Atas saran dari berbagai sumber, akhirnya AS mulai mencoba berkonsultasi dengan psikolog melalui aplikasi-aplikasi kesehatan yang tersedia. Walaupun tidak langsung bertemu saran yang tepat, dengan motivasinya yang kuat ia terus mencoba mencari cara agar bisa terlepas dari obsesi yang tengah membelenggunya.Â
Pada tanggal 20 Agustus 2022, tepatnya pada konsultasinya yang ketiga, ia akhirnya bertemu dengan psikolog yang dapat memberinya saran yang dirasanya masuk ke dalam hatinya.Â
Dia disarankan untuk mencoba menyibukkan diri dengan mencari support-support system yang baru dan menyadari bahwa dalam sebuah kehidupan sosial yang bisa kita kendalikan hanyalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Dengan itu, ia pun mencoba menerapkan saran-saran tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, dengan segala keberanian yang telah dikumpulkan, gadis tangguh ini juga berhasil menceritakan perihal obsesinya terhadap lelaki penyemangatnya itu. Â Mendengar cerita AS, lelaki tersebut tidak memandangnya rendah ataupun buruk, justru ia berusaha memaklumi dan membantu AS untuk terlepas dari obsesi yang dialami.
 "Gapapa, kamu ga aneh kok. Aku pun juga pernah ngalamin yang serupa ke kamu, tapi ayo kita bareng-bareng mulai peduli ke satu sama lain secara lebih sehat ya," tegasnya setelah mendengar cerita dari AS.Â
"Belum hilang semua obsesinya, masih ada. Tapi sekarang aku sudah berusaha menguranginya dengan mencoba ikut berbagai kegiatan dan organisasi baru serta mencoba mengontrol diri sendiri untuk tidak berlebihan.
 Puji Tuhan, sudah ada kemajuan kok walaupun sedikit, sekarang berhasil tahan untuk ga ngecek chat-chat dia lagi, sudah ga begitu berlebihan bareng dianya. Semoga untuk ke depannya bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, bisa menyukai dia dengan biasa ga berlebihan lagi," ungkap AS pada akhir sesi wawancara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H