Mohon tunggu...
elwin zhang
elwin zhang Mohon Tunggu... -

sabbe satta bhavantu sukhitatta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dikira Tidak Ber-Tuhan

17 Januari 2011   18:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:28 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada tahun 2000, saat saya sedang duduk sendiri diantara bangku2 di ruang tunggu Bandara Juanda, Surabaya, menunggu pesawat menuju Banjarmasin, ada seorang pria yang berjalan kearah saya. Matanya tertuju kepada saya. Pria itu duduk di sebelah saya. Ia menyapa dan membuka pertanyaan dengan kalimat, "Anda Hindu atau Buddha?"

Saya jawab, "Buddhist"

Lalu pria itu bertanya, "Apakah Buddhist mengenal Tuhan?"

Saya bergurau di kepala, "Ini tanya, apa mau ngetes?"

Ini memang pertanyaan umum. Pertanyaan mudah, tapi sulit menerangkan jawabannya. Karena, konsep Buddhist ttg Tuhan, berbeda dari umumnya.

Saya menjawab, bahwa Buddhist juga mengenal konsep ke Tuhanan. Karena, dalam agama Buddha ada konsep Nibbana, sebagai tujuan yang hendak dicapai. Tidak perlu diragukan, jawaban saya pasti membuat pria itu pusing...! Jangankan pria itu yang beda keyakinan, umat Buddha sendiri juga masih ada yang belum paham? Betul tidak? Ayo...jujur!

Melihat pria itu masih bingung, saya menjelaskan lagi, bahwa dalam konsep Buddhist, Tuhan itu berbeda dengan konsep umum. Misalnya kita bicara ttg "ada", itu ada 3 tahapan.

Pertama, Ada, karena ada yang membuat atau menciptakan.

Kedua, Ada, yang tidak ada yang membuat atau menciptakan, tapi disebabkan.

Ketiga, Ada, yang tidak dibuat, diciptakan, juga disebabkan.

"Ada" karena dibuat, atau diciptakan. Itu hal2 duniawi. Contohnya meja, karena yang ada di depan kami saat itu adalah meja.

Kedua, "Ada" yang tidak dibuat, dan tidak diciptakan tapi disebabkan. Itu berupa Hukum Kebenaran Sebab Akibat.

Kalau meja ini dibuat, kolong meja tidak ada yang membuat. Tapi kolong meja itu ada.

Apakah kita katakan meja yang menciptakan kolong meja?

Penjelasan ini, membuat pria itu mengernyitkan alisnya tanda berpikir. Dan, sayapun menambahkan, "tidak tepat dikatakan meja sebagai pencipta kolong meja. Tapi meja sebagai penyebab adanya kolong meja."

Pria itu mengangguk sambil tersenyum.

Nah, karena masih ada 1 lagi tahapan pemahaman, saya melanjutkan, "Ada jenis ketiga, ini adalah ada karena tidak ada yang menciptakan, tidak ada yang membuat, dan tidak ada yang menyebabkan. Itulah Nibbana. Itulah konsep Tuhan dalam agama Buddha."

Pria itu mengangguk, sambil senyum dia berkata, "Waduh pak, ternyata dalam juga ajaran Buddha."

Sekarang ganti saya yang tersenyum. Tidak lama kemudian, sayapun diundang masuk pesawat.

"Permisi pak..."

"Ya sampai bertemu lagi."

Percakapan inipun selesai sudah...

~ Bhante Saddhaviro Mahathera~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun