Masyarakat mendapatkan informasi dari surat kabar, televisi, radio dan media konvensional lainnya. Bertransformasi, bentuk jurnalisme saat ini telah melampaui batasannya. Audiens bisa terlibat dan memahami cerita lebih dari sekadar kata-kata.Â
Beberapa di antara kalian mungkin sudah familiar dengan model jurnalisme lama. Teks dan gambar mewarnai jurnalisme model lama. Namun apakah kalian tau apabila jurnalisme saat ini mulai menggabungkan beberapa aspek multimedia?
Ketika mendengar kata multimedia, terbesit arti "banyak media". Hal ini selaras dengan jurnalisme yang berkembang saat ini. Bentuk jurnalisme tersebut dikenal dengan nama jurnalisme multimedia.Â
Lantas mengapa jurnalisme multimedia saat ini mulai meraja? Alasannya karena masyarakat saat ini cenderung menggemari konten jurnalisme multimedia. Adanya kecenderungan tersebut menuntut adanya transformasi dari bentuk jurnalisme lama.Â
Dikutip dari Widodo (2020) multimedia meliputi teks, suara, gambar, animasi, video, dan lainnya. Jurnalisme multimedia disajikan di situs web dengan format non-linear. Dapat dikatakan bahwa sajian jurnalisme multimedia dinilai lebih menarik dan informatif.Â
Widodo (2020) juga menyatakan bahwa multimedia merupakan kombinasi dari minimal tiga jenis media. Lalu apakah koran dan televisi termasuk ke dalam jurnalisme multimedia? Jawabannya tidak. Televisi hanya menampilkan video dan audio. Koran hanya terdiri dari teks dan gambar.Â
Bayangkan saja ketika kita membaca sebuah berita dan hanya terdapat teks saja. Sense kita akan merasa kurang terpuaskan. Adanya jurnalisme multimedia memberikan pengalaman menerima informasi yang lebih menarik.
Tidak dapat dipungkiri, jurnalisme lama mampu memenuhi kebutuhan informasi kita. Namun bagaimana apabila pengemasan beritanya hanya dalam bentuk teks? Apakah sudah terasa cukup? Rasanya tidak cukup. Â
Melansir dari Ranktracker, manusia cenderung menyukai visual. Oleh karena itu, dengan menyertakan konten multimedia dapat meningkatkan pengalaman audiens secara signifikan.Â
Visualisasi dalam jurnalisme multimedia dinilai dapat memberikan layanan lebih baik. Selain itu, visualisasi mampu memberikan representasi visual dari konsep yang rumit menjadi mudah. Artinya, audiens bisa lebih memahami informasi dengan bantuan visualisasi berupa penggabungan dari gambar, video, atau audio.Â
Selain itu, menurut Ranktracker visual lebih memikat daripada sekedar teks. Alasannya, otak secara alami terhubung untuk memproses informasi visual lebih baik, daripada informasi berupa teks.Â
Menurut kalian, mana yang lebih berkesan di kepala? Konten multimedia atau informasi berupa teks saja?
Jurnalisme multimedia telah membuka pintu menuju dimensi baru dalam penyampaian berita. Hal ini memungkinkan audiens untuk merasakan kisah dengan cara yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.Â
Melalui multimedia, jurnalis dapat memperluas ruang narasi, menghidupkan cerita, dan memperkaya informasi. Hal tersebut tentunya dengan cara yang tidak dimungkinkan oleh media konvensional.Â
Kekuatan interaktivitas juga ditonjolkan pada jurnalisme multimedia. Fitur interaktif seperti memberikan reaksi berupa komentar, adalah sebuah gebrakan. Lebih dari sekadar membaca, audiens berkesempatan untuk terlibat.Â
Media 20Detik sebagai contoh jurnalisme multimedia
Bagi sobat yang belum tahu, 20Detik merupakan salah satu bagian dari media detik.com. Dilansir dari detiknews, portal berita tersebut memiliki spesialisasi untuk menggarap konten video. Portal berita 20Detik menawarkan video, audio, serta teks untuk memuaskan sense pembacanya.Â
Mulai dari video grafis, hingga gambar-gambar eksklusif bisa kalian dapatkan secara gratis di 20Detik. Pastinya, 20Detik juga memberikan kualitas video yang ciamik. Tidak perlu diragukan, kepaduan antara kualitas video dengan informasinya mampu memenuhi kebutuhan informasi pembaca.Â
Setelah terpuaskan dengan produk jurnalistiknya, 20Detik juga memberi kesempatan interaksi. Hal ini dibuktikan oleh adanya kolom komentar yang siap diwarnai oleh jutaan komentar. Kolom komentar pada laman 20Detik menjadi pemicu interaktivitas audiens.
Referensi:Â
Collins, F. R. (2023, Juni 29). Manfaat Menyertakan Konten Multimedia di Situs Web Anda seperti Video dan Gambar. Ranktracker. Diakses pada 16 Desember 2023, dari https://www.ranktracker.com/id/blog/benefits-of-including-multimedia-content-on-your-website-such-as-videos-and-images/Â
Hutasoit, M. (2017, Juli 20). 20Detik, Karena Teks dan Foto Tak Lagi Cukup. detikNews. Diakses pada 16 Desember 2023, dari https://news.detik.com/berita/d-3566707/20detik-karena-teks-dan-foto-tak-lagi-cukupÂ
Widodo, Y. (2020). Jurnalisme Multimedia. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H