Pernah berkenalan dengan Perantau dari Tanjung Balai Karimun?
Perantau (P): Hallo, saya Santi, dari Tanjung Balai Karimun.
Warga luar Karimun (W): Owh, yang di Medan ya?
P: Bukan, itu Tanjung Balai Asahan. Saya dari Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau.
W: Owh, yang pantainya bagus ya?
P: Iya, pantainya bagus, tapi bukan Karimun Jawa ya.
W: Jadi?
P: Ya Tanjung Balai Karimun yang di Kepulaun Riau itu!
(Terkadang karena menyadari hanya sedikit yang mengenal Tanjung Balai Karimun, maka tidak jarang, perantau memperkenalkan bahwa dirinya berasal dari Kepulauan Riau)
P: Hallo, saya Santi, dari Kepulauan Riau.
W: Owh, Riau...
P: Bukan, sekarang udah beda provinsi, Kepulauan Riau namanya.
W: Owh, Batam ya?
P: Dekat dengan Batam. Nama tempatku, Tanjung Balai Karimun.
Hehehe... Itu tampak sudah menjadi dialog yang sering terjadi antara perantau dari Tanjung Balai Karimun dengan penduduk Indonesia di luar sana. Sebenarnya, ini merupakan salah satu kabupaten di Kepulauan Riau, yaitu Kabupaten Karimun. Kabupaten Karimun ini terdiri dari pulau Karimun, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Seiring dengan semakin banyaknya penduduk Karimun yang merantau keluar, semakin banyak pula hal-hal baru di luar sana yang dibawa ke kampung halaman ini. Mulai dari tren berpakaian, makanan-minuman, peluang bisnis, dan hal-hal yang bermanfaat lainnya.
Dalam hal tempat nongkrong, ada Coastal Area, yaitu pembangunan pemerintah pada pesisir pantai yang mengaktifkan beberapa tempat wisata, hiburan, kegiatan berdagang, dan tempat menyantap makanan-minuman sambil menikmati keindahan laut.Â
Selain itu, kini juga banyak bermunculan cafe-cafe dengan dekorasi interior yang elegan dan nyaman, serta menyajikan beragam menu yang puas di lidah, dan tidak terlalu membebani dompet.
1. Social Square, Puakang
Di sini, pengunjung melakukan pemesanan langsung di meja kasir, dan melakukan pembayaran. Setelah itu, pelayan akan mengantarkan makanan ke meja masing-masing.
Cafe ini menyajikan berbagai menu, mulai dari minuman, makanan berat, dan makanan ringan yang bervariasi dengan nuansa Indonesia, maupun Barat (western). Harga menu makanan dan minuman di Social Square sangat sebanding baik dari segi kelezatan, maupun ukuran porsi penyajian.Â
Selain adanya area-area yang dapat dijadikan tempat memotret untuk diunggah ke media sosial, penataan makanan dan minuman di sini juga sangat memukau untuk didokumentasikan.
2. Thafana House, Simpang Jalan Haji Arab
Dengan demikian, dapat memenuhi idaman para perantau tanah Sunda di tanah Melayu ini, ataupun para perantau tanah Melayu yang pernah berjuang di tanah Sunda.
Ada kasir dan beberapa meja makan yang ditata di lantai 1. Selanjutnya, di lantai 2 ada tempat menikmati makanan secara terbuka yaitu sambil menatap keindahan bintang pada malam hari.
3. King Geprek 88, Kapling
Mendengar namanya, tentu menu Geprek merupakan menu andalannya. Selain itu, juga terdapat beberapa menu inovasi, seperti Spicy Wings+Cheese, dan Popchicken Salted Egg. Kedua menu ini memang menyerupai menu yang disajikan di dua restoran siap saji waralaba.
Akan tetapi, restoran siap saji waralaba yang menyajikan menu Spicy Wings+Cheese belum ada di Tanjung Balai Karimun. Oleh karena itu, pilihan yang disajikan King Geprek 88 ini sungguh mengobati rasa ingin tahu penduduk setempat dan juga idaman para perantau akan rasa menu ayam tersebut.Â
Sedangkan untuk menu Popchicken Salted Egg memiliki cita rasa berbeda dibandingkan restoran siap saji waralaba yang menyajikan menu serupa, yang mana King Geprek 88 menambahkan cabe dan daun kemangi.
Selain banyak bermunculannya tempat-tempat makan dengan suasana dan menu makanan yang bernuansa modern, menu-menu makanan yang "viral" di kota-kota besar Indonesia pun kini lebih cepat dapat dinikmati warga Tanjung Balai Karimun.Â
Hal ini tercapai baik melalui jasa titip (jastip) yang merupakan suatu inovasi dalam berbisnis maupun melalui kemampuan mengolah makanan para warga setempat yang hebat dan mengikuti perkembangan dengan cepat sehingga resep tersebut dapat diracik di lokal, seperti Es Kepal Milo yang kini juga sudah merajalela di Tanjung Balai Karimun.
Kapal laut merupakan transportasi yang utama digunakan untuk berpergian ke luar Karimun. Sedangkan untuk jarak jauh yang membutuhkan pesawat, maka warga Karimun perlu naik kapal laut dulu ke kota lain yang tersedia bandara dengan akses pesawat ke tempat destinasi.Â
Contohnya, untuk ke ibukota Indonesia, maka warga Karimun perlu naik kapal feri ke Batam untuk menaiki pesawat ke Jakarta.
Dengan demikian, warga yang ingin berpergian perlu memperhitungkan jam keberangkatan kapal dan pesawat yang akan dinaiki.Â
Misal perlu berangkat dengan pesawat dari Batam pagi-pagi, atau baru tiba pesawat di Batam setelah jam 5 sore, maka tidak sempat perjalanan satu hari, sehingga perlu nginap satu malam di tempat transit (Batam). Ini terkadang memberatkan ongkos berpergian.Â
Terlebih saat sedang kerja dan jatah cuti terbatas, maka hari bersama keluarga berkurang sehari pula. Alangkah lebih baik bila ada bandara di Tanjung Balai Karimun yang memfasilitasi banyak rute pesawat sehingga mempermudah transportasi warga, dan juga dapat akses penduduk luar terhadap kampung yang indah ini.
Ibarat peribahasa, "setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan" (artinya: sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke tempat asal (kampung halaman) juga). Jadi, merantaulah jauh, lalu bawakan kabar dari seberang dan hal-hal bermanfaat dari sana untuk mengembangkan kampung halaman agar Tanjung Balai Karimun kelak sohor ke seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H