Mohon tunggu...
Susanti Susanti
Susanti Susanti Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker Susanti

Mari Berkarya

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mimpi Pemuda Daerah akan Tanjung Balai Karimun

26 Mei 2018   17:39 Diperbarui: 29 Mei 2018   17:02 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Karimun di Coastal Area, Tanjung Balai Karimun (Dokumentasi Pribadi)

Hal ini tercapai baik melalui jasa titip (jastip) yang merupakan suatu inovasi dalam berbisnis maupun melalui kemampuan mengolah makanan para warga setempat yang hebat dan mengikuti perkembangan dengan cepat sehingga resep tersebut dapat diracik di lokal, seperti Es Kepal Milo yang kini juga sudah merajalela di Tanjung Balai Karimun.

Es Kepal Milo di Tanjung Balai Karimun (Dokumentasi Pribadi)
Es Kepal Milo di Tanjung Balai Karimun (Dokumentasi Pribadi)
Di samping perantau-perantau yang kembali siap membangun kampung halaman, tidak jarang juga ada perantau dari Karimun yang merasa malas pulang ke kampung halaman. Bukan karena tidak ada orang maupun hal yang dikangeni di kampung halaman ini, tetapi karena perjalanan pulang yang kurang praktis.

Kapal laut merupakan transportasi yang utama digunakan untuk berpergian ke luar Karimun. Sedangkan untuk jarak jauh yang membutuhkan pesawat, maka warga Karimun perlu naik kapal laut dulu ke kota lain yang tersedia bandara dengan akses pesawat ke tempat destinasi. 

Contohnya, untuk ke ibukota Indonesia, maka warga Karimun perlu naik kapal feri ke Batam untuk menaiki pesawat ke Jakarta.

Dengan demikian, warga yang ingin berpergian perlu memperhitungkan jam keberangkatan kapal dan pesawat yang akan dinaiki. 

Misal perlu berangkat dengan pesawat dari Batam pagi-pagi, atau baru tiba pesawat di Batam setelah jam 5 sore, maka tidak sempat perjalanan satu hari, sehingga perlu nginap satu malam di tempat transit (Batam). Ini terkadang memberatkan ongkos berpergian. 

Terlebih saat sedang kerja dan jatah cuti terbatas, maka hari bersama keluarga berkurang sehari pula. Alangkah lebih baik bila ada bandara di Tanjung Balai Karimun yang memfasilitasi banyak rute pesawat sehingga mempermudah transportasi warga, dan juga dapat akses penduduk luar terhadap kampung yang indah ini.

Ibarat peribahasa, "setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan" (artinya: sejauh-jauh orang merantau, akhirnya kembali ke tempat asal (kampung halaman) juga). Jadi, merantaulah jauh, lalu bawakan kabar dari seberang dan hal-hal bermanfaat dari sana untuk mengembangkan kampung halaman agar Tanjung Balai Karimun kelak sohor ke seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun