Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pengalaman Bangkok Mass Transit System (BTS) Sopan di Thailand

24 Februari 2020   18:46 Diperbarui: 24 Februari 2020   19:42 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangkok Mass Transit System (BTS) adalah sistem angkutan cepat dengan tarif yang cukup terjangkau di Bangkok. Dengan memerhatikan jalur yang dilalui masing-masing rute, maka BTS ini dapat dimanfaatkan dengan mudah untuk mencapai tempat tujuan.

Akan tetapi, bila anda berjumlah tiga atau empat orang, maka pilihan transportasi online terkadang menjadi lebih efisien harganya. Selain menghemat waktu dan tenaga untuk berjalan menuju stasiun BTS atau dari stasiun BTS ke destinasi yang dituju, patungan ongkos transportasi online terkadang lebih murah dibandingkan membayar ongkos kereta BTS per orang. Oleh karena itu, kami selalu mengecek harga transportasi online sembari mengecek tarif BTS. Alhasil, kami hanya membeli Single Journey Card sesekali bila akan menggunakan kereta ini.

 

Ada Apa dengan BTS Selama Wabah COVID-19?


Iya, saya memang baru pulang berwisata dari Thailand. Kami berliburan pada akhir Januari 2020 hingga awal Februari 2020, saat jumlah pasien yang terinfeksi COVID-19 di Thailand menduduki posisi kedua terbanyak di dunia setelah China.


Setiba di Bangkok, kami turun ke basement Bandara Suvarnabhumi untuk membeli token Airport Rail Link. Ini merupakan kereta yang menyediakan jalur dari Bandara Suvarnabhumi menuju beberapa stasiun BTS, hingga berakhir di BTS Phaya Thai (Iya, yang berdekatan dengan Platinum Mall dan pasar Pratunam). 


Mesin pembelian token ini cukup mudah digunakan, dengan pilihan bahasa Thailand dan Inggris. Setelah memilih stasiun tujuan, dan jumlah tiket, kami memasukkan uang untuk bertransaksi (mesin ini menerima koin 1, 5,dan 10 Baht, serta uang kertas 20, 50, dan 100 Baht). Mesin ini juga mengeluarkan uang kembalian bila ada.

bts-airportraillink-5e53b4b0d541df32242c5392.jpg
bts-airportraillink-5e53b4b0d541df32242c5392.jpg
Kemudian, kami menempelkan token yang sudah dibeli pada mesin pembaca untuk melewati automatic gate (pagar otomatis). Seorang petugas sudah siaga berdiri di depan kami, menawarkan dengan langsung memencetkan hand sanitizer sebagai antiseptik tangan kami. Jumlah yang dipompakan juga cukup banyak, tidak pelit-pelit. Selanjutnya, di stasiun BTS lain juga menyediakan sebotol hand sanitizer pada meja setelah melalui automatic gate yang bebas digunakan siapapun.

Saat Airport Rail Link tiba, semua penumpang keluar dari kereta. Kemudian, petugas keamanan masuk terlebih dahulu, diikuti petugas kebersihan, lalu penumpang baru masuk dengan tertib ke dalam kereta. Saya tidak tahu apakah prosedur ini memang rutin dalam Airport Rail Link atau hanya saat wabah penyakit COVID-19.


Untuk mencegah penularan COVID-19, hampir semua orang di Thailand mengenakan masker, termasuk petugas-petugas di stasiun BTS. Tetapi, ada sebuah kejadian lucu tentang kelalaian seseorang yang mungkin suatu ketika dapat menjadi sumber penularan sebuah penyakit.


Stasiun BTS umumnya memiliki beberapa pintu keluar, sehingga pengguna dapat memilih pintu keluar mana yang paling dekat dengan destinasi berikutnya. Saking sering kecapekan berseliweran tanpa petunjuk jelas, maka hari itu kami memutuskan untuk menanyakan arah jalan yang tepat pada salah seorang petugas keamanan sebelum keluar dari stasiun.


 Awalnya, wanita gagah itu sedang bertelepon saat melihat kami menghampiri. Seketika kami memulai pertanyaan dalam Bahasa Inggris, wanita berseragam hitam itu bagai tersentak, segera menaikkan (mengenakan kembali dengan benar) masker di bawah dagunya, kemudian menjawab pertanyaan kami. Harusnya dipakai sepanjang waktu dong, kakakkk...

 

Ternyata di Situ Kamar Kecil dalam Stasiun BTS


Pernahkah anda kebelet pipis di stasiun? Keterdesakan ke kamar kecil merupakan salah satu keterdesakan yang tidak dapat dipungkiri ataupun diprediksi. Demikian, ketersediaan kamar kecil di tempat umum juga sudah merupakan sebuah keharusan, terlebih bagi pengguna fasilitas umum tersebut atau bagi karyawan di sana.


Seperti yang anda ketahui, sedekat apapun suatu lokasi dengan stasiun BTS, umumnya tetap perlu berjalan kaki sekitar 5 menit dari pintu keluarnya. Pagi itu, setelah sempat tersesat mencari jalan, lalu saya tiba di stasiun Siam dengan kondisi kebelet pipis. Iya, stasiun Siam berdekatan dengan mall Siam Paragon, tetapi terlalu pagi, mall belum beroperasi, sehingga tidak dapat numpang kamar kecil dalam mall.


Mempertimbangkan jumlah stasiun yang akan dilalui sebanyak 23 stasiun, saya tidak merasa sanggup bertahan hingga estimasi waktu tempuh selama 48 menit ini. Sayapun segera menanyakan lokasi kamar kecil pada loket tiket. Petugas loket menjawab, "Go down, Novotel Hotel." (Turun ke bawah, Hotel Novotel). 


Dalam hati, saya sungguh bimbang karena perlu berjalan kaki lagi ke hotel tersebut yang tidak diketahui jaraknya, dan memikirkan bahwa harusnya ada kamar kecil di dalam stasiun setidaknya bagi karyawan, jadi saya bertanya lagi, "Toilet inside? (Kamar kecil di dalam?)" "No, go down, Novotel Hotel, (Tidak, turun ke bawah, Hotel Novotel)" jawab perempuan petugas loket tersebut.


Saya sungguh kecewa dengan sikap petugas ini. Jadi, saya menghampiri seorang petugas keamanan (satpam) di pojok lain, tepatnya sebelah dalam dari stasiun. "Toilet inside? (Kamar kecil di dalam?)"tanyaku. "Yes, (Iya)" jawabnya.

Kami Membeli Single Journey Card
Kami Membeli Single Journey Card
Segera kami membeli single journey card, menempelkan kartu untuk melewati automatic gate (pagar otomatis). Lalu, saya bergegas menghampiri lagi satpam yang menyatakan adanya kamar kecil di dalam stasiun. Satpam muda ini pun menunjukkan bahwa arah toilet adalah naik ke atas, lalu jalan lurus.


Sesudah melewati eskalator naik, jalan lurus sedikit ke arah depan, kami tidak melihat plang yang menunjukkan lokasi kamar kecil. Saya pun menghampiri seorang satpam lagi untuk menanyakan lokasi tepatnya. Dengan ramah, satpam setengah baya ini mengantarkan kami ke arah kamar kecil. Lalu, beliau membuka sebuah pintu dengan kartu karyawannya. Kemudian, beliau mengarahkan posisi kamar kecil yang berada di sebelah kanan pintu. Sesudah mengucapkan terima kasih, saya pun buru-buru membuang hajat kecil tanpa melihat lingkungan sekitar lagi.


Setelah keluar dari kamar kecil, saya baru sadar, nanti bagaimana keluarnya tanpa akses kartu karyawan ya? Saat sedang menunggu seorang temanku yang juga membuang hajat di sini, saya melihat seorang wanita berpakaian rapi keluar ruangan dengan menekan sebuah tombol di samping pintu, tanpa akses kartu karyawan. Tidak lama kemudian, kami pun menekan tombol di samping pintu tersebut dan keluar ruangan.


