Lalu, kami berjalan menelusuri Jonker Street yang terdiri dari banyak gang-gang dengan banyak hal-hal unik tersembunyi yang sangat disarankan untuk berjalan santai menelusuri semuanya. Adapun beberapa toko yang menjual perlengkapan berduka (seperti toko peti mati), rumah duka, rumah paguyuban suku atau marga tertentu yang mewarnai hiruk pikuk jalan.
Selain itu, juga terdapat banyak lukisan di sepanjang jalan, bahkan lukisan 3D yang biasanya perlu membayar seharga tertentu untuk berfoto dengan lukisan 3D tersebut bisa ditemukan secara gratis di salah satu gang di sini. Di Jonker Street ini juga banyak tempat penginapan dan toko dengan penampilan luar yang sangat menggoda wisatawan untuk berhenti sejenak dan berfoto, seperti sebuah lukisan orang utan raksasa di sisi toko souvenir yang bernama Orang Utan ini. Setiap anda menemukan hal-hal unik, mari jelajahi.
Orang Utan, Jonker Street, Malacca
Salah satu menu makan siang kami hari itu adalah Curry Chicken Bun di sebuah kedai Ochado yang terletak di ujung salah satu jalan. Setelah kami memesan dan membayar, pelayan toko menggunting roti besar itu, kemudian terlihat ada
aluminium foil yang membungkus menjaga kehangatan kari ayam di dalamnya. Roti yang terpanggang gurih disantap dengan mencocol kuah kari yang kental dan wangi beserta ayam dan kentang yang empuk. Selain itu, juga tersedia
tart bervarian rasa, dan minuman
Bubble Tea dengan aneka
topping.
Curry Chicken Bun, Jonker Street, Malacca
Setelah menyantap makan siang, kami berjalan ke San Shu Gong yang terletak di seberang Ochado. Toko ini menjual berbagai produk lokal dengan harga terjangkau. Toko ini sangat ramai, dan menyediakan pilihan makanan yang banyak sekali dengan beberapa yang tersedia toples berisi sedikit makanan di area tersebut untuk dicoba. Bila anda menyukainya, beli ya: Biskuit KaiChai, Biskuit Sakeima, dan lain-lain. Bila setelah membeli, anda ingin langsung menyantap makanan lokal tersebut, maka anda dapat menikmatinya di lantai 2. Karena hasil belanjaan di San Shu Gong cukup berat dan penginapan kami tidak jauh dari situ, maka kami menaruh barang belanjaan dulu ke tempat penginapan.
Selanjutnya, kami menelusuri gang lain di Jonker Street. Di gang ini, ada sebuah Artist Gallery di mana penampilan luar bangunan tampak banyak tanaman menjalar yang tumbuh menutupi sehingga terlihat seperti bangunan tidak berpenghuni, tetapi ternyata banyak lukisan indah di dalamnya, dan ada sebuah pojok meja kerja seniman, di mana pensil, kuas, cat warna, dan beberapa alat pendukung karya seni lainnya berantakan di atas meja.
Jonker Street Artist Gallery
Kemudian, kami sampai pada sebuah jalan dengan beberapa tempat ibadah dari beberapa agama, meliputi Cheng Hoon Teng , dan Xiang lin shi yang terletak berseberangan dan merupakan kelenteng umat Konghucu. Selain itu, juga terdapat Buddha Relics Museum, di mana memajangkan Relics yang merupakan hasil kremasi jenazah Sidharta Buddha, dan murid-muridnya. Ada juga Masjid Kampung Kling yang merupakan tempat ibadah umat Islam, dan Sri Pogyatha Vinoyagar Moorthi Temple yang merupakan kuil agama Hindu. Letak tempat ibadah beberapa agama yang berdekatan bagaikan sebuah cerminan ketentraman antar agama.
Selain itu, juga terdapat Baba Nyonya Heritage Museum yaitu sebuah museum yang menampilkan pernak-pernik, dan desain bangunan khas kebudayaan Baba Nyonya yang merupakan sebuah suku yang cukup berkontribusi pada kebudayaan Malaysia. Untuk memasuki museum ini, dikenakan tiket masuk seharga RM16 untuk dewasa, dan RM11 untuk anak-anak berusia 5-12 tahun. Untuk liburan kali ini, kami memutuskan untuk tidak masuk museum berbayar ini dulu, karena sudah menjelang jam tutup museum, yaitu jam 5 sore.
Jonker Street Malam
Karena belum puas menelusuri Jonker Street Night Market yang hanya beroperasi setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu sore-malam, maka setelah selang satu hari ini kami kembali menjelajahinya dengan sudah adanya target barang dan jajan yang mau dibeli. Namun, karena sudah pegal kaki, dan masih sekitar 3 jam menuju tengah malam, maka kami memutuskan untuk berpindah wisata kuliner ke Jonker Street Hawker Centre, kemudian kembali ke tempat penginapan untuk mandi, beres-beres tas, dan beristirahat sebentar.
Jonker Street Night Market, Malacca
Akan tetapi, saat mendekati tengah malam, hujan mulai turun dan makin deras, sehingga kami tidak dapat melaksanakan rencana untuk bermalam tahun baru di Malacca Riverside. Oleh karena itu, kami hanya menikmati pemandangan malam tahun baru dari tempat penginapan. Kami mendengar beberapa kali suara kembang api dari beberapa sisi tempat penginapan. Tetapi kami tidak berhasil melihat satupun keindahan kembang api, karena banyaknya gedung lebih tinggi yang menutupinya. Kami hanya melihat asap dari balik bangunan asal suara kembang api tersebut. Walaupun agak mengecewakan, tetapi ucapan "Selamat Tahun Baru" secara langsung dan segera saat pergantian tahun pada keluarga tercinta adalah kebahagiaan yang sudah beberapa tahun tidak aku alami karena merantau kuliah jauh dari keluarga.
1 Januari 2018
Lihat Trip Selengkapnya