Selain itu, juga mendukung pemberian informasi obat yang tepat, karena suatu obat dapat memiliki beberapa fungsi. Contohnya, ada suatu obat A yang dapat berfungsi sebagai obat pereda rasa sakit, penurun demam, dan antiradang yang diminum bila ada gejala, tetapi juga merupakan suatu obat pengencer darah yang harus diminum rutin.Â
Bila saat penyerahan obat, tenaga kefarmasian menjelaskan bahwa obat A sebagai obat antinyeri yang diminum bila perlu, bisa jadi sewaktu-waktu si pasien mengalami stroke akibat obat pengencer darahnya tidak rutin diminum. Contoh lain, suatu obat C, yang dapat berfungsi sebagai antinyeri, juga merupakan obat untuk batuk kering.Â
Bila tenaga kefarmasian menjelaskan bahwa obat C ini adalah obat batuk, sedangkan pasien tidak batuk, apa yang dipikirkan pasien? Dokter yang keliru atau tenaga kefarmasian yang salah memberikan obat?
Menanyakan Three Prime Questions itu "menunjukkan" atau "menurunkan" profesionalitas tenaga kefarmasian?
Mengapa saya bilang ada kesan "menurunkan" keprofesian tenaga kefarmasian? Karena saya pernah mengalami bahwa saya ditanya balik begini oleh pasien:
1. Â Â Apakah tidak ditulis di resep?
2. Â Â Kamu yang "jaga apotek", masa gak tahu?
Tanpa mengurangi rasa hormat, tentu saya menjawab, "Bukan, Pak/Bu, hanya ingin memastikan informasi yang sudah Bapak/Ibu dapat dari dokter, agar tidak bertumpang tindih dengan informasi yang akan kami berikan."
Tidak peduli sakit apapun, tidak ada hal yang perlu dirasa malu untuk menebus obat yang memang diresepkan sesuai dengan hasil diagnosis dokter (atau dokter gigi sesuai dengan keluhan yang diderita, atau dokter hewan bila pasiennya adalah binatang).Â
Justru, yang harus dihindari adalah membeli obat melalui jalur yang tidak tepat dan menyalahgunakan obat. Jadi, dapatkanlah diagnosis dan penanganan/pengobatan yang tepat sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H