Dalam perjalanan menuju area menunggu kereta, kami berpapasan lagi dengan bapak satpam yang mengantarkan kami ke kamar kecil, saya pun bersenyum kecil sambil mengucapkan "terima kasih" lagi. Kini, saya lega untuk menempuh perjalanan, dan menjadi tahu bahwa butuh akses kartu karyawan untuk menuju toilet dalam stasiun BTS. Wow...

 

Bijak Menggunakan Bangku Prioritas

Tempat Duduk Prioritas dalam Bangkok Mass Transit System (BTS)
Tempat Duduk Prioritas dalam Bangkok Mass Transit System (BTS)

Transportasi umum lainnya juga menyediakan tempat duduk prioritas, tetapi ada yang unik di transportasi umum Bangkok. Bila yang lain memprioritaskan penumpang lanjut usia, ibu hamil, anak kecil, penyandang disabilitas, BTS juga mengutamakan tempat duduk ini bagi para biksu. Sebagaimana agama Buddha merupakan sebuah mayoritas di Thailand, maka pemuka agama Buddha sebagai sosok yang sangat dihormati oleh para umat untuk mendapatkan prioritas pada tempat duduk dekat pintu keluar-masuk transportasi umum ini.


Kala belum ada penumpang yang perlu diprioritaskan, kita yang orang biasa-biasa saja boleh menduduki tempat duduk prioritas itu dong? Setuju? Iya, saya setuju. Hari itu, yang penting dapat tempat duduk, saya duduk tanpa berpikir banyak di bangku prioritas yang kosong itu, sedangkan dua orang temanku berdiri.


Di stasiun berikutnya, banyak penumpang baru yang masuk. Saya memang kurang peka, hingga salah seorang temanku memberi kode bahwa ada seorang ibu usia lanjut yang sudah beberapa kali melirikku. Lalu, saya pun memberikan tempat dudukku kepada ibu tersebut. Sembari menerima tawaranku, ibu itu tersenyum padaku, lalu saya juga membalasnya dengan senyuman kecil. Saya pun berdiri dengan menyergap pegangan tangan yang membantu menyeimbangkan diriku selama dalam perjalanan menggunakan kereta BTS ini. 


Tidak berapa lama kemudian, ibu kurus tersebut menawarkan celah di antara tempat duduknya dengan perempuan muda langsing di sebelahnya. Iya, tempat duduk itu memang bukan bidang rata yang nyaman, tetapi setidaknya lebih nyaman daripada berdiri. Saya pun bertumpu di situ hingga beberapa stasiun terlewati.


Banyak penumpang yang keluar masuk, hingga kondisi kereta sudah agak lowong, ibu itu pun berpindah ke tempat duduk seberang. Saya kembali menduduki bangku prioritas. Baru sebentar ibu itu beranjak, beliau mengisyaratkan sesuatu lagi kepadaku, yaitu beliau yang menduduki bangku prioritas, dan saya menduduki posisinya tersebut. Dalam kereta yang melaju stabil itu, kami bertukar posisi dengan mudah dan cepat. 


Setelah melewati beberapa stasiun, ibu tersebut turun di destinasinya. Sebelum turun, kami saling tersenyum. "Terima kasih, dan hati-hati di jalannya," ucapku dalam hati, mungkin senyum ibu berkemeja itu juga bermakna yang sama.

 

Baik, Saya Memaafi


Pengumuman dalam kereta BTS ini dilantangkan dalam bahasa Thailand dan Inggris. Selain mengumumkan nama stasiun berikutnya saat kereta diberangkatkan, nama stasiun yang akan tiba saat mendekati stasiun tujuan, saya juga mendengar permintaan maaf dari kereta BTS ini. Sekejap setelah perjalanan kereta yang kurang mulus, ada pemakluman yang kira-kira begini bunyinya, "We apologize for irregular train movement" (arti: Kami mohon maaf atas pergerakan kereta yang tidak beraturan). 


Dari (kalau tidak salah ingat) enam (6) kali pengalaman kami menaiki kereta BTS, kami mengalaminya sebanyak dua kali. Memang kurang tahu apakah kereta negara lain juga ada pemakluman serupa, tetapi saya baru mengalaminya di BTS.

 

Salam berpetualang dengan kereta ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun