dari sepanjang Kendari Beach di sebelah kanan jalan, serta lampu dari Rumah Makan Kampung Bakau di sebelah kiri jalan.

Sepanjang perjalanan malam itu, langit berkliat-kilat, kami sangat memohon untuk jangan sampai hujan, karena sama sekali tidak ada tempat berteduh hingga ke gerbang depan. 

Oh ya, kami juga menyadari bahwa hanya kami yang berjalan kaki, sedangkan pengunjung lainnya dengan kendaraan bermotor, dan gak ada yang menawarkan kami tumpangan. Hahaha, gak penting juga sih itu, kami berolahraga santai ria.

Vendor Durian dekat Masjid Al-Alam Kendari (Dokpri)
Vendor Durian dekat Masjid Al-Alam Kendari (Dokpri)

Dari pintu gerbang Masjid Al-Alam, kami cukup berjalan kaki sekitar 2 menit ke arah kiri, lalu menyeberangi jalan raya untuk menuju vendor durian yang berjejer, dan di belakang durian yang dipajang, ada rumah kayu lengkap dengan meja kayu dan kursi plastik bagi para pembeli durian untuk langsung menikmatinya di tempat.

Masjid Al-Alam Kendari ini memang salah satu tempat wisata religius yang patut dikunjungi. Nah, jadi saranku untuk semua orang yang ingin mengunjungi Masjid Al-Alam Kendari, pastikan bila anda lelaki, maka berpakaian sopan dengan celana panjang, sedangkan bila anda wanita, pastikan anda memakai baju dan bawahan panjang, serta berhijab. 

Bila anda seorang wanita non-muslim, dan memiliki teman Muslimah, saya pikir tidak salah anda untuk meminjam dan dibantu kenakan hijab secara rapi oleh temanmu dulu, agar hasil potretmu lebih ciamik untuk diunggah ke media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun