Mohon tunggu...
Zhorif Febriansyah
Zhorif Febriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemar desain grafis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebangkitan TikTok Shop dan Implikasinya bagi Pasar Tradisional

23 September 2024   20:35 Diperbarui: 23 September 2024   21:12 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berkembangnya internet membuat banyak hal baru muncul yang memengaruhi kemajuan teknologi, salah satunya adalah pembelian atau belanja barang atau jasa melalui internet yang biasa disebut belanja online. Saat ini, belanja online merupakan salah satu cara berbelanja yang sedang marak digunakan dalam transaksi jual beli. Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite, pada Januari 2024 ada sekitar 56,1% pengguna internet global yang biasa belanja online setiap pekan, adapun Indonesia dengan proporsi pengguna internet yang belanja online setiap pekan 59,3%.

Belanja online adalah suatu bentuk perdagangan menggunakan perangkat elektronik yang memungkinkan konsumen untuk membeli barang atau jasa dari penjual melalui internet. Di Indonesia, belanja online mulai berkembang pada tahun 1994 dengan hadirnya Indosat sebagai penyedia layanan internet pertama. Forum Kaskus, yang didirikan pada tahun 1999, menjadi salah satu platform awal untuk jual beli online di Indonesia. Kemudian, perilaku belanja online ini berkembang pesat ketika pandemi COVID-19, termasuk di Indonesia. Di Tengah pandemi itu (2020), transaksi e-commerce mengalami peningkatan. Bank Indonesia mencatat terjadi kenaikan jumlah transaksi sebanyak 39,05% dibandingkan kuartal sebelumnya. Tren positif tersebut berlanjut hingga akhir tahun nominal transaksi mencapai Rp 266,3 triliun.

Beberapa platform belanja online yang populer antara lain Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, dan TikTok Shop. Selain itu, media sosial seperti Instagram dan Facebook juga telah menjadi platform untuk berjualan. Mengutip data dari Momentum Works, Shopee mendominasi pasar e-commerce Indonesia pada 2022, dengan pangsa pasar sebesar 36%, diikuti oleh Tokopedia dengan 35%. Namun, para pengguna internet, khususnya pembeli, semakin banyak yang memilih menggunakan TikTok Shop untuk kegiatan belanja online. Pada pertengahan Desember 2023 lalu, TikTok Shop telah mengakuisisi Tokopedia. Hal itu dilakukan TikTok Shop setelah pemerintah Indonesia melarang aplikasi media sosial merangkap menjadi e-commerce. Karena itu, TikTok Shop bekerjasama dengan Tokopedia untuk mengelola e-commerce mereka.

TikTok Shop adalah fitur perdagangan sosial yang memungkinkan pengguna dan kreator untuk mengiklankan serta menjual produk mereka melalui TikTok. Fitur ini mengintegrasikan konten video dengan e-commerce. TikTok Shop memungkinkan merek, pedagang, dan pengguna lainnya untuk memamerkan produk mereka melalui video pendek yang menarik. Konsep ini menghadirkan pengalaman berbelanja yang lebih pribadi dan interaktif.

Dengan TikTok Shop, pengguna dapat menjelajahi berbagai produk dari berbagai kategori langsung di aplikasi TikTok. Kemudahan ini tentu akan mempermudah pengguna dalam menemukan barang-barang yang mereka inginkan tanpa harus meninggalkan aplikasi. Selain itu, TikTok Shop juga memudahkan khalayak yang ingin berdagang, seperti dengan live streaming atau pun dengan mencantumkan link produk pada suatu video. Fitur live streaming yang ada pada TikTok Shop merupakan salah satu strategi TikTok yang dapat menarik minat khalayak dalam melakukan pembelian, dimana fitur ini pada dasarnya dapat memudahkan komunikasi antara penjual dan khalayak yang akan membeli. Terutama dalam hal produk yang sedang di jualnya baik itu mengenai detail produk, kualitas produk, dan lain sebagainya. Sehingga khalayak bisa memperoleh barang sesuai dengan apa yang di inginkannya.

Oleh karena itu, fitur-fitur yang ada pada TikTok terkhusus pada fitur TikTok Shop di anggap menarik dan di anggap dapat lebih dipercaya. Karena produk yang di tampilkan & di pamerkan pada live tersebut secara real time. Sehingga memungkinkan adanya interaksi antara live streamer dan khalayak dari live tersebut. Dan dari hal ini juga membuat khalayak lebih mudah untuk berbelanja tanpa harus mengunjungi langsung ke toko.

Namun, seiring dengan pertumbuhan TikTok Shop, persaingan di pasar online semakin ketat. Hal ini dapat membuat beberapa pelaku UMKM kesulitan bersaing, terutama dalam hal harga dan kualitas produk, seperti yang dialami oleh pedagang di Pasar Tanah Abang. Dikutip dari tempo.co, para pedagang Pasar Tanah Abang menuding toko-toko online seperti TikTok Shop sebagai penyebab lesunya perdagangan. Mereka mengaku merasakan penurunan pelanggan hingga 50% setelah pandemi COVID-19 berakhir.

Perbedaan harga yang signifikan antara toko fisik dan toko online ini disebut sebagai predatory pricing, atau strategi jual rugi. Strategi berdagang ini memang memberikan harga murah di awal kemunculannya, bahkan tidak jarang jual rugi. Hal ini dapat merusak harga pasar, sehingga pedagang lainnya tumbang karena kalah saing, seperti pedagang Tanah Abang.

Karena murahnya harga dan berbagai keunggulan yang ditawarkan oleh TikTok Shop, terjadilah penurunan minat konsumen untuk berbelanja di Pasar Tanah Abang sehingga mengakibatkan pasar tersebut sepi pembeli. Pedagang Pasar Tanah Abang pun menuntut pemerintah untuk menutup TikTok Shop. Berdasarkan dari hal tersebut, keluar lah Peraturan Menteri Perdagangan No. 31 Tahun 2023, yang mengatur mengenai ketentuan perizinan usaha, pembinaan, periklanan, serta pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan secara elektronik. TikTok Shop pun dinyatakan belum memperoleh izin perdagangan elektronik di Indonesia.

Untuk mengatasi agar hal ini tidak terjadi lagi, pemerintah dan pelaku usaha perlu mengambil langkah-langkah seperti meningkatkan kualitas produk lokal. Pemerintah juga dapat melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membeli produk lokal, serta melakukan reformasi regulasi perdagangan agar produk lokal dapat bersaing dengan lebih efektif.

Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah dan pelaku usaha, diharapkan pusat grosir seperti Pasar Tanah Abang dapat kembali bangkit dan menjadi bagian penting dari perekonomian Indonesia.

Referensi:

-negara-paling-sering-belanja-onlinehttps://databoks.katadata.co.id/-/statistik/e909aa002dda25e/indonesia-masuk-jajaran-10

https://kredivocorp.com/wp-content/uploads/2021/06/2021-Indonesian-e-Commerce-Consumer-Behavior-Report-compressed.pdf

https://journal.csspublishing.com/index.php/business/article/download/43/16/2974

https://satu.tempo.co/ekonomi/jejak-persaingan-shopee-dengan-tokopedia-siapa-penguasa-pasar-e-commerce-ri-saat-ini--37352

https://ojs.unida.ac.id/karimahtauhid/article/download/12063/4714/38436

https://grafis.tempo.co/read/3415/pasar-tanah-abang-sepi-salah-tiktok-shop

https://www.xendit.co/id/blog/inilah-sejarah-perkembangan-e-commerce-di-indonesia/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